LIMA🌻

882 51 2
                                    

Jangan bosen-bosen baca cerita aku ya.

🌻SELAMAT MEMBACA🌻

Hari-hari kian berlalu tanpa henti, tak terasa sekarang sudah hari sabtu dimana Dhira sibuk mengemas barang-barangnya. Dua hari lagi dia akan pergi meninggalkan rumahnya dan memulai kehidupannya di pesantren. Malam minggu merupakan malam yang di tunggu-tunggu oleh kalangan remaja, terutama remaja yang sedang kasmaran. Tetapi tidak dengan Dhira, gadis itu sibuk dengan kegiatannya di bantu oleh sahabatnya Nazwa. Nazwa sudah berada di rumah Dhira sejak pagi, ummi yang meminta Nazwa menemani Dhira di rumah, lagi pula kedua orang tua Dhira sudah menganggap dirinya seperti anak sendiri. Begitu pula dengan orang tua Nazwa, sedih rasanya bila harus berpisah dengan sahabat yang paling dekat.

Nazwa tidak masalah jika sahabatnya pergi untuk menuntut ilmu agama, nanti juga Nazwa akan pergi menjenguk Dhira bersama abah dan ummi. Sesuai dengan penuturan abah, akhirnya Nazwa bernafas lega karena dirinya bisa bertemu dengan Dhira meski tak setiap hari. Nazwa sangat beruntung memiliki sahabat seperti Dhira, dia juga sangat beruntung kenal dengan orang tua Dhira. Mereka adalah orang-orang baik yang baru Nazwa temui.

Malam ini Dhira sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang akan dia bawa ke pesantren nanti. Senin dia akan mulai masuk pesantren, dirinya menangis karena dua hari kedepan dia akan meninggalkan rumah, sahabat dan kedua orang tuanya. Meskipun Dhira selalu berulah dan membuat onar, tetapi di rumahlah ia sering menghabiskan waktunya. Dia sering membaca novel, wattpad, menonton drakor, anime dan dracin.

"Dhiraa huwaaa gak kerasa gue bakal pisah sama lo," teriak Nazwa.

Dhira menutup kedua telinganya, suara Nazwa sangat menggemparkan ke seluruh penjuru rumah.

"Kamvret berisik banget sih lo, suara lo bisa-bisa kedenger dari Sabang sampai Merauke keknya," cibir Dhira.

"Yeuh sembarangan kalo ngomong, gini-gini juga suara gue merdu ye...."

"Halah suara lo mirip ayam berkokok sama persis menurut gue," kekeh Dhira.

"Anjir berdosa lo kalo begitu, inget Ra apa kata limbad," tukas Nazwa.

Dhira menggelengkan kepalanya, pasrah banget punya teman stres kayak titisan setan.

"Woy si Limbad bilang apa?"

"Dia bilang wswswsws," Nazwa memainkan bibirnya, hingga keluarlah cipratan air liur. Sungguh jijik syekali.

"Nazwa setan lo, noh mulut lo gerimis," ketus Dhira, ia langsung mengelap mukanya menggunakan tissue.

Setelah selesai merapihkan barang-barang, mereka kini sedang asik menonton anime yang berjudul kimi ni todoke meskipun itu anime lama tetapi sangat seru jika di tonton.

Wibu mana suaranya?

"Kazehaya Kun, sabilah anjir jadi husbu gue," ujar Nazwa.

"Halah tai lo, dia husbu gue. Tipe lu kan si Jarjit Singh jhahahaa si dua tiga kagak ada satunya awokawok," ledek Dhira.

Nazwa berdecak kesal, bisa-bisanya melibatkan Jarjit Singh di antara kita.

"Kenapa si Jarjit tuh kalo menghitung selalu kaga ada satunya?" Tanya Nazwa.

"Wahh kenapa tuh?" Dhira bertanya balik.

"Ya justru itu gue kagak tau jawabannya," kekeh Nazwa. Dhira langsung melempar bantal ke arah Nazwa.

"Pasrah banget gue punya temen kayak lo Naz, cuma bisa ngelus dada."

Begitulah mereka jika bersama selalu berdebat karena hal-hal sepele, senang rasanya memiliki teman sefrekuensi.

Suara notifikasi handphone membuat Dhira menatap ke arah kasur, handphone berbunyi menandakan adanya telpon masuk. Dia langsung mengambil handphone miliknya yang sedang di cas, di sana tertulis bahwa Ibra yang menelponnya. Dhira langsung memutar bola matanya malas, mengapa di selalu menghubungi dirinya? Padahal dirinya kini sudah sering mengabaikan dirinya.

"Hallo, kenapa Ib?"

"Ra kenapa baru respon aku?"

"Sorry ya mending lo mundur aja deh, gak usah terus-terusan menghubungi gue, maafin gue sampai saat ini gue belum ada perasaan apapun ke lo Ib. Lebih baik lo mundur, ada yang lebih baik dari gue dan lo pantes mendapatkan orang yang lebih dari gue Ib."

Jujur saja Dhira masih sangat kesal soal kejadian beberapa hari lalu, dirinya di keluarkan di sekolah gara-gara bertengkar dengan Zelika dan itupun perihal laki-laki.

"Tapi Ra aku udah terlanjur cinta sama kamu, apa perjuangan aku selama ini gak ada artinya sama sekali?"

"Jawab aku Ra."

"Gue udah nyoba buat buka hati ke lo Ib, tapi ntah kenapa gue gak ada perasaan apapun. Perihal hati gak bisa di paksain Ib, gue bisa nerima lo tapi hati gue gak bisa maksain itu."

"Oke Ra kalo itu keputusan kamu, tapi kamu harus inget satu hal. I always loved you okay?"

Tut

Dhira mematikan ponselnya, ia sangat bosan mendengar perkataan seperti itu.

Ucapan tanpa pembuktian itu bohong, ya kan ughtea?

Tidak mau memikirkan hal itu lagi yang hanya membuat pusing kepala saja, karena waktu sudah larut malam kedua gadis itu memutuskan untuk tidur.

•🌻•

Pagi harinya kedua gadis itu sudah bangun sejak pukul 04.00 wib, kini keduanya sudah selesai mandi. Setelah selesai melaksanakan sholat subuh, keduanya langsung menuruni tangga. Mereka akan sarapan pagi di meja makan, namun sayangnya Nazwa harus pamit pulang karena di rumahnya sedang tidak ada siapa-siapa. Barusan mamahnya menelpon kepadanya agar segera pulang untuk menjaga rumah.

Ummi membawakan kotak makan untuk memberikannya kepada Nazwa, karena Nazwa tidak akan sarapan bersama mereka di karenakan akan pulang, ummi menyiapkan kotak nasi untuk sarapan Nazwa.

"Ummi, abah. Maaf ya Nanaz gak bisa sarapan bareng kalian soalnya mamah nyuruh Nanaz segera pulang," ujar Nazwa.

"Naz, mending kamu sarapan dulu bersama kita. Setelah selesai sarapan abah akan mengantarmu pulang nak," ujar abah.

"Nah bener tuh kata abah, gue gak mau ya anak orang sampai kelaparan," bisik Dhira.

Nazwa kebingungan sekarang di sisi lain dia tidak enak jika menolak tawaran ummi dan abah, Nazwa menerima tawaran dari mereka. Abah dan ummi tersenyum senang.

"Kamu sarapan bareng kita, nanti ummi bakal siapin makanan buat di bawa pulang," ujar ummi.

Nazwa tersenyum kikuk. "Eh nggak usah ummi, ngerepotin ummi jadinya."

"Malu-malu tapi mau lo, bungkusin aja ummi nanti juga di makan kok," ujar Dhira.

Ingin rasanya membekap mulut si Naadhira.

"Sebelum makan kita do'a bersama-sama dulu ya, silahkan abah pimpin do'anya."

Setelah abah memimpin do'a semua langsung memakan masakan yang di masak oleh ummi, rasanya sangat lezat seperti makanan di restoran bintang lima. Ummi sangat hebat dalam urusan rumah tangga, karena dulu ummi adalah lulusan pondok pesantren dia sudah terbiasa melakukan semua hal sendiri. Itulah sebabnya abah ingin Dhira masuk pesantren, agar kelak bisa seperti umminya dan istri yang baik untuk jodohnya.

Sampai jumpa di part selanjutnya.

•NEXT PART•

Cerita ini murni dari hasil imajinasiku sendiri, maaf jika ada typo yang bertebaran atau penulisannya tidak rapih. Jangan bosan untuk selalu baca cerita ini ya❤️

📌Jangan lupa tinggalkan jejak
-Vote
-komen
-Follow akun

Semoga cerita karyaku menjadi rekomend cerita terfav kalian❤️

Takdir Cinta Naadhira [TAMAT✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang