SEMBILAN🌻

713 45 0
                                    

🌻SELAMAT MEMBACA🌻

Setelah pamitan bersama kedua orang tuanya, Dhira di antar oleh Gus Akbar ke asrama putri. Kebetulan juga dia ada jadwal mengajar di dekat asrama putri, sebenarnya itu perintah dari kiyai Abdurrahman untuk menemani Dhira keliling pesantren sambil memberi tahunya tentang ruang apa saja yang ada dalam pesantren.

Banyak pasang mata yang menatap mereka, meski mereka tidak berjalan beriringan. Gus Akbar yang lebih dulu berjalan dan di ikuti oleh Dhira. Jantung Dhira berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya, ia tidak pernah merasakan seperti ini sebelumnya. Baru pertama kali dan itu jika dirinya melihat Gus Akbar.

Tampan, mapan dan beriman bukankah itu sangat menjadi tipe para sebagian besar kaum hawa? Gus Akbar memiliki sikap yang ramah dan sopan, tidak seperti Gus Ibnu yang cuek dan killer.

"Oh ya, maafin ya soal tadi. Dhira gak tau kalo Gus Akbar guru di sini," cicit Dhira.

"Tidak papa jika kamu tidak tau, saya hanya memberi saran aja. Kalo di sini jangan berbicara dengan bahasa lo-gue, itu tidak sopan kesannya," tegur Gus Akbar. Melihat perubahan ekspresi Dhira membuat Gus Akbar tidak enak berbicara seperti itu, terlebih gadis ini sedang bersedih.

"Dhira paham Gus..."

Gus Akbar menghela nafas pelan. "Laa Tahzan, Innallaha ma'ana."

Dhira tirak mengerti apa yang di maksud Gus Akbar.

Gadis itu berdecak kesal. "Gus, jangan bicara pake bahasa enggres dong. Dhira gak ngerti tau..."

"Artinya jangan bersedih, Allah bersama kita. Jadi kalo kamu kangen ummi dan abah kamu, kamu harus mendo'akan mereka supaya mereka baik dan sehat di sana," jelas Gus Akbar. Dhira tertegun mendengarnya, ntah mengapa mendengar penuturan Gus Akbar membuat Dhira merasa tenang.

"Makasih Gus udah bikin hati Dhira tenang," gadis itu langsung sumringah senyum.

"Sama-sama Ra, yasudah kita sudah sampai. Ini asrama kamu, dalam satu kamar ada empat orang Ra," ujar Gus Akbar.

Buset katanya empat orang dalam satu kamar? Kamar sempit seperti itu di huni oleh empat orang sekaligus, kalo di rumah kamar luas untuk sendiri.

"What!! Buset Gus empat orang?" Ia sontak kaget.

"Iya Ra empat orang, emangnya kenapa? Kan supaya kamu ada teman di sini. Siapa tau satu kamar dengan mereka membuat kalian dekat," jelasnya.

Dhira menggaruk tengkuknya. "Kenapa gak sekalian satu RT? Satu desa sekalian Gus."

"Maaf Dhira, peraturan di sini emang begitu. Satu kamar harus di isi oleh empat orang."

"Ah kalo gitu mah Dhira satu kamar sama Gus Akbar aja dehhh," celetuk Dhira.

Gus Akbar langsung salah tingkah, namun dia harus bersikap biasa saja sungguh malu jika Dhira mengetahuinya.

"Belum mahram Dhira," cicit Gus Akbar.

"Hehe maaf gus Dhira bercanda, kalo begitu Dhira ke kamar dulu ya ngantuk pengen tidur. Makasih udah nganterin Dhira, jangan sungkan-sungkan menemui saya," ujar Dhira.

"Tapi putra tidak boleh memasuki asrama putri Dhira, begitupun dengan putri gak boleh ke asrama putra. Kamu harus tau itu."

"Yaelah gus serius amat, enak kali ya di seriusin sama my crush," batin Dhira.

Takdir Cinta Naadhira [TAMAT✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang