"Haha, haha, haha, akhirnya mereka dirundung rasa bersalah selama hidup mereka. Bukankah, itu kisah yang indah? Acil yang mati, Papa nya yang masuk penjara, kakak dan Mama nya dirundung rasa penyesalan, kemudian kakak nya yang lain masih menyimpan dendam. Haha, ini adalah kisah yang sangat indah, dimana pemain utama nya 'dead', haha," bisik gadis itu secara perlahan kemudian bertepuk tangan kembali dengan riang, gadis itu bercerita kepada perawat di depannya. Sedangkan perawat itu menatap sendu pada gadis itu.
"Sayang," panggil seseorang kepada sang perawat.
"Oh, Dirga," sapanya kembali setelah mengalihkan perhatiannya pada gadis itu.
Laki-laki muda yang dipanggil Dirga itu tersenyum sambil melambaikan tangannya pada sang kekasih. Laki-laki kekar itu berusia sekitar 26 tahunan yang satu usia dengan kekasihnya saat ini.
"Dinda udah datang kesini belum, yang?" tanya Dirga.
"Belum, katanya sebentar lagi," jawabnya.
"Sayang, apa dia masih sering menceritakan hal yang sama?" tanya Dirga.
"Ya, ini sudah ke 5 kalinya dia mengatakan kalau kisah yang ia ceritakan itu sangat indah. Padahal kenyataannya tidak, apa kita salah dengan menahannya disini?" tanya gadis itu.
"Hey Keyla, lihat aku." Dirga mengambil wajah kecil itu menghadap ke dirinya.
"Ini adalah yang terbaik untuk kesehatan mental Acil," jawab Dirga.
Keyla yang berbicara dengan Dirga sekaligus kekasih Dirga hanya mengangguk setuju dengan apa yang diucapkan kekasihnya itu.
Tunggu, bukankah Dirga mengatakan tentang Acil tadi? Apa yang sudah terjadi?
"Andai saja waktu itu kami tidak telat datang ke rumah nya," lirih Keyla.
Dirga menatap sendu ke kekasihnya itu kemudian ia membawa Keyla ke dalam pelukan hangatnya sambil menenangkan gadis itu.
"Bentar ya sayang, aku bawakan sesuatu untuk Acil." Dirga melepaskan pelukannya kemudian berjalan ke arah Acil.
"Acil, yuhuu, kakak tampan datang!" seru Dirga dengan semangat. Keyla hanya terkiki geli dengan tingkah kekasihnya itu.
Acil yang asik bermain dengan bonekanya menatap lelaki itu dengan tatapan marah. Dirga menatap heran kepada Acil, kenapa gadis itu tampak marah padanya?
"Acil sudah tidak ada, sini sini aku ceritakan sebuah rahasia pada kakak." Acil melambaikan tangannya dan menyuruh Dirga untuk mendekat.
Dirga mendekatkan dirinya kemudian Acil langsung membisikkan sesuatu yang membuat Dirga membulatkan matanya tak percaya.
"Acil itu sudah mati, dia sudah mati, haha, disini tidak ada yang namanya Acil. Dia sering cerita kalau dia merasa tersiksa dengan keluarga itu, tapi sekarang dia sudah bahagia karena mereka semua telah sengsara. Haha, sengsara, haha, sengsara, haha, mati, yeiy mati, mati, dia mati, haha." Acil berlari lari sambil mengelilingi Dirga dan sambil mengatakan kata mati dari bibir kecilnya.
Dirga menatap Keyla dengan tatapan sedih, sedangkan Keyla hanya bisa menitikkan air matanya ketika mendengar ucapan itu dari mulut Acil sendiri.
Keyla memalingkan wajahnya kemudian mengusap air mata yang mengalir dari matanya.
10 tahun yang lalu
Disaat Acil dan teman-temannya masih berusia 16 tahun. Acil yang saat itu sudah mengalami mental health, dimana keluarganya yang sering kali mengatakan kepadanya agar cepat mati dan meninggalkan dunia ini untuk selamanya.
Sejak kecil, Acil sudah mengalami perundungan di rumah, semua kakak kakaknya memukulnya dengan sapu lah, tongkat lah, apapun yang ada disekitar mereka, mereka akan memukulnya ke tubuh Acil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Terakhir Acil untuk Tuhan ✔
Fanfiction⚠️ DILARANG KERAS UNTUK PLAGIAT CERITA!!! JANGAN PLAGIAT YA, DOSA TAU!!! ⚠️ Jangan tertipu oleh judul Assylia Putri Nugraha biasa di panggil Acil, ia berusia 16 tahun, gadis yang terlahir di keluarga yang berada. Semua kebutuhan nya tercukupi, tetap...