Yujin kelihatan senang untuk alasan yang tidak Jenna ketahui. Pria bermata sipit itu terus bersenandung sambil menyiapkan sarapan. Begitu melihat istrinya keluar dari kamar, Yujin langsung menyiapkan satu gelas susu.
"Selamat pagi, istriku."
Jenna mengangkat satu alisnya. "Lo kesambet apa, deh, pagi-pagi gini kelihatan happy banget?"
"Ada, deh, nanti juga lo tahu."
Jenna mengoleskan selai cokelat di roti yang sudah dipanggang oleh suaminya. Ia mengunyah roti sambil mengamati Yujin yang mulai menari mengikuti irama dari mulutnya sendiri.
"Kayaknya lo beneran kesambet, deh." Jenna menggeleng.
"Lo pasti happy juga, kalau tahu alasannya gue happy banget pagi-pagi gini." Yujin duduk tepat di depan istrinya. Ia menuangkan kopi sambil terus tersenyum.
Suara klakson yang berasal dari depan membuat kegiatan sepasang suami istri itu terhenti sejenak. Jenna memeriksa ponselnya. Kemudian ia segera bangkit meninggalkan susu yang diminum setengah dan roti yang belum selesai dimakan.
"Lo mau ke mana?" Yujin bertanya dan ikut berdiri.
"Jemputan gue udah datang." Jenna tersenyum, tetapi Yujin tahu kalau senyuman wanita itu tidak terlihat tulus.
"Bukannya ini jadwal gue nganterin lo ke kantor?"
Sejak kejadian pecah ban waktu itu, Yujin jadi punya kebiasaan untuk mengantar dan menjemput Jenna pada setiap hari Senin. Kalau kata Yujin, hitung-hitung belajar jadi suami yang baik. Jenna menerima hal itu karena menguntungkan baginya, mendapat supir pribadi setiap Senin.
"Lo nggak perlu nganterin gue ke kantor lagi. Lagian kontrak kita juga bakalan selesai dalam 7 hari lagi, 'kan?" Jenna mengambil tas yang ia gantungkan di kursi makan. Kemudian ia segera merapikan bajunya di depan Yujin.
"Siapa yang jemput lo?" Yujin bertanya dengan nada tidak senang.
"Kayaknya lo nggak punya hak, deh, untuk tanya, siapa yang jemput gue?" Jenna berniat segera pergi, tetapi tangannya ditahan oleh Yujin.
"Sampai 7 hari ke depan, lo masih tanggung jawab gue. Siapa yang jemput lo?"
Jenna mengempaskan tangan Yujin. Matanya memancarkan kilatan tidak suka. “Gue nggak pernah mencampuri urusan pribadi lo, kecuali lo cerita ke gue. Jadi, please, jangan campuri urusan pribadi gue karena gue enggak mau cerita sama lo.”
Jenna segera meninggalkan Yujin di meja makan. Ia melangkah dengan penuh percaya diri. Yujin bisa melihat kalau rambut yang diikat menyerupai ekor kuda itu bergerak ke kiri dan kanan. Suara high heels juga memenuhi ruangan itu.
Yujin disadarkan oleh bantingan pintu. Ia langsung berlari ke pintu depan dan mengintip melalui jendela.
“Kayaknya ada sesuatu di antara mereka.” Yujin berbicara pada dirinya sendiri setelah melihat pria yang sama muncul di depan rumah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
CTRL + Z ✓ (TERBIT)
RomantikAda satu kejadian yang membuat Jenna dihantui rasa bersalah sehingga wanita berusia 27 tahun itu selalu mengikuti kencan buta yang diatur oleh orang tuanya. Namun, satu kencan buta membawanya bertemu dengan Yujin, sahabat lamanya yang tiba-tiba meng...