Di malam hari nya.
Acil keluar dengan wajah yang sembab, akhir-akhir ini dia banyak sekali menangisi hal yang sepele, begitulah katanya.
Di jam 21.00 pm, Acil turun ke bawah untuk mengambil air. Kebetulan air di kamar nya sudah habis, mau memanggil bibi takutnya orang rumah marah-marah karena tidurnya terganggu. Jadi, Acil memilih mengambil airnya sendiri. Jika dia tidak butuh air ini untuk minum obat, dia tidak ingin turun dari kamarnya.
Sesampainya di dapur, Acil mengisi teko air nya. Dia termenung memikirkan sesuatu, tanpa ia sadari air itu tumpah, sebab terisi sangat banyak.
"Hei, airnya tumpah," tegur seseorang di belakang Acil. Acil terkejut bukan main, air itu sudah membahasahi meja dan juga lantai. Ia tidak memperdulikan orang yang menegurnya itu.
"Ahh, tumpah deh. Apa sih yang kamu pikirkan Cil?" gerutu Acil pada dirinya sendiri.
Acil bukannya mengabaikan orang itu, hanya saja pikirannya di penuhi air yang tumpah itu.
"Ahh, pel, Acil butuh pel. Dimana ya pel nya, haduh." Acil jadi bingung sendiri.
Tak lama setelah itu, Acil melihat tangan seseorang yang mengulurkan pel padanya.
"Ahh, terima kasih...kak?" kaget Acil ketika melihat kakak pertamanya yang memberikan kain pel itu.
"Kenapa?" tanya Kevin, kakak pertama Acil.
"T...tidak kak, terima kasih." Acil langsung mengambil kain pel itu dan langsung mengepel tumpahan air itu.
Kevin tidak pergi dari sana, ia masih setia melihat pekerjaan adiknya itu. Adiknya? Apakah dia pernah berpikir bahwa Acil adalah adiknya?
Kevin menggelengkan kepalanya dengan kuat, lalu berbicara dengan Acil.
"Lain kali kalau mau mengambil sesuatu jangan termenung. Lihat, kamu membasahi lantainya. Kalau Papa, Mama, Aca , Reno, atau Vera jatuh karena air itu bagaimana? Kalau mereka terluka bagaimana? Lain kali jangan ceroboh! Karena kecerobohan mu bisa-bisa orang lain terluka ntar," ucap Kevin panjang lebar.
Acil sebenarnya senang mendengar kakak pertamanya itu berbicara panjang padanya. Tetapi, ekspektasi nya terlalu tinggi. Ujung-ujungnya perkataan kakaknya tetap menyakitinya.
Acil tersenyum miris pada dirinya sendiri, lalu melihat ke arah kakaknya.
"Kak, kalau Acil yang terluka apa kakak akan sekhawatir itu sama Acil?" tanya Acil dengan senyumannya.
Kevin tidak menjawab pertanyaan Acil, dia memilih untuk diam saja. Sebenarnya Kevin bisa saja menjawab dengan mudah dengan mengatakan 'tentu saja, kamu kan adik kakak'. Tapi rasanya kata itu sangat sulit diucapkan oleh seorang Kevin Pratama Nugraha.
Acil mengerti, kemudian ia menganggukkan kepalanya lalu meletakkan kain pel karena sudah menyelesaikan masalah yang ia buat tadi.
"Kalau begitu, selamat malam." Acil pergi dari sana sambil membawa teko airnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Terakhir Acil untuk Tuhan ✔
Fiksi Penggemar⚠️ DILARANG KERAS UNTUK PLAGIAT CERITA!!! JANGAN PLAGIAT YA, DOSA TAU!!! ⚠️ Jangan tertipu oleh judul Assylia Putri Nugraha biasa di panggil Acil, ia berusia 16 tahun, gadis yang terlahir di keluarga yang berada. Semua kebutuhan nya tercukupi, tetap...