BAB XIV

2.4K 53 1
                                    


"Kamu jangan kemana, diam di sini saja.." Ucap Om Rendi sambil menendang kepala ku menggunakan sepatu tungangnya.

Tangan terikat kebelakang mengunakan borgol penjahat membuatku tak bisa berkutik lebih banyak, kaki diikat, serta mulut terbungkus kaos kaki Om Rendi yang masih menempel di mulutku, bukan hanya satu kaos kaki tetapi 2 kaos kaki, bau kaos kaki busuk sangat tercium jelas....

Semua akibat kemarin malam, dia menyuruhku mencium kaos kaki basah dan ingin sekali aku memuntahkan nya karena wangi nya sangat busuk sekali. Entah habis dari mana Om Rendi ini, sepertinya dia habis ngawal dan sepatunya merembes terkena air hujan dan basah..

Semakin aku mau muntah, dia memukulku menggunakan tongkat Polantasnya. Bluggg... blugghhh....dengan terpaksa aku menjilati kaos kaki hitam nya dengan menahan napas dengan tangan terikat.

Biar lebih akrab, Om Rendi menyuruhku untuk memanggil abang, tidak Om lagi, sepertinya memang Om Rendi ini akan balas dendam tentang pelecehan sexsual yang kemarin iya dapatkan.

" Om...tolong lepaskan saya.. saya janji akan hapus video kemarin.. tetapi tolong jangan lakukan ini Omm. Saya janji..ucapku memelas...

" Anjing kau..... Panggil saya Abang goblog...apa perlu saya tembak kamu....Hardik Om Rendi, sambil mengambil pistol di pinggangnya..

" Iya.... iya bang, maaf, tolong jangan lakukan ini bang....

" Persetan kau, kau tidak ingat, melakukan apa dengan saya Rama" Ucap Bang Rendi sambil duduk di jok motor patwalnya tersebut...

Entah, bagaimana bisa-bisanya Motor patwal ini masuk kedalam ruangan ini, apakah dia sengaja untuk mengulang kejadian di mana aku masturbasi di garasi rumahnya tersebut..

" kamu telan kaos kaki Abang ini, bukannya kamu suka", ini yang kau lakukan kemarin bukan anjingg kau...... ...

" tolong jangan bang, jangan bang....mohonku.

Semakin aku memelas, semakin Bang Rendi suka dengan tingkah laku ku itu..

"Anjing... jangan lah kau memelas seperti itu adik.. abang liat kau semakin nafsu". Ucap Bang Rendi sambil menyentuh wajahku menggunakan sarung tangan kulit.

"No.no...bukan Nafsu tetapi ingin membuat kamu lebih menderita lagi Rama.... hahahahah ucap Om Rendi sambil menghisap rokok dan mengepulkan asapnya di wajahku. Dan sontak aku terbantuk-batuk....Aku memang merokok, tetapi aku tidak suka asap dari rokok tersebut.

" Bang, jangan lakukan itu bang, huekkk......mmmmm sebuah muntahan keluar begitu saja...

"Bangsat kau adikkk" . Hardik Bang Rendi

Seketika itu juga sepatu tunggang Bang Rendi membersihkan muntahanku dengan cara menginjak nya mengunakan tumit sol sepatunya.

Bluggg... tendangan sepatu itu membuatku terpelanting ke belakang...
Dengan posisi terikat ke belakang, seketika badanku tersungkur ke lantai.

Cuihhhhh... anjing kau adikssss, air liur Bang Rendi menempel di wajahku.

"Adikk.. Abang baik-baik minta sama kamu, tetapi kamu malah muntah.... anjing ini kamu telan lagi muntahan kamu...."

"Bang tolong... jangan.. " aku memelas

Dengan dorongan dari sepatunya itu membuat mau tidak mau aku mesti menjilati dan memakan lagi muntahanku.. entah di lantai ataupun di sepatu sol tungangnya.

"BAGUS ADIK..."Kan dari tadi loh, kan gak perlu di kerasin sama abang ya... perlakuan kamu kemarin akan lebih hina daripada ini adik.

"Sekarang, kamu telan kaos kaki abang ini ya....

Belum aku bilang tanda setuju, Dengan cepat dia memasukan kaos kakinya , dan lalu menyumpal mulut ku, aku berusaha untuk memuntahkannya , tetapi apa mau di kata, tendangan sepatu ke wajahku sudah di lakukan olehnya dan aku tersungkur ke lantai..seketika itu juga Bang Rendi memaksakan kaos kaki basahnya masuk ke dalam mulutku menggunakan sepatu tunggangnya itu. Dan membekam mulutku hingga aku tidak dapat bernafas kembali.

Abu rokok nya dia juga buang ke dalam mulutku, bak sebuah tong sampah saja mukutku ini. iya lalu melakban mulutku hingga aku tidak dapat berucap sama sekali.

Àkhirnya 2 kaos kaki itu masuk ke dalam mulutku.. tidak puas dengan hal itu, penyiksaanku berlanjut, Bang Rendi juga menempelkan sepatu PDH polri yang aku pakai untuk masturbasi kemarin.

"Kau hirup ini dalam sepatu yang kemarin kau pakai masturbasi anjing.... Ucapnya... sambil menekan-nekan sepatunya kedalam mulutku dan hidungku hingga aku menghirup di dalam sepatunya tersebut, Baunya sangat busuk sekali. Tetapi tidak terasa bau amis malah, malah bau kàos kaki yang sudah dia pakai berhari-hari malahan...

" Saya tambah penyiksaan ya......Ucap Om Rendi, sambil mengambil lakban hitam dan memutarkanya di antara kepalaku dan membiarkan mulut dan hidungku untuk menghirup dalam sepatu tersebut...

Kasian sekali, aku ini. Dengan badan telanjang, terikat dan wajahku terlakban kaos kaki di tambah sepatu pdh polri menempel di mulutku, tidak hanya itu, sepatu tungangnya mengantung tepat di kontolku menggunakan lakban juga, yang dari tadi aku menahan rasa sakit, Aku tidak bebas bernafas, karena hidungku yang harus menghirup sepatu PDH Om Rendi ini.

Setalah dia puas, menyiksaku dan mengikatku iya lalu pergi menggunakan motor patwalnya.

Posisi ku sekarang berada di ruang tamu yang sangat besar, hanya ada TV dan kursi panjang. Tv dengan ukuran besar sekali, sekitar 79 Inci.

Sejujurnya aku sangat asing sekali tempat ini, mengapa Om Rendi ini membawaku kesini. Ini bukan rumahnya, tetapi ini di mana..kemarin siang aku ingat bahwa Om Rendi meminta ku untuk ikut dengannya, kalau tidak aku akan dibunuhnya..dan sepanjang jalan, beliau mempet terus dan memegang pundakku, layaknya seorang sahabat yang kenal akrab sekali, hingga sepanjang jalan, ada beberapa yang melirik kami, karena Om Rendi ini masih menggunakan Uniform Patwalnya

Setelah itu, aku di suruh untuk menuju mobil pajero warna hitam... dan aku di suruh untuk membuka kan mobilnya, pada saat kaki kananku masuk ke dalam mobil, pukulan keras menuju leherku dan kemudian aku pingsan dan tak sadarkan diri,..... dan sampai lah tangan dan kakiku terikat seperti ini.....di tambah Kontolku terbungkus sepatu tunggangnya tersebut.

Pegal, lelah dan lapar, perasaan itu yang aku rasakan, terakhir kemarin saja aku makan. Rasanya ingin sekali aku keluar dari ruangan ini. Tetapi mana mungkin bisa, di tambah Kontolku di selimuti oleh sepatu tungangnya dia, berat nya tidak seberapa apalgi kita angkat menggunakan tangan, tetapi apabila aku angkat dengan kontolku sama saja beratnya seperti mengakat beban beberapa puluh kilo, dan sepertinya sengaja dia menyuruhku untuk kencing di dalam sepatu tunggangnya ini.

Tenagaku seperti nya sudah tak kuat lagi untuk mengerak-gerakan badanku, aku hanya tergeletak di lantai, dan tiba-tiba aku mengantuk dan langsung tertidur..

Percikan air mengalir di atas tubuhku, dari bawah hingga naik ke atas muka, hingga aku bangun.

" Bangun.....bangunnn kau Rama Halim Saputra"ucap abang Rendi yang sedang mengencingi tubuhku.

Aku terkaget-kaget dan ku langsung goyang-goyangkan badanku menadakan sebuah penolakan dan tentunya merasa jijik sekali, karena baru pertama aku merasakan rasanya di kencingin seperti ini, bau amis, atau bau kencing tidak tercium di karenakan Sepatu PDH Polri ini menempel di wajahku hingga kencingnya selesai.

" Aku akan buat kamu menderita Rama, bukannya ini yang kamu minta ". Ucap Bang Rendi sambil mengoyang-goyangkan kepala ku dengan sepatu bootsnya.

Ehmmmm.hhmmmmm..hmmmmm ucapku di balik sumpalan kaos kaki dan sepatu Pdh Polrinya..

Rama Halim SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang