TIGA PULUH EMPAT🌻

855 45 0
                                    

🌻SRLAMAT MEMBACA🌻

Selama beberapa jam tertidur Dhira langsung membuka matanya, badannya sudah sedikit membaik. Pertama kali yang Dhira lihat saat membuka mata yaitu melihat sosok suaminya yang berada di sampingnya, Dhira pun tidur di pelukan Ibnu. Pria itu sudah terlelap, mungkin dia merasa sangat kecapean hari ini. Karena setahu Dhira, suaminya itu baru saja pulang dari luar dan langsung menghampiri Dhira di kerumunan.

Cup

Dhira mencium pipi kiri suaminya, tiba-tiba dia mendengar suara yang tak asing di dengar. Itu suara ummi dan abahnya, Dhira langsung bergegas turun ke bawah. Ia teramat rindu dengan kedua orang tuanya itu.

Sesampainya di bawah Dhira langsung lari dan memeluk abah dan umminya, sembari menangis sesenggukan mereka pun sama halnya dengan Dhira.

"Hiks, ummi..."

"Abah, Dhira kangen banget sama kalian."

"Sama sayang kita juga rindu putri abah yang tersayang," ujar abah sambil mengecup kepala Dhira.

"Gimana Kondisi kamu sekarang sayang? Ummi dengar kamu sedang hamil."

"Ummi tahu dari mana?"

"Syarifah yang memberitahu kami nak, karena mendengar kondisimu yang sedang lemas kami segera ke sini," jelas abah(pak kiyai).

"Alhamdulillah kami senang mendengarnya, gak kerasa anak ummi sudah menjadi calon ibu."

Ibnu tersenyum di atas sana saat melihat interaksi Dhira dengan keluarganya. Menggemaskan sekali dia.

"Dasar anak kecil," batin Ibnu.

Beberapa hari kemudian, hari berjalan seperti biasanya. Dhira sering merasa mual akhir-akhir ini dan membuat belajarnya jadi tidak konsentrasi. Ibnu meminta izin kepada guru pengajar dan membawa Dhira ke ndalem. Suasana ndalem sangat sepi, hanya ada mereka berdua di sana. Kedua orang tuanya selalu ada urusan di luar dan Syarifah sekolah seperti biasanya.

Semenjak ngidam Dhira jadi minta yang aneh-aneh, seperti kejadian beberapa hari lalu dia ingin makan bubur pakai saus dan pakai kuah, ingin minum jus pakai air hangat dan ingin memakan sabun mandi. Sangat aneh sekali, Ibnu hanya bisa sabar dengan keinginan istrinya.

Meskipun keinginan itu sangat tidak masuk akal.

"Diem di sini, jangan kecapean. Inget di dalam sana ada hasil jerih payahku," kekeh Ibnu sambil mengelus perut rata Dhira, gadis itu langsung memukul lengan suaminya.

"Mas, aku laper. Pengen makan hmmm," rengek Dhira.

"Jangan menangis, kamu mau makan apa? Biar saya yang memasak."

"Mau makan masakannya gus Akbar aku."

"Apa?!"

Melihat ekspresi Ibnu yang terlihat kaget membuat Dhira heran, apa salahnya? Lagi pula ini keinginan anaknya.

"Gak boleh ya mas?" Dhira langsung sedih.

"Bentar, saya panggilkan Akbar."

Tak tega melihat istrinya begitu, Ibnu bergegas menemui Akbar yang untung saja sudah selesai mengajar. Gus Akbar yang merasa aneh mengapa Ibnu mencarinya?

Takdir Cinta Naadhira [TAMAT✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang