9. GURUKU JODOHKU

718 42 1
                                    

Setelah menceritakan tentang perjodohannya pada Nesya, dua gadis cantik itu melangkahkan kakinya menuju kelas. Saat menuju kelas tiba-tiba saja Freya dan Nesya berpapasan dengan Ezza, netra Freya dan Ezza saling bertemu mereka sama-sama memasang wajah datar, seolah-olah tidak kenal satu sama lain.

Berbeda dengan Nesya yang sekarang sedang menggigit jari telunjuknya karena terpesona oleh ketampanan Ezza, wajah dan penampilan simpel Ezza tidak pernah gagal, selalu saja membuat hati para cewek termasuk Nesya terbebani.

"Ganteng banget ya pak Ezza." ujar Nesya kagum, dia masih menatap punggung Ezza yang kini sudah menghilang.

Freya memutar bola matanya malas.

"Muka datar kayak triplek gitu dibilang ganteng? Minus mata lo." ejek Freya.

"Lo kali yang minus, pak Ezza itu inceran cewek-cewek kalau lo lupa."

"Mau incaran cewek-cewek kek, ibu-ibu kek, janda-janda kek, sampai nenek-nenek sekalipun gue gak akan peduli."

"Terserah lo aja, nanti kalau lo bucin sama pak Ezza, gue bagian ketawa paling keras!"

"Dan itu gak akan pernah terjadi!"

*****

"Ekhem, ekhem..." dehem seseorang membuat Ezza langsung mengangkat pandangannya.

"Kenapa?" tanya Ezza pada Nitha---salah satu guru muda di Sma Bina Jaya.

Nitha gugup saat Ezza menatapnya lekat.
Dia menyunggingkan senyumnya sebelum mengatakan apa yang akan dia ucapkan pada laki-laki di depannya ini.

"Pak Ezza pulang sendirikan? Saya numpang sama pak Ezza ya, soalnya mobil saya sedang ada dibengkel." kata Nitha. Dia harap pak Ezza bisa berbaik hati mengizinkan dirinya pulang bersama.

"Saya tidak bisa, minta tolong saja sama guru lain." tolak Ezza.

"Tapi pak, guru yang lain sudah pada pulang dan hanya tinggal pak Ezza sama saya." bujuk Nitha agar Ezza menarik kembali ucapannya tadi.

Ezza menatap sekeliling ruang guru dan apa yang dikatakan oleh Nitha memang benar, di sini sudah tidak ada guru lagi selain mereka berdua.

Menghela napas pasrah, Ezza yang melihat wajah penuh harap dari Nitha membuat dirinya merasa kasihan. Baru saja Ezza ingin mengatakan 'iya' tiba-tiba netra hitamnya melihat seorang guru yang masuk ke ruang guru lagi.

Satu ide langsung terlintas dalam otaknya.

"Bu Nitha ingin pulang sekarang?" tanya Ezza dan langsung mendapat anggukan dari Nitha.

Nitha tersenyum senang, sepertinya usaha untuk bisa pulang bareng Ezza berjalan sesuai dengan rencananya.

"Ya sudah---"

"Terima kasih banyak pak, kalau begitu ayo kita pul---" potong Nitha cepat dengan senyum sumringah.

"Saya paling tidak suka sama orang yang main potong omongan orang lain seenaknya." ucap Ezza dingin.

Nitha meneguk kasar salivanya, apa tadi dia salah berucap?

"Maksud pak Ezza apa?" tanya Nitha bingung.

"Bu Nitha lihat di depan sana," tunjuk Ezza kearah meja guru paling depan, "bu Nitha pulang saja sama pak Handoko, saya ada keperluan penting."

Mata Nitha melebar saat menemukan pak Handoko, guru berbadan cukup lebar yang usianya tidak jauh beda dengan Ezza, sedang duduk dikursi gurunya. Seingat Nitha, tadi di sini tidak ada guru lain selain dirinya dan Ezza, tapi kenapa tiba-tiba ada pak Handoko.

GURUKU JODOHKU! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang