BAB XV

2.4K 56 4
                                    

Waktu sudah menjukan pukul 18:00, aku mandi dan membersihkan semua kotoran yang menempel di tubuhku, setiap air yang ku siram di tubuhku, pasti terasa perih, pedih di tambah sakit luka lebam di wajahku dan di beberapa area tubuh yg lainnya membuatku terasa lebih menyakitkan

"Rama.. cepat selesaikan mandimu." Ucap Om Rendi yang sedang menunggu di luar.

Aku di perbolehkan untuk mandi dan membersihkan badan, setelah aku menyetujuinya untuk tidak kabur dari tempat ini. Ku lihat kamar mandi ini hanya ada sebuah jendela kecil di atas, tetapi itu hanya muat untuk tanganku, tidak mungkin aku bisa kabur lewat situ.

Aku keluar dari kamar mandi, dengan masih menggunakan handuk dan bertelanjang dada. Kemudian aku melihat ada sebuah makanan tepat di meja makan, dengan cepat aku habiskan dan aku minum secepatnya, karena aku bener-bener kelaparan san sangat kehausan sekali.

"Rama... rama kau kesini perintah Om Rendi di area ruang tamu.

Aku mengikuti arah suara tersebut, hingga ku melihat Om Rendi masih berpakaian lengkap, dan masih menggunakan sepatu tunggang dan sarung tangan hitamnya, tak luput juga helm dan kacamat hitamnya.

" Iya bang... jawabku...
" Ngapain kau pakai handuk..buka handukmu.... Perintah Om Rendi...

" Om... baju saya mana Om.. tanyaku...
" Selama kau disini, kau tak berhak memakai bajumu... Jelas"...
" Tetapi Om....
" Jangan banyak bacot kamu.... cepat kesini.... Perintah Om Rendi..

Dengan terpaksa, ku buka handukku, dan tentunya si Joni pun ikut bangun juga...

" Anjing.....kau Rama.. ternyata kau suka dengan saya ya..... Ucap Om Rendi yang kemudian duduk di sofa cream tersebut.

" Kau jilati sepatu tunggang saya ini...perintahnya.

Dengan cepat aku menuruti perintah Om Rendi, aku menunduk dan menjilati sepatu tunggangnya... aku mirip sekali seperti seekor anjing yang sedang menjilati kaki pemilikinya... ku jilati sepatu Om Rendi ini dengan lihai, karena aku sudah terbiasa juga dari kemarin..

Tak bisa di pungkiri, aku memang suka Om Rendi, apalagi kalau dia sudah menggunakan seragam kerjanya dengan sepatu boots lancip membuat si Joni ikut meleleh di buatnya..

Setelah itu, Om Rendi menyuruhku untuk, menjilati kaos kakinya yang hitam tersebut, tidak terlalu bau, tetapi tetap saja aku suka.. kemudian setelah Om Rendi bertelanjang kaki, iya mengambil rokoknya dan merokok di atas sofa dan membuangnya ke area wajahku.

Tidak hanya itu, aku di suruh untuk mengocok dan menjilati kakinya yang putih, terasa hangat, dan sedikit bau kaos kaki menempel di kakinya. Terlihat urat-urat kakinya sangat jelas, dan memang benar, kakinya itu terlihat kokoh dan kekar memang dia hobi gym dan olahraga lainnya.
Kemudian di saat aku membayangi tubuhnya crot.. crot crottt... croott pejuh ku keluar begitu saja dengan yang terlentang, pejuh muncrat membasahi lenganku..

Kulihat Bang Rendi begitu senang dan bahagia melihat aku puas dengan aktivitasnya...

"Sekarang saya borgol kamu kembali ya... Ucapnya bang Rendi...

" Om... Ijinkan aku bebas keluar dari sini... ucapku.
" Tidak Ram.. tidak untuk sekarang..... Jawabnya hingga suara krekckk borgol menempel di lenganku...

"Tetapi, sampai kapan Omm....
"Kau banyak bicara sekali Rama...dan kau sudah saya bilang panggil saya abang.....saya tidak suka dengan orang yang banyak berbicara....

Kaos kaki nya masuk kembali di mulutku, dan dia lalu melakban nya kembali....seperti kejadian tadi.. cuma sekarang aku tidak di ikat kakinya, tetapi sepatu tunggang yang baru dia pakai melengkat di antara kontolku, tidak hanya satu, tetapi 2, kanan dan kirinya...

"Pergi kau ke gudang sana" perintah Bang Rendi menujuk salah satu tempat di ujung sofa..

Dengan tubuh gontai, dan pelan-pelan aku berjalan, membawa beban sepatu tunggang mengantung di kontolku, membuatku susah untuk berjalan, rasa sakit akibat membawa beban megantung di kontolku membuat kesusahan, hingga aku akan melangkahkan kaki masuk, tiba-tiba aku di dorong olehnya hingga aku terperosok ke lantai....bluggggggggh

Aku terperosok di pojokan lantai, aku berusaha untuk bangkit, sungguh sangat menderita sekali tangan di borgol ke belakang, dan sepatu megantung di kontolku ini... aku berusah membalikan badan, dan kulihat sekeliling gudang sempit ini, terdapat beberapa atribut kerja Om Rendi, dari mulai baju Pakaian dinas upacara 1,2,3 dan 4, ada bebrapa baju PDL Polri megantung di sebelahnya. Tidak hanya itu baju PDH Polri juga ada 4 pcs. Tak ketinggalan baju Patwal Om Rendi ada di situ juga beserta aksesoris polisi lainnya, seperti sarung tangan, helm dan kopel...

Sepatu tunggang Om Rendi ada sekitar 10 pasang, dan sangat mengkilap sekali, di tambah sepatu PDL, Sepatu PDH polri tertata rapi di rak sepatu. Ini mah bukan gudang, tetapi ini ruangan pakaian dinas Om Rendi.

Seketika degub jantungku berdegub kencang, sepertinya aku mulai menyukai tempat ini, apalagi si Joni, dia mulai bereaksi kembali.
Aku dengan perlahan-lahan mendekatin seragam Om Rendi, dari wanginya bisa terlihat dari yang mulai jarang dia pakai, hingga baru dia pakai. Keringat seorang laki-laki Polantas memang sangat mengoda sekali...

Ku gerakan badanku menuju rak sepatu tunggang bang Rendi, uuuuhh rasanya khas sekali, bau sangat, tetapi aku sangat menyukainya, apalagi kaos kaki yang baru dia pakai ada di dalam mulutku. Dengan segera aku endus, dan aku tempel-tempelkan wajahku di atas sepatu bootsnya.. rasanya nikmat sekali... sange aku dibuatnya...

Ohhh.. aku membayangkan Om Rendi memakaikan semua atribut Polantasnya dari mulai celana, baju, hingga sepatunya. Sungguh sangat mengairahkan sekali

Bruukkk pintu terbuka...... dan crot-crot crottt pejuhku bersama dengan pintu ruangan pakaian itu terbuka... kulihat Om Rendi di depan pintu, dengan wajah sangat marah..

"ANJING KAU RAMA..... kau ngapain dengan seragam saya.." Hardik Om Rendi.

Dengan cepat Om Rendi mengambil syal warna hitam, kemudian lalu di ikatkan ke mata saya, hingga saya tidak bisa melihat.. dan kemudian dia menempelkan sepatu tunggangnya ke dalam hidungku, sepertinya sepatu tunggang yang baru aku cium barusan. Kemudian lalu dia melakban wajahku..tidak hanya itu dia mengikatkan kakiku....

Plak... plak plakk... plak sebuah pecut memukul area badanku...

Injakan sepatu tungganya menempel di badanku, dia mulai mengerak-gerakannya hingga aku merasa kesakitan karena menahan sepatu nya tersebut, aku tidak bisa berteriak, bahkan untum melihatpun tak bisa...

Rasa sakit bertambah di saat Om Rendi juga menginjakan kontolku dengan sepatu tungganya lagi, rasakit yang teramat sakitt...

Hhhmmmmm ehmmmmmm....hmmmmm sakitt terasa tetapi ku hanya bisa berucap seperti itu...

" Kita lihat, sejauh mana kamu bisa bertahan " Tantang Om Rendi....
Saya akan buat kamu menderita perlahan-lahan....




Rama Halim SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang