TIGA PULUH🌻

867 46 0
                                    

🌻SELAMAT MEMBACA🌻

Syarifah membantu Dhira ke kelas, di sepanjang lorong mereka jalan dengan hati-hati. Semua orang yang berada di luar kelas bingung dengan gadis itu, mengapa dia jalan seperti itu? Dhira langsung menundukan pandangannya, rasanya ia ingin mengumpat saja. Syarifah yang berada di samping Dhira hanya bisa menahan tawanya, bisa-bisa kakaknya membuat Dhira hingga kesulitan berjalan.

"Mas ku itu terlalu lama nahan sepertinya, lihat saja kamu jadi kesulitan berjalan," kekeh Syarifah.

"Suttt nanti orang-orang dengar," bisik Dhira.

Saat berjalan di lorong, mereka berdua berpaspasan dengan Ning Zahira. Mereka berjalan di arah yang berlawanan, jujur saja Dhira tidak terlalu suka dan malas jika bertemi dengannya. Teringat kejadian minggu lalu membuat dia ingin marah. Ibnu menjelaskan kejadian yang sesungguhnya agar Dhira tidak salah paham.

Senyuman hangat dan sapaan ramah yang di berikan Ning Zahira membuat Dhira memutar bola matanya malas, dirinya memilih untuk diam dan tak ikut berbincang. Hanya Syarifah saja yang menjawab setiap pertanyaan-pertanyaan.

"Oiya Dhira, kenapa jalanmu sedikit berbeda sekarang? Apa terjadi sesuatu dengan kamu?"

"Oh ini, tidak ada sih hanya keseleo doang."

"Yaudah ning kami duluan ya, Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Ning Zahira memperhatikan keduanya sampai ke kelas, sampai punggung mereka tak terlihat lagi.

Ada beberapa hal yang membuat Zahira menyimpan banyak tanya dalam benaknya, mengapa akhir-akhir ini Dhira sering tidur di ndalem. Dia hanya santriwati biasa, bukan keluarga pak kiyai. Bahkan dirinya saja guru pengajar di sini belum pernah tidur di ndalem dan beberapa hari lalu Zahira tak sengaja melihat Ibnu dan Dhira berjalan beiringan.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Saya pikir-pikir mengapa mereka sepertinya menyembunyikan sesuatu," gumam Zahira.

Bel pertanda masuk sekolah sudah berbunyi, seluruh santri dan santriwati memasuki kelasnya masing-masing. Para guru pengajar pun siap mengajar di pelajaran pertama, kali ini di kelas Dhira sedang di ajarkan oleh gus Akbar. Dia guru yang sangat di kagumi oleh semua orang di sini, menurut orang gus Akbar sosok yang baik, ramah dan juga tidak cuek seperti gus Ibnu. Tetapi keduanya sama-sama tampan, mapan dan beriman hanya saja sikap mereka yang berbeda.

Akhir-akhir ini Dhira sedang tak fokus belajar, ntah apa yang sedang ia pikirkan. Dirinya terus saja menguap saat gus Akbar menjelaskan materi, jadi serasa di dongengin. Dhira menelungkupkan kepalanya di atas meja, Farida sudah memperingatkan Dhira jangan tidur sebelum jam pelajaran selesai namun tetap saja Dhira tak mendengarkan. Beberapa menit kemudian Dhira tertidu, gus Akbar yang sedang menjelaskan di depan langsung menoleh ke arah Dhira.

"Naadhira Najwa As Salwa," panggil gus Akbar.

"Hadir gus."

"Jangan tidur, nanti saya hukum kalau tidur."

"I-iya maaf gus."

Dhira celingak-celinguk sambil mengarah ke depan, Farida hanya melirik sesekali ke arah sahabatnya itu.

"Ra.."

Takdir Cinta Naadhira [TAMAT✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang