TUJUH BELAS🌻

651 45 0
                                    

🌻SELAMAT MEMBACA🌻

Telpon di matikan, Dhira mendengar suara deheman di ambang pintu. Itu adalah Gus Akbar yang baru saja datang, dia melirik ke arah gadis itu. Dhira yang di perhatian seperti itu terasa kaku dan malu.

"Gus Akbar sejak kapan kesini?" tanya Dhira.

"Dari tadi sih."

"Ohh jadi Gus Akbar nguping pembicaraan aku sama ummi ya?!"

Gus Akbar tersenyum kikuk. "Ah lagian saya tidak sengaja dan tidak tahu juga kamu sedang telponan."

"Mengelak saja bisanya, terus ngapain Gus Akbar kesini?"

"Tidak ada apa-apa, saya hanya merindukan kamu," celetuknya.

Dhira langsung membulatkan matanya, kedua pipinya jadi merah merona.

Ehem

Gus Ibnu hanya menyimak pembicaraan keduanya, mereka berdua pun tidak sadar dengan keberadaannya. Aroma masakan sangat menggiurkan, ternyata Gus Ibnu sangat pintar memasak daripada dirinya.

"Makananmu sudah siap, silahkan di makan," ujar Gus Ibnu, sambil memotong pembicaraan mereka.

"Tapi tanganku masih sakit Gus," cicit Dhira.

"Biar saya yang suapi kamu makan?"

Plak

Saat mengatakan itu, Gus Ibnu memukul lengan Gus Akbar.

"Jangan kelewatan kamu, biarkan Syarifah atau Zahira yang menyuapinya."

"Nah bener apa kata Gus Ibnu, sebaiknya aku di suapi oleh cewek aja Gus."

Gus Akbar mengangguk saja, dia mendelik ke arah sahabatnya itu. Mengapa dia sangat menyebalkan sekali? Mungkin saja dia cemburu.

"Apa kalian membutuhkan sesuatu?" tanya Ning Zahira.

"Oiya Zahira, tolong bantu Dhira makan. Kamu lihat kan tangan calon istri saya masih sakit," titah Gus Akbar.

"Gus Akbar mengada-ngada, aku bukan calonmu ya!!" tegur Dhira. Sementara Gus Ibnu hanya menahan tawanya.

Emang enak wkwk.

Tak terasa mentari sudah mulai tenggelam di gantikan oleh pancaran cahaya bulan, semua orang berlalu lalang berjalan kesana kemari untuk bersiap-siap pergi ke mesjid, melaksanakan sholat maghrib berjamaah tentunya. Bagi siapa saja yang telat datang ke mesjid lewat jam setengah enam, sudah pasti akan di hukum. Hukuman yang akan mereka terima yakni di pecut menggunakan sapu lidi dan rotan seperti Dhira waktu itu.

Karena mereka sudah paham dengan peraturan di sini, semua orang pasti akan datang tepat waktu karena mereka takut untuk di hukum. Setelah selesai melaksanakan sholat maghrib, semua orang dzikir dan berdoa terlebih dahulu sebelum ta'alum.

Di karenakan Dhira sedang sakit hari ini, dia masih beristirahat di dalam kamar dan melaksanakan sholat sendiri. Jujur saja dirinya merasa bosan seharian berdiam diri di kamar, karena badannya sudah mendingan Dhira memilih untuk pergi keluar menghirup udara segar.

Takdir Cinta Naadhira [TAMAT✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang