Semoga masih semangat ya nunggu aku update hehe..
Terimakasih sudah mau mampir ke cerita aku ya.
🌻SELAMAT MEMBACA🌻
Setelah pulang dari sekolah tidak ada yang membuka suara, baik Dhira maupun orang tuanya tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Sangat jelas bahwa orang tuanya kecewa terhadap anak gadisnya itu. Abah duduk di sofa sambil memijat pelipisnya, Dhira diam tak berkutip. Saat ini dirinya hanya bisa menangis, bagaimana dengan pendidikannya? Dia tidak mau hanya mendapat ijazah SMP.
Kini ia bingung dia masih ingin melanjutkan pendidikannya hingga ke jenjang yang lebih tinggi, namun harapannya punah bahkan di saat akan mendekati ujian sekolah dirinya malah di keluarkan di sekolah, tapi apa boleh buat nasi sudah menjadi bubur.
"NAADHIRA!!" panggil abah, baru pertama kalinya abah berbicara dengan nada ketus.
"Iyaa abah..."
Abah berdecak dia tidak bisa marah, sekalipun marah dia tidak berani memarahi putrinya. Namun kali ini dia tidak bisa menahan dirinya, terlanjur kesal.
"Abah sama ummi kecewa sama kamu Naadhira, kenapa kamu jadi seperti ini hah? Apa kita kurang dalam mendidik kamu Dhira? Abah kecewa sama kamu, tapi ini salah abah. Abah gak bisa mendidik kamu dengan benar, abah serasa gagal jadi ayah yang baik buat kamu Dhira," jelas abah.
Mendengar penuturan dari abah membuat hati Dhira tersentuh, jujur dia sangat sedih melihat kedua orang tuanya seperti ini dan dirinya yang membuat mereka seperti itu. Bahkan di saat abah kecewa dia tetap mengatakan hal yang baik, abah tidak pernah memarahi Dhira dan abah tidak pernah berkata kasar terhadapnya. Sungguh mulia hati abah dan umminya, namun dirinya sudah membuat keduanya sedih. Ia sungguh menyesali perbuatannya itu.
Karena tak dapat menahan tangisnya, matanya berkaca-kaca ia terisak dalam tangisnya. Ia termenung saat mendengarkan penuturan dari abahnya.
"Abah..."
"Ummi...."
"Maafin Dhira," isaknya.
Ummi memeluk erat tubuh Naadhira.
"Sudah sayang, jangan menangis seperti ini. Sudah terlanjur, kamu kami maafkan," lirih ummi.
Abah menghela nafas, dia menahan amarahnya sambil membaca istigfar.
"Mulai minggu depan kamu akan abah masukan ke pesantren Dhira," jelas abah.
Dhira sontak kaget, dia tidak mau di pesantren, dia tidak mau jauh dari kedua orang tuanya dan dia pun tidak suka dengan kehidupan pesantren. Dulu saat dirinya sudah lulus SD abah berencana akan memasukan dirinya ke pesantren, namun Dhira menolak waktu itu. Tiba-tiba abah mengambil keputusan seperti ini, Dhira tidak mau.
"Gak mau abah, Dhira gak mau masuk ke pesantren. Please abah Dhira gak mau..." lirih Dhira.
"Mengapa tidak mau? Abah melakukan ini demi kebaikan kamu Dhira. Abah ingin putri abah satu-satunya mandiri, menjadi wanita sholehah seperti ummi mu Dhira. Ayah merasa gagal saat melihat kelakuan kamu seperti ini, apalagi abah dan ummi baru mengetahuinya. Abah gak nerima penolakan dari kamu Dhira, siapa tau saja kamu mendapatkan hidayah jika masuk pesantren," ujar abah.
Dhira merengek di pelukan umminya matanya berkaca-kaca dia semakin terisak dalam tangisannya.
"Betul kata abah kamu nak, mau ya sayang? Kita lakuin demi kebaikan kamu juga loh sayang. Kita tidak mau melihat putri satu-satunya terjerumus ke jalan yang salah, kali ini aja kamu turuti permintaan dari kami," ujar ummi.
Dhira menggelengkan kepalanya, menandakan dia tidak mau.
"Gak mau, Dhira gak mau ke pesantren ummi...."
"Begini saja Dhira, kamu memilih. Lebih baik masuk pesantren atau kamu tidak akan kami sekolahkan lagi? Abah tidak akan memaksa, jika kamu mau melanjutkan pendidikan kamu ya kamu harus ke pesantren," jelas abah.
Gadis itu diam sejenak, memikirkan mana yang harus dia pilih?
"Yaudah Dhira mau ke pesantren, tapi Dhira gak mau jauh dari kalian."
Abah dan ummi senang mendengarnya, akhirnya Naadhira setuju dengan keputusan abahnya. Sebenarnya Dhira akan di masukan ke pesantren milik teman abahnya yaitu, kiyai Abdurrahman. Mereka sudah berteman baik sejak lama, jadi abah akan menitipkan putri kesayangannya di pesantren milik temannya itu.
Jujur saja mereka juga belum siap di tinggalkan oleh putrinya, namun mereka juga tidak mau Dhira terjerumus ke pergaulan yang salah. Mereka terpaksa melakukan ini, demi kebaikan putrinya. Lagi pula itu pesantren milik temannya, ia bisa sering-sering menjenguk Dhira.
Mata abah berkaca-kaca mendengar persetujuan dari Dhira, ia bangkit dari duduknya dan langsung memeluk erat putri kesayangannya itu. Dhira diam membeku, dia sangat beruntung mempunyai kedua orang tua seperti abah dan ummi. Mereka begiti sabar dalam mengurus dan mendidik dirinya.
"Terimakasih kamu sudah setuju dengan keputusan abah."
"Abah maafin Dhira, harusnya Dhira yang bilang makasih. Karena abah udah sabar banget mendidik Dhira."
"Dhira janji gak bakal ngecewain abah lagi, kalo Dhira lupa Dhira bakal janji lagi deh supaya inget," batin Dhira.
Setelah membahas masalah pendaftran pesantren Dhira pamit untuk pergi ke kamarnya, ia harus mengemasi barang-barangnya. Minggu depan dia akan berangkat ke pesantren, sedih rasanya bila harus jauh dari kedua orang tua.
Gadis itu membuka kerudungnya, ia membaringkan tubuhnya di kasur. Matanya menatap semua sudut kamarnya, tak terasa beberapa hari lagi dirinya akan meninggalkan kamar tercinta. Namun sebelum pergi ke pesantren, Dhira akan menghabiskan waktu bersama sahabatnya. Dia akan menyuruh nazwa menginap di rumahnya, karena beberapa hari lagi mungkin akan sulit untuk bertemu.
"Gue jadi penasaran kehidupan pesantren tuh kayak gimana."
"Eh bego sih, ya sama kek gini pasti. Cuma beda kegiatan, kan kaga mungkin juga sih kehidupan di sini sama di sana beda, di kira alam dunia sama alam barzah apa," gumam Dhira.
Ia bangkit dari duduknya, mengambil koper di atas lemari. Dirinya akan melipat baju-baju yang akan di bawa, mulai dari sweater, celana jeans dan kerudung pasmina. Aneh bukan? Di kira pesantren tempat OOTD, Dhira-Dhira.
Sebenarnya Dhira mempunyai banyak baju gamis dan kerudung syar'i di lemari, namun sayangnya tidak pernah ia pakai. Jadi semua baju gamis dan kerudung syar'i masih dalam bingkisan plastik. Dia lebih suka outfit zaman sekarang, lebih menarik menurutnya.
"Kira-kira di pesantren boleh kaga ya tidur pake kolor? Ah anjir gue paling gak bisa tidur pake celana panjang..."
"Terus kalo makan boleh kagak ya makan seblak, bakso, mie ayam...paling gak afdol kalo hari-hari gue belum makan itu..."
"Nanti bakal bisa liat drakor, anime atau dracin kaga ya..."
"Andai laptop bisa di masukin ke saku, bakal gue sembunyiin dah..."
"Aishh ngaco memang, kek orang gila gue bicara sendiri," gumam Dhira.
•NEXT PART•
Cerita ini murni dari hasil imajinasiku sendiri, maaf jika ada typo yang bertebaran atau penulisannya tidak rapih. Jangan bosan untuk selalu baca cerita ini ya❤️
📌Jangan lupa tinggalkan jejak
-Vote
-komen
-Follow akunSemoga cerita karyaku menjadi rekomend cerita terfav kalian❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Naadhira [TAMAT✅]
Teen FictionJika memang takdirnya akan selalu ada jalan untuk selalu menemukanmu, terkadang takdir tak sesuai yang di harapkan. Namun yakinlah bahwa skenario yang Allah rancang lebih baik di banding dengan rencana manusia.