Ada satu kejadian yang membuat Jenna dihantui rasa bersalah sehingga wanita berusia 27 tahun itu selalu mengikuti kencan buta yang diatur oleh orang tuanya. Namun, satu kencan buta membawanya bertemu dengan Yujin, sahabat lamanya yang tiba-tiba meng...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jenna sempat merutuki kebodohannya karena tidak meminta nomor pria yang pergi kencan buta bersamanya. Wanita berambut terikat itu masuk ke rumah sambil mengendap-endap. Ia takut kalau Ayah dan Bunda bertanya tentang kencan butanya. Namun, usaha Jenna sia-sia karena Ayah dan Bunda sudah menunggunya di ruang keluarga.
"Lho, kok, sudah pulang?" Ayah bertanya setelah melipat korannya.
Jenna hanya bisa cengar-cengir.
"Gimana? Bunda lihat fotonya, ganteng, lho." Bunda menghampiri Jenna dengan antusias.
Jenna duduk di sofa yang menghadap Ayah. Ia meletakkan tasnya dan menghela napas panjang. "Kayaknya dia nggak tertarik sama aku."
Ayah melipat tangan. "Lho, kok, ngomong gitu? Dia suka, lho, sama kamu. Katanya kamu lucu."
Jenna cemberut sampai bibirnya maju lima senti. "Kalo dia suka sama aku, harusnya kan minta nomor telepon. Buktinya enggak."
Bunda mengangguk. "Iya, dong. Kalau kamu, suka nggak, Sayang?"
Jenna langsung melirik Ayah. "Enggak, Bun. Belom apa-apa aja, dia udah telat. Orangnya juga kaku. Aku nggak suka."
Ayah diam. Ia malah sibuk dengan ponselnya. Setelah beberapa saat, Ayah tersenyum lebar. "Ayah punya calon lain buat kamu."
Jenna dan Bunda tercengang.
"Yang kali ini pasti tepat waktu. Ayah berani jamin. Kamu mau ketemu kapan?"
Jenna masih mengerjap karena tidak percaya.
"Yah, nggak nunggu minggu depan aja?" Bunda bertanya khawatir.
"Jenna butuh teman baru, Bun. Kalau yang tadi nggak cocok, harus segera cari yang baru. Tenang, Ayah punya selusin calon teman Jenna."
Jenna menatap Bunda untuk meminta bantuan, tetapi tatapannya malah dijawab dengan senyuman lebar. Kalau begini, Jenna tidak punya pilihan lain. Akhirnya, ia mengalah. Bertemu dengan pria yang dikenalkan oleh Ayah tidak akan menjadi masalah baginya. Jadi, Jenna berusaha menerima.
"Oke, besok jam 7 malam di alamat yang sudah Ayah kirim."
Jenna memeriksa ponselnya dan mendapati sebaris alamat yang ternyata dekat dengan kantornya.
"Kayaknya kemaren Ayah bilang nggak maksa, kok, sekarang kerasa maksa?" Jenna berbisik pada Bunda.
Wanita yang mengenakan terusan batik itu tertawa kecil. "Kayak nggak tahu Ayah aja."
"Jangan ngomongin Ayah, lho." Ayah berbicara dengan wajah yang sudah ditutupi koran.
Jenna hanya bisa tertawa melihat kelakuan Ayah. Ia pergi ke kamar setelah mengecup pipi Bunda.