Ada satu kejadian yang membuat Jenna dihantui rasa bersalah sehingga wanita berusia 27 tahun itu selalu mengikuti kencan buta yang diatur oleh orang tuanya. Namun, satu kencan buta membawanya bertemu dengan Yujin, sahabat lamanya yang tiba-tiba meng...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cerita Yujin terus berlanjut. Ia menceritakan banyak hal yang membuat Jenna tertawa heboh. Pria itu memang selalu aneh di mata Jenna. Hal itu yang sering membuat mereka bertengkar dulu. Namun, Jenna tetap nyaman di sekitarnya. Jenna tidak mengerti, mengapa mendengarkan cerita Yujin menyenangkan?
Ponsel Jenna bergetar. Ia mengambil ponselnya dan hal itu membuat Yujin menghentikan ceritanya.
"Angkat aja." Yujin berbicara santai.
"Iya, Yah." Jenna menjawab telepon itu dengan lembut.
"Anaknya teman Ayah terlambat lebih lama. Macet katanya. Kamu nggak apa-apa nunggu di sana?"
Pesan yang Jenna abaikan sebelumnya adalah pesan dari Ayah yang mengatakan bahwa anak temannya akan terlambat sekitar lima belas menit, tetapi hingga hampir satu jam, pria itu tak kunjung datang juga. Kalau boleh jujur, Jenna sudah tidak menyukainya meski belum bertemu.
Jenna menghela napas. "Nggak apa-apa, Yah."
Sambungan telepon itu terputus setelah Jenna menjawab'iya' sebanyak dua kali.
Dahi Yujin berkerut. Ia mengamati perubahan ekspresi Jenna.
Sadar kalau sedang diperhatikan, Jenna malah melotot. "Apa? Kalo mau tanya, tanya aja?"
"Galak amat." Yujin mengambil jaket yang ternyata tergantung di balik kursi dan mengibas jaketnya kasar, seolah tidak ada orang di depannya.
"Lo emang ngga punya sopan santun, ya! Heh! Jin." Jenna hampir lupa kalau tadi ia tertawa bersama pria ini. Kini rasanya, wanita itu ingin menceburkan Yujin ke kolam ikan.
"Nama gue Yujin, jangan dipotong. Kalo yang menyahut Jin beneran, bisa semaput lo!" Yujin bangkit dan mengenakan jaketnya.
"Lo mau balik?" Jenna bertanya dengan ragu.
"Takut banget gue pergi? Kayaknya lo mau ketemu orang, makanya gue pakai jaket biar beradab sedikit." Yujin cengar-cengir.
Jenna memutar bola matanya malas. "Pakai atau nggak pakai jaket, lo emang udah nggak beradab."
"Ngomong-ngomong, lo mau ketemu siapa?"
Jenna sempat diam sejenak. Namun, akhirnya ia menjawab. "Ada, anak temen Ayah gue."
Yujin mengangguk. "Cewek atau cowok?"
Yujin tahu kalau tidak seharusnya ia bertanya seperti itu pada kekasih orang lain. Acara pertunangan yang dibatalkan belum tentu membuat mereka putus, 'kan? Yujin sibuk berbicara dengan dirinya sendiri.
"Pengen tahu banget?" Jenna tertawa.
"Enggak, sih. Cuma kalau lo ke sini buat kencan buta, bakal gue ketawain, sih." Yujin menyeringai.
Jenna mengepalkan tangan. Ia melotot dan siap menyemburkan makian pada pria di hadapannya.
"Oh, jadi bener." Melihat ekspresi Jenna saja bisa membuat Yujin menyimpulkan sesuatu. Hubungan Jenna dan calon tunangannya sudah berakhir.