📝7

2.5K 118 3
                                    

"Acil, hari ini ada jam olahraga. Lo gak usah ikut dulu ya, istirahat aja. Biar kita yang ngasih tau sama Pak Joko," ucap Dinda yang di angguki oleh Keyla.

"Iya, makasih banyak ya. Acil mau ke uks bentar, mau istirahat dulu," ucap Acil.

"Iya, lo udah pucat begitu, cepat sana minta obat sama Bu Syifa," kata Keyla.

"Ngusir nih judulnya?" canda Acil.

"Bukan begitu sayangku, liat nih mukamu pucat begitu. Ntar pingsan lagi, kan gak lucu jadinya," ujar Keyla.

"Haha, iya deh, Acil pergi dulu ya, bye." Acil melambaikan tangan pada mereka berdua.

"Iya, hati-hati lo di jalan," ujar Dinda.

"Ih, kayak Acil pergi ke mana aja, haha," gerutunya.

"Ya kan lo pergi ke uks, makanya hati-hati," balas Dinda gemas.

"Haha iya, kalau di ajak bicara lagi, ntar Acil gak jadi sampai ke uks nya."

"Ya udah sana."

Acil pergi meninggalkan mereka berdua, ia segera pergi ke uks untuk mengistirahatkan tubuhnya. Karena terkena penyakit ini, sistem kekebalan Acil sedikit melemah. Dia tidak bisa bergerak terlalu banyak, atau beraktivitas berlebihan.

"Hah, hah, padahal jarak uks nya dekat. Tapi Acil udah ngos-ngosan begini, hah," ucapnya pada dirinya sendiri.

Belum sempat Acil membuka pintu ruangan itu, seseorang lebih dulu memanggilnya dengan nada heran.

"Asyylia?" kata orang itu kaget.

Acil refleks menoleh ke sumber suara dan melihat pak ketos berdiri di sana. Oh iya, Acil termasuk bagian anggota osis, dia berperan sebagai wakil ketua nya.

"Oh ketua? Ada apa?" tanya Acil yang bersikap formal.

"Hahh, jangan bersikap formal begitu lah. Kita kan satu angkatan," ucapnya.

"Eh? Hehe, iya Gilang. Ada apa? Apa ada masalah di osis?" tanya Acil to the point.

"Tidak ada, semuanya baik-baik aja kok. Lo...." Ucapan Gilang terputus begitu saja.

"Mmm?" Acil bingung lalu ia memiringkan kepalanya.

"Gue dengar kemaren lo sakit. Terus, hari ini gue ngeliat lo pakai syal. Kayaknya lo masih sakit ya?" tanya Gilang sambil melihat ke arah Acil.

"Ohh itu, ya kemaren ada masalah sedikit. Kalau syal ini, Acil kena pilek. Makanya Mama ngasih syal," jelas Acil sedikit berbohong.

"Ohh, ya sudah kalau gitu gue duluan ya. Ntar dimarahin Pak Joko." Ucapan Gilang membuat Acil sedikit bingung.

"Eh? Kelas kalian gabung dengan kelas kami ya?" tanya Acil.

"Iya. Pak Andre lagi berhalangan masuk, makanya kelas kita digabungin jadi satu. Kalau gitu, gue pergi dulu ya." Gilang langsung pergi begitu saja.

Acil hanya menganggukkan kepalanya dan memasuki ruangan itu.

"Permisi Bu," ucap Acil sopan.

"Eh, Acil? Sini masuk, ada apa? Apa ada yang sakit?" tanya Syifa tiba-tiba.

"Nggak kok bu, hanya saja saat jalan kesini Acil sedikit kelelahan. Hehe, maklum udah penyakitan." Acil terkekeh geli.

Syifa memandang sendu pada Acil. Acil bukannya tidak tau tatapan yang di tunjukkan pada nya selalu. Mulai dari Mama nya, Bu Syifa, dokter Anna. Acil sebenarnya membenci tatapan itu, dia tidak suka di anggap lemah. Walaupun itu kenyataannya. Itulah mengapa dia tidak menceritakan keadaannya pada kedua sahabatnya. Acil tidak ingin melihat tatapan itu pada keduanya, seakan-akan Acil butuh di kasihani.

Surat Terakhir Acil untuk Tuhan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang