DUA PULUH DUA🌻

658 41 0
                                    

🌻SELAMAT MEMBACA🌻

Sepulang dari butik mereka berdua memutuskan untuk membeli makanan, mereka sangat lapar siang ini. Sebelum waktu dzuhur tiba mereka harus makan dan mencaru mesjid di perkotaaan. Sejak tadi Dhira masih malu jika teringat perihal tadi, Gus Ibnu seakan terhipnotis olehnya. Ia terkekeh pelan, sementara pria yang di sampingnya melirik dan mengernyit. Kenapa dia tiba-tiba tertawa?

Tak memperdulikan itu, Gus Ibnu fokus menyetir sambil melihat-lihat suasana perkotaan. Pusat perkotaan sangat ramai hari ini, bahkan setiap hari. Banyak kendaraan yang melintas dan orang berlalu lalang di pinggir jalan. Dhira mengingat kejadian dahulu, saat dirinya masih bersekolah di sini setiap pulang sekolah dia pasti akan nongkrong di warung seblak langganannya. Tidak sendirian dia selalu di temani oleh sahabatnya Nazwa, rasa rindu tersimpan di dada dan sudah lama Dhira tidak bertemu dengan sahabatnya itu.

"Eh iya Gus, dulu aku sering makan di sana sambil nunggu angkot lewat," ujar Dhira, jarinya menunjuk ke arah tukang penjual mie ayam yang menjadi langganannya.

"Mau makan di sana?"

Dhira melirik dan tersenyum. "Lain kali kita makan di sana, kalau Gus udah jadi suami aku. Kalau udah nikah kita pasti akan berkunjung ke sini kan?"

Guw Ibnu berdehem. "Hmmm, saya tidak tahu. belum bisa memastikannya Dhira."

"Oiya Gus, Dhira udah lama gak jajan disini. Mumpung gak ada ummi dan abah, Gus boleh gak kalau aku jajan?"

"Kenapa kamu bertanya kepada saya Dhira? Itu terserahmu saja."

Mata gadis itu berbinar dan terukuri senyuman manis di bibirnya. "Tapi Gus jangan bilang ke ummi sama abah ya."

"Kenapa emang?"

"Mereka selalu melarang aku untuk makan makanan di pedagang kaki lima, kalau ketahuan mereka pasti memarahiku."

Dari dulu ummi dan abah melarang Dhira untuk jajan di pinggir jalan, mengingat kejadian waktu dirinya keracunan pas SMP. Sejak kejadian itu, ummi dan abahnya melarangnya. Padahal menurutnya itu sangat enak dan menghemat saku para pelajar.

"Jika ummi dan abah melarang, untuk apa kamu masih nekat?"

"Tapi kali ini aja, aku kangen banget jajanan di sini. Please ya Gus please."

"Baik, tapi lebih di perhatikan lagi."

Senyum sumringah dan perasaan senang di rasakan oleh gadis itu.

Selama di perjalanan mereka memutuskan untuk makan di restaurant yang tempatnya berada di tengah perkotaan, waktu menunjukan pukul 10.40 wib jadi masih ada waktu sebelum kembali pulang.

Mereka berjalan ber iringan masuk ke dalam, restaurant kini cukup ramai. Kebanyakan dari kalangan remaja yang mengisi tempat itu. Dhira dan Gus Ibnu duduk di tempat dekat kasir, sebuah pelayan memberikan menu masakan yang tersedia di sana. Gus Ibnu melihat-lihat menu masakan apa yang akan mereka makan.

"Saya pesan chiken wings spicy dan minumannya jus jeruk."

"Dhira mau pesan apa?"

"Samain aja Gus."

Pelayan langsung mencatat pesanan yang sudah di pesankan.

Sambil menunggu pesanan datang, Dhira melihat-lihat keseluruh penjuru ruangan tersebut. Di belakang sana ada taman bunga yang begitu indah, Dhira izin kepada Gus Ibnu untuk melihat.

Saat hendak akan berjalan menuju belakang, tiba-tiba ada yang menarik tangannya. Sontak Dhira langsung tersentak kaget, matanya terbelak saat melihat seseorang yang sudah lama tidak dia temui. Dia adalah Ibra, ketua osis dan teman Dhira saat SMA.

Takdir Cinta Naadhira [TAMAT✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang