SEMBILAN BELAS🌻

606 44 0
                                    

🌻SELAMAT MEMBACA🌻

Ntah apa yang Ibnu dan Akbar tunggu, suasana kini sedang sepi. Zahira mendengar bahwa ada seseorang yang akan datang, sudah pasti itu adalah Naadhira. Akbar pergi meninggalkan Ibnu di depan, sementara itu Ibnu sedang menunggu di gerbang. Dengan langkah lambat dan hati berdebar kencang, akhirnya Zahira langsung menghampiri Ibnu. Mungkin menurutnya ini waktu yang tepat, setahu Zahira Ibnu tidak suka jika berkhalawat dengan perempuan. Jadi di sini tempat yang aman, di keramaian namun jauh dari orang-orang.

Zahira mengatur nafasnya dan berusaha untuk tenang.

"Gus, saya ingin berbicara dengan kamu. Yang menurut saya itu penting," cicit Zahira.

Ibnu mengangkat salah satu halisnya. "Ada apa Zahira? Katakan saja jangan segan-segan."

"S-sebenarnya s-say-a," bibir gemetar, hati berdebar kencang membuat nada bicara tak karuan.

"Apa yang akan kamu katakan Zahira? Coba jelaskan, saya tidak mengerti jika kamu bicara berbata seperti itu."

"Saya mencintai kamu ibnu," jelasnya, keduanya langsung saling menatap satu sama lain. Ibnu yang mendengar itu langsung tersentak kaget, dirinya pun tidak percaya bahwa Zahira sahabatnya itu mencintai dirinya.

Ibnu tersenyum simpul, mungkin dia sedang bercanda. "Kamu pasti bercanda Zahira."

"Saya tidak bercanda, saya serius. Apa kamu tidak melihatnya?"

"Tapi bagaimana ini bisa Zahira? Kamu itu sahabatku, sudah saya anggap adik saya sendiri, saudari saya sendiri. Bagaimana bisa kamu menaruh harapan lebih dari seorang sahabat atau saudari?"

"Saya mencintai kamu di awal kita bertemu Ibnu, ntah saya pun tidak mengerti rasa ini tumbuh di hati."

"Maafkan saya Zahira, saya tahu bahwa cinta itu fitrah, cinta itu anugrah dari Allah. Saya tidak melarang kamu untuk mencintai saya, kamu mencintai saya sudah kehendak dari Allah, hanya Allah yang maha membolak-balikan hati manusia. Tapi maafkan saya jika tidak bisa membalas rasa cinta itu."

Mendengar jawaban dari Ibnu membuat sekujur tubuh Zahira melemas, rasa sesak di dada langsung terasa, air mata tiba-tiba tumpah di pipi dan tak bisa di bendung lagi.

"Tidak bisakah kamu untuk menerima saya? Saya mencintai kamu sejak lama."

Sungguh tidak menyangka dengan semua ini, Ibnu memejamkan kedua matanya.

"Tapi saya sedang mencintai seseorang yang saya temui waktu saya berumur 17 tahun, memang kedengarannya konyol karena saya jatuh cinta kepadanya. Saya pikir perasaan cinta itu akan hilang dengan sendirinya, tapi itu tidak terjadi. Bahkan sampai saat ini saya masih mencintai dirinya, perihal jodoh biarkan Allah yang mengatur. Saya hanya bisa berikhtiar dan berdoa supaya saya bisa menghalalkannya."

Tambah sakitlah hati Zahira mendengar itu, kenapa dirinya baru tahu bahwa Ibnu sudah jatuh cinta kepada seseorang. Itu pun tanpa sepengetahuan dirinya.

Zahira mengusap air matanya dan pergi meninggalkan Ibnu.

Flashback...

Setiap mengingat kejadian itu membuat hatinya sakit dan sesak, bahkan sampai sekarang Zahira tidak tahu siapa gadis yang di cintai oleh sahabatnya itu.

Takdir Cinta Naadhira [TAMAT✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang