"Kita pulang dulu bun, yah." pamit Ezza, membuat Dena dan Miko langsung menatapnya.
"Ih, kok cepet banget sih pulangnya." ucap Dena tidak terima kalau anak dan menantunya pulang.
"Ini udah malem, mending kalian nginep di sini aja dulu." imbuh Miko dan langsung diangguki oleh Dena.
"Makanya aku pamit pulang, mumpung belum terlalu larut." terang Ezza.
Dena mencebikan bibirnya kesal, "semalem aja nginep di sini kenapa sih, Za. Freya juga pasti mau, iya kan sayang?" Dena menatap penuh harap pada Freya, sedangkan Freya hanya bisa diam. Dia bingung harus jawab apa.
"Freya ikut aku, kalau aku pulang Freya juga pulang."
"Udah bun, gak apa-apa. Namanya juga pengantin baru, maklumin aja, kasih mereka ruang untuk lebih mendekatkan diri lagi." potong Miko sebelum Dena melontatkan ucapannya.
"Tapi---"
"Katanya kamu mau cepat-cepat punya cucu, makanya biarin mereka pulang." bisik Miko.
Dena diam, mencerna ucapan suaminya yang ternyata ada benarnya juga.
Dena berdehem, "iya udah, kalau kalian mau pulang. Tapi, sering-sering main ke sini lagi ya."
Ezza mengangguk, "iya, bun."
Dena dan Miko mengantar anak dan menantunya itu sampai teras.
"Freya sama pak Ezza, pamit pulang dulu ya bun, yah." kata Freya seraya menyalimi tangan Dena dan Miko.
"Kok kamu panggil Ezza masih pake embel-embel pak sih, kalian kan sudah jadi suami istri bukan sekedar guru dan siswi doang." tanya Dena heran, padahal usia pernikahan Ezza dan Freya sudah satu bulan tapi kenapa panggilan Freya masih tetap sama.
"Freya udah kebiasaan, lagian juga bingung mau panggil dengan sebutan apa, bun." ucap Freya lirih.
Dena yang mendengar penututan Freya sedikit terkekeh, "kamu ini gimana sih, Ezza kan suami kamu. Kamu bisa panggil dia mas atau sayang, dua-duanya malah lebih bagus."
Freya tertegun, yang benar saja. Masa ia harus memanggil Ezza dengan sebutan mas atau sayang? Akh, membayangkannya saja sudah membuat Freya geli sendiri.
"Tapi, Freya gak biasa panggil pak Ezza dengan sebutan mas atau sayang."
"Makanya bunda suruh kamu panggil Ezza dengan sebutan itu, biar kamunya kebiasaan."
"Tapi---"
Tin... Tin...
"Freya, pulang." kata Ezza sambil membuka kaca mobilnya.
Sudah lebih dari lima menit, Ezza menunggu istrinya di dalam mobil. Ia kira Dena dan Freya hanya berbincang-bincang sebentar, tapi nyatanya malah diluar dugaannya.
Dena dan Freya dengan kompak menatap Ezza yang sudah menampilkan wajah kesalnya.
Dena tertawa ringan, "suami kamu udah kesel tuh, sana samperin. Jangan lupa sama pesan bunda tadi ya, sayang."
Freya mengangguk ragu, "iya, bun."
Dena dan Miko melambaikan tangan sampai akhirnya mobil hitam milik Ezza keluar dari gerbang rumah mewahnya.
"Gak sabar banget buat gendong cucu." seru Dena dengan senyum merekah.
"Makanya kamu jangan halangi mereka untuk selalu berduaan." kata Miko sambil mengusap puncak kepala istrinya.
"Gak akan lagi."
*****
"Kenapa tadi lama, bunda ngomong apa aja sama kamu." tanya Ezza seraya menatap Freya sekilas lalu kembali fokus menatap jalanan ibu kota.

KAMU SEDANG MEMBACA
GURUKU JODOHKU!
Teen FictionMenikah dengan guru?! ----------✿✿✿---------- Bagaimana bisa dua orang yang tidak saling kenal dan punya kesan buruk pada ingatan masing-masing diminta untuk menikah? Inilah yang dialami oleh, Altezza Abhivandya dan Freya Nufaira. Status mereka ya...