Ada satu kejadian yang membuat Jenna dihantui rasa bersalah sehingga wanita berusia 27 tahun itu selalu mengikuti kencan buta yang diatur oleh orang tuanya. Namun, satu kencan buta membawanya bertemu dengan Yujin, sahabat lamanya yang tiba-tiba meng...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jenna meletakkan ponselnya di atas nakas. Kemudian, ia menyadari kalau ponsel Yujin tertinggal di sana. Tadinya, Jenna ingin memanfaatkan tangannya yang masih terulur setelah meletakkan ponsel untuk menyentuh ponsel milik suaminya, tetapi hal itu urung ia lakukan karena ponsel tersebut tiba-tiba bergetar. Rasa penasaran membuat Jenna memanjangkan lehernya dan berusaha mengintip nama yang muncul di layar ponsel Yujin.
Jarak yang cukup jauh membuat wanita berusia 27 tahun itu menyipitkan mata. Belum juga ia berhasil membaca nama yang ada di layar, pemilik ponsel sudah kembali.
“Lo abis ngapain? Kenapa kaget waktu gue masuk?” Yujin langsung mengambil ponselnya, mengangkat telepon tanpa menunggu jawab Jenna dan segera berjalan keluar menuju balkon.
Jenna bisa melihat pria itu dari pintu kaca yang menghubungkan kamarnya dengan balkon. Wanita berambut panjang itu penasaran karena melihat Yujin tersenyum dan tertawa sepanjang melakukan telepon tersebut.
“Kenapa lo ngeliatin gue kayak tadi?” Yujin bertanya setelah kembali dari balkon. "Jangan jatuh cinta, inget, gue punya pacar."
Jenna menarik tubuhnya mundur. Ia mendengkus. “Permisi. Siapa yang lagi ngeliatin lo? Inget perjanjian kita, jatuh cinta sesama rekan dilarang."
“Tatapan mata lo kayak mau ngajak gue berantem sekarang.” Yujin menyibak selimut dan duduk disamping Jenna.
Melihat pria berambut lebat itu duduk di atas ranjang dengan seenaknya, Jenna langsung turun dan berkacak pinggang. "Siapa yang bilang lo boleh tidur di ranjang gue?"
Bukannya melawan, Yujin malah merebahkan tubuhnya. Kemudian, ia menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuhnya. "Gue capek dan lagi nggak minat berantem sama lo. Oke. Jadi, lebih baik kita sekarang tidur."
"Turun nggak lo!" Jenna berseru.
Yujin mengambil bantal guling yang ada di atas kepala, lalu meletakkannya di tengah ranjang. Hal itu membuat ranjang besar itu terbagi menjadi dua wilayah. "Ini bakal jadi batas. Gue nggak akan menyentuh lo. Gue jamin."
Jenna menarik selimut yang menutupi tubuh Yujin dengan kasar. Ia memeluk gulungan selimut itu dengan susah payah. Wajahnya sudah ditekuk dan bibirnya maju lima senti sehingga membuatnya mirip seperti bebek. "Gue bilang turun sekarang!"
Yujin menarik napas panjang dan berusaha menenangkan dirinya sendiri. Ia mengubah posisinya dari berbaring menjadi duduk. "Gue capek, besok kita harus pindah ke rumah baru dan tolong jangan cari masalah sama gue sekarang."
Jenna melemparkan selimut yang ia peluk. "Bukannya lo yang lagi cari gara-gara sama gue? Ini kamar gue dan lo di sini statusnya cuma sebagai penumpang. Silakan, pindah ke sofa yang ada di sana!"
"Jenna lo nggak boleh kayak gini. Gue suami lo."
Jenna jadi kesal karena Yujin tidak mau mengalah. "Lo cuma suami gue secara hukum, kita udah tanda tangan perjanjian buat jalani hidup kita masing-masing. Jadi, tolong pindah dari ranjang gue!"