📝24

2.2K 100 7
                                    

Apa kesalahan terbesar yang pernah kamu lakukan?
.
.
.
.
.


"Kamu egois, kamu hanya memikirkan perasaanmu saja tetapi tidak dengan perasaan kami," lirih Anthony.

"Sayang, maaf, "sesal Kinara.

"Apa kamu pikir dengan kamu yang tetap mempertahankannya, lalu membuat kamu pergi selamanya dari kami akan membuat kami senang? Bahkan dokter itu bilang besar kemungkinan kalian berdua tidak ada yang selamat. Jikapun salah satu dari kalian yang selamat, aku hanya berharap kamulah yang selamat bukan anak ini," ucap Anthony.

"Mas!" bentak Kinara.

"Apa? Aku benar bukan? Hidup kami tak ada gunanya lagi kalau kamu pergi dari kami semua. Kamu adalah pilar dari keluarga kita sayang. Jika kamu tidak ada, aku akan sangat menyesal. Andaikan waktu itu aku tau dan andaikan waktu itu aku tidak kelepasan. Kenapa kamu tidak katakan semuanya dari awal? Agar aku bisa mengontrol diriku. Aku tidak ingin kamu pergi, lebih baik anak ini saja yang pergi dari kita, mmm? Sayang, kita sudah punya tiga anak, kita tidak perlu dia lagi. Jangan keras kepala ya, mari kita operasi dan menyelamatkan mu," bujuk Anthony.

Kinara sudah meneteskan air mata karena ucapan suaminya itu. Ia tau ia salah, tapi tidak bisakah suaminya ini mendukung keputusannya? Kenapa dia harus menggugurkan anaknya? Kenapa dia harus mengeluarkan anaknya? Dia masih baik-baik saja, hanya staminanya saja yang kurang. Kalau pun anaknya dikeluarkan, Kinara ataupun anaknya kita tidak tau siapa yang selamat.

"Mas, aku mohon jangan seperti ini ya? Kalau pun kita operasi, mungkin saja kami berdua tidak selamat. Itu akan membuat penyesalan terbesar dalam hidupku, biarkan aku membesarkan dia, aku lebih memilih dia yang selamat dari pada diriku. Maaf mas," ucap Kinara yakin.

"Hahh, terserah. Kamu benar-benar egois, aku tidak peduli lagi, aku ingin sendirian. Selamat tinggal." Anthony pergi dari sana meninggalkan Kinara yang menatap miris kearah suaminya itu.


Pintu ruangan Kinara terbuka dan menampakkan wajah Liana.

"Oh? Liana," sapa Kinara.

Liana datang dengan wajah sedihnya dan itu membuat Kinara mengerti seketika.

"Ahh kamu sudah mendengarnya ya," lirih Kinara.

"Maaf."

"Kenapa minta maaf? Tidak apa-apa kok, ini sudah menjadi keputusan ku. Aku hanya perlu membujuk suamiku agar mengerti dengan permintaan ku," senyum Kinara.

"Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu," ucap Liana.

Kinara yang awalnya memandang ke arah jendela, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Liana.

"Apa?" tanya Kinara.

"Ketika kamu melahirkan nya besok, kami tidak bisa memastikan apakah salah satu dari kalian bisa selamat. Ditambah lagi dengan penyakit mu yang sekarang. Setelah di diagnosis tadi, penyakit mu sudah menyerang ke berbagai saraf. Ini sudah semakin jauh, ditambah lagi kamu yang tidak pernah mengkonsumsi obat mu lagi," ucap Liana.

"Begitu ya," senyum Kinara.

"Liana, aku ingin meminta satu permintaan padamu," mohon Kinara.

Surat Terakhir Acil untuk Tuhan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang