BAB XVII

2.3K 52 3
                                    

Ku buka mata perlahan, dan ku melihat area kamar ini masih sama seperti kemarin. Ku meraba daerah kepala ku, sepertinya aku demam. Aku merasakan lemas dan tak berdaya, di tambah kepalaku sedikit pusing, Pantas saja semalem aku bermimpi buruk, ternyata aku demam. Ya memang sudah menjadi kebiasaanku apabila akan sakit pasti aku akan demam.

Aku baru ingat, ternyat kemarin Om Rendi membiarkan aku tertidur setelah dia memanggilku, tetapi tidak ada respon sama sekali dariku. Bersyukur banget rasanya, ternyata dia masih kasian kepadaku.

Ku melihat sekitaran kamar ini, tersedia sebuah mangkuk bubur dan teh hangat panas beserta obat paracetamol dan tentunya sebuah surat

" Ram... sepertinya kamu sakit, kamu makan dan minum obat mu ya, mungkin kamu kangen sama keluarga mu, tetapi tidak perlu khawatir sudah saya kasih tau mereka.."

Dasar Om Rendi ini, bisa-bisanya dia sempet menulis surat seperti ini ya, hahahahah... oh iya... kenapa ko tiba-tiba dia perhatian sekali dengan saya ya.. dan dia berbicara apa dengan keluargaku, apakah aku di culik, apakah aku di sekap atau aku di perkosa.. ko bisa sih semua tentang kenikmatan saja, dasar Ram otakmu hanya sex saja. Hehehe, tetapi untuk apa aku berpikir jauh sampai ke arah sana, tidak mungkin juga sampai dia berbicara tidak-tidak dengan keluargaku, kalau sempet dia berbicara macam-macam aku akan siksa kembali.

Ku makan bubur yang di siapkan oleh nya, walaupun rasanya hambar karena kondisi badanku lagi kurang fit, tetapi aku harus paksakan, karena aku harus punya tenaga untuk keluar dari penyekapan ini. Sejujurnya aku sudah merasa bosan, dan jenuh dengan perlakuan kasar Om Rendi kepadaku.

Ku ambil obat penurun panas, dan kemudian aku bergegas rebahan di kasur, karena rasa lemes masih menghinggapi tubuh dan ragaku ini. Dalam hitungan detik aku tertidur pulas.....

1,2,3,4,5 jam aku tertidur entahlah, karena di rumah ini sama sekali tidak ada jam dinding, jam meja ataupun jam tangan, aku sepertinya sudah mulai merasa sedikit lebih baik dari kemarin, obat paracetamol memang sangat manjur sekali, Ku mulai bergegas keluar kamar, dan ku lihat jendela di luar kamar ternyata waktu sudah menujukan malam. Aku mencoba untuk mengintari rumah ini, berharap ada secercah harapan untuk keluar dari penyekapan ini. Jendela yang ku lihat tetap saja bertelaris besi yang tidak akan mungkin aku bisa keluar dari situ.

Sudah 2 kali balikan aku mengintari rumah ini, menyelidiki dan mencari celah untuk kabur, tetapi tetap saja rumah ini memang di desain seperti penjara, sama sekali tidak ada tempat untuk melarikan diri. Hanya ada satu pintu di sana, Sebentar aku menjadi penasaran dengan tempat paling ujung dekat kamar mandi ya.

Aku menuju tempat itu, dan ternyata terkunci. Ku ambil palu di ujung lemari dapur... dan dengan cepat aku paksa untuk terbuka. Sejujurnya aku takut bila Om Rendi ini tau, bahwa tawanannya ini melarikan diri, tetapi aku sudah cape dan sudah lelah.. aku ingin segera pergi dari tempat ini. Entah sudah berapa hari aku di sekap dan di culik olehnya.

Dengan segera, dan berbagai cara aku lakukan agar pintu berwarna hitam ini dapat terbuka entah itu dengan linggis ataupun dengan obeng. Sudah sekitar 20 menit aku berusaha membuka kan pintu ini, tetapi sama sekali tidak terbuka hingga aku berpikir untuk menyerah dan menerima takdir ini.


Bum bum....bummmm bumm... Suara motor besar terdengar jelas di luar rumah, itu pertanda bahwa orang yang aku takutkan dari tadi datang, sepertinya Om Rendi baru saja masuk kedalam garasi depan rumah... Ya Tuhan Tolong lah hamba mu ini, aku bener-bener tidak tau harus melakukan apalagi.. kalau dia tau aku merusak dan berusaha untuk kabur darinya, aku akan di siksa kembali atau bahkan lebih parah..... aku kemudian dengan sekuat tenaga berusaha mendobrak pintu ini dengan bahuku. Bruk brul brukk... rasanya sakit sekali bahuku ini, tetapi tidak ku pedulikan. Pintu kayu ini memang sangat kuat sekali, tetapi lambat laun juga akan terbuka, motovasiku.....brukkkkk... brukkkkk

"Rama.... kau mau kabur kemana.... Teriak Om Rendi melihat aku berusaha untuk melarikan diri....

Dengan jarak sekitar 10 meter Om Rendi dengan masih menggunakan Helm lengkap dengan jaket kulit patwalnya berusaha untuk menghampiriku. Aku tidak memperdulikannya....dan antara rasa takut dan rasa cemas campur aduk, dengan sekuat tenaga aku berusaha agar pintu ini segera terbuka, dan jangan sampai aku di siksa kembali olehnya.

Dengan secepatnya aku bergegas pergi meninggalkan rumah ini... aku tidak memperdulikan teriakan, ataupun makian yang di utarakan olehnya..

Dengan bertelanjang kaki, aku berusaha untuk secepat kilat keluar dari tempat ini, tempat penyiksaan yang tiada henti aku terima, aku jenuh, aku lelah aku cape. Aku tidak memperdulikan kakiku yang tidak menggunakan alas kaki. Aku berlari dengan cepat menjauh dan meninggalkan Om Rendi yang berusah mengejarku, tetapi mana mungkin bisa berlari dengan sepatu boots lantasnya itu.

Napas ku mulai ngos-ngosana karena berlari tanpa henti, hingga aku sudah tidak kuat lagi untuk berlari... gelapnya malam ini sudah tidak aku gubriskan, suara jangkring, dan suara-suara lain nya yang tidak aku gubriskan. aku berjalan menyusuri jalan yang beraspal, hingga kakiku lecet dan berdarah..

Om Rendi ini nyekap aku di mana, hingga aku benar-benar tidak pernah mengenal daerah ini. Di Bandung mana ada hutan dan kebun-kebun semua sudah menjadi tempat tinggal dan pabrik.. tetapi ini di mana. Apakah Om Rendi ini membawaku ke luar kota. Akh mana mungkin juga.

Sudah sekitar 1 jam aku berjalan dengan kaki lecet dan berdarah karena aku tidak menggunakan alas kaki, hingga aku sampai di jalan raya. Aku berjalan tanpa memperhatikan ke belakang, aku maju terus dengan kaki luka.

Ku menyusuri jalan raya ini, dan ku perhatikan beberapa mobil motor berjalan sangat cepat sekali, sampai aku tidak berani untuk memberhentikan mereka ataupun hanya untuk meminta tolong... rasa pusing, rasa lemas masih aku rasakan. Wah sepertinya aku masih demam, tetapi aku bersyukur karena aku bisa bebas dari penyiksaan seorang Polantas....

Polsek le.....ng.... ko tidak terbaca itu polseknya.. hurufnya hilang, hadeh bingung sekali ini tempat di mana... sepertinya aku harus mencoba untuk meminta tolong dan mengadu kepada mereka akibat kasus penculikan dan penyiksaan yang di lakukan oleh Oknum Polisi itu kepada mereka, dengan perlahan aku menuju ke Polsek tersebut. Tetapi mengapa tempat itu sangat sepi sekali ya, hanya ada 2 mobil patroli sama 1 motor patwal, mana lampu nya tidak terang lagi...

Saat aku akan menuju Polsek tersebut, sebuah sarung tangan hitam langsung membekab mulutku dari belakang.... tolo...mmmmmmmm
Aku sama sekali tidak bisa berucap, kedua tangan langsung di kunci oleh orang yang ada di belakangku ini. Siap orang tersebut.....

"Kamu... mau kemana Ram... "ucap sesorang dari belakang..

Om Rendi ucapku dalam hati, bahaya. Aku bener bener bahaya.. otaku mulai berpikirann kemana-mana..

Dengan cepat, Om Rendi lalu memborgolku dan kemudian memasukanku kedalam jok belakang mobil Patroli miliknya. Kemudian dia lalu melakban mulutku. "Kau mau kabur dari saya Ram.." Ucap Om Rendi sambil menarik rambutku ke belakang..

Hmmmm ehmmmmmmmm ucapku.yang artinya tolong.. tolong lepaskan aku, karena aku terlaban mana mungkin aku bisa berucap...seseorang keluar dari Polsek tersebut, sepertimya itu yang piket. "KAU JANGAN MACAM-MACAM. JANGAN SAMPAI SAYA BUNUH KAMU". Ancam Om Rendi.

Pintu mobil tertutup, Om Rendi berusaha untuk tenang, seperti tidak terjadi apa-apa menghampiri orang yang keluar dari Polsek tersebut.

"Abang... mau kemana"Ucap seseorang dengan pangkat Briptu di pundak.

" Oh ini De, Abang, baru selesai Patwal, " Ucap Om Rendi.
" Oh pantes...ngapain abang masih menggunakan pakaian lengkap seperti ini...apalagi abang ini masih menggunakan sarung tangan juga, hahaha.. ada-ada aja abang ini
"Iya tadi.. abang buru-buru sekalian cari makan, kan tau sendiri udara Lembang sangat dinginnn " Jawab Om Rendi sambil melepaskan sarung tangannya..

Dika, lengkapnya Brpitu Dika, dengan tinggi kurang dari 175 cm, kulit putih dan sedikit ada keturanan Chinese nya, Briptu Dika adalah rekan dari Om Rendi alias juniornya, sepertinya mereka jarang bertemu, apalagi Om Rendi bertugas sebagai Patwal para pejabat Kota Bandung, jadi gak sempat untuk bertemu juniornya sekalipun.

" Oh iya betul bang, akhir-akhir ini dingin sekali, gimana kalau kita minum-minum bang..Tawarnya.
" Wah.. kapan-kapan aja de, abang lelah.
"Jangan gitu bang, ayolah sebentar saja mumpung saya yang jaga.
" Besok lagi saja de..
" Jangan gitu bang, sudah lama kita gak ketemu.
"Baik de, cuma sebentar saja...
"Nah gitu abang...
"Saya pindahin mobil dulu De...
" Udah bang, biar sama saya saja.."

Ini kesempatan aku untuk kabur... dan meminta tolong dengan nya...
" Tidak.. sama saya saja " Tolak Om Rendi dengan Keras.
Akhirnya Dika setuju dengan Abangnya, walaupun tidak ada yang salah, junior loyal kepada seniornya, tetapi apa mau di kata seniornya menolak mentah-mentahnya.
Dengan cepat dia memindahakan mobil Patroli ini ke samping garasi Polseknya..." Kau jangan macam-macam Ram.. Ancam Om Rendi kepadaku.
Ehmmm..hhhhmmmmmmmm....ucapku..
"Anjing..... goblog mau saya bunuh kamu.. hardik Om Rendi. Sambil menodongkan pistol ke arah jok belakang.
" Bang, saya ambil minuman dahulu ke dalam....Teriak Dika.
" Oke Dika...
Hmmmmmm.... ehhhhmmmmmm... hanya suara itu yang dapat aku keluarkan, di mana aku sudah bener-bener tidak tahan di sekap olehnya.
"Ram, kau jangan sampai saya memperlakukan kasar dengan mu ya".....Ucap Om Rendi.
Aku dengan cepat megeleng gelengkan kepalaku, yang bertanda bahwa aku ingin kabur dari sini.
Om Rendi kemudian keluar dari dalam mobil dan menutup pintu mobil dengan sangat keras sekali, hingga aku kaget, tetapi aku tidak menyerah, aku langsung memukul-mukulkan jendela mobil dengan kepalaku. Brukkkk..brukkkkkkk....
Aku melihat seperti Om Rendi terlihat ketakutan dan binggung serta melihat apakah juniornya sudah datang atau belum. Akhirnya dia lalu memakai sarung tangan kulitnya yang ada di sakunya, kemudian dia lalu membuka bagasi mobil belakang. Lalu dia mengambil sepatu boots, serta menyimpan di kursi sebelahku, kemudian dengan cepat dia lalu mengeluarkan kaos kaki hitam tebal lalu membekapku dengan kaos kaki tersebut... sangat bau, sangat amis keringat sangat jelas dan basah. Ini bukan kaos kaki Om Rendi. Kemudian Om Rendi membuka lakbanku, belum aku berucap malah kaos kaki busuk itu sudah masuk ke dalam mulutku. Ingin muntah, jijik rasanya, tetapi semakin aku muntahkan, semakin OM Rendi memasukanku lebih dalam. Lalu dia melakban mulutku, serta kejadian sama seperti kemarin, aku di suruh bernafas dengan sepatu busuk itu.
" Bukannya kamu suka ya Ram.... itu sepatu dan kaos kaki teman saya, yang dia titipkan di mobil patroliku. Bisik Om Rendi.


Aku sudah lemas, dan tidak berdaya, tidak mungkin juga aku melarikan diri, apalagi dengan kondisi tubuhku demam seperti ini. Apalagi aku harus berteriak kembali, kaos kaki busuk di dalam mulutku dan sepatu polantas menempel di mulutku. Om Rendi memang sengaja agar aku tidak bisa bergerak atau berucap lagi.

Udara Kota Lembang sangatlah dingin, ku melihat jam sudah menujukan pukul 22:00 tertera di dashboard mobil patwalnya. Iya memang ini di Lembang, ternyata Om Rendi membawaku ke daerah Lembang, pantes adanya cuma hutan dan kebun teh saja.
Ku melihat Om Rendi dan Dika sudah duduk di depan kursi depan Polsek Lembang, jarak antara aku dengan mereka tidak begitu jauh, dan obrolan mereka juga dapat terdengar olehku.

" Abang gak tau istri dan anak abang, tidak mau pulang de"
" Istri abang memang di mana?
" Kemarin dia pulang kampung, tetapi sekarang malah gak pulang-pulang?
"Mang abang ada masalah apa ?
" Gak tau de, abang bingung, biasa kalau cewe suka gak jelas kalau lagi marah... ucap Om Rendi.

Obrolan mereka di tambah dengan sebotol vodka minuman keras untuk menghangatkan suasana malam yang dingin ini, sebentar ternyata Om Rendi sedang ada masalah sama istrinya, pantas saja dia melampiaskan kekesalannya kepada ku.

" Sudah lama, Abang ini gak merasakan enaknya bercinta De, Ucapnya.
" Akh, abang bisa aja. Masa sih....? Tanya Dika
" Iya bener De...
" Wah, kan abang bisa pilih, kan sekarang ada layanan memuaskan itu loh bang.
" Wah.. Abang gak mau de..... Abang setia sama istri abang..

Ya memang, Om Rendi ini sangat sayang dan cinta sekali dengan Istrinya.. apalagi Om Rendi ini orangnya jujur. Tetapi entah masalahnya apa,..

" Ya kalau Abang gak kuat, tinggal abang Coli aja..
" Mana enak De, Ucap Om Rendi sambil mengambil sebotol minuman Vodka di meja kecilnya..

"De... Abang Pulang ya.. abang mau istirahat...Ucap Om Rendi..
" Wah Abang ini, baru segitu aja, sudah gak kuat..nyerah nih ceritanya....
" Bukan nyerah de, Abang besok harus pergi ngawal.. jawabnya
" Jangan gitu bang, temani saya sebentar saja dulu bang.
" Kayanya kamu sudah mabuk de, ayo cepet istirahat, gak enak kamu lagi piket juga.....sebentar de, abang ikut ke WC...

Dengan bergegas Om Rendi pergi menuju Toilet yang letaknya di dalam Polres. Kemudian aku melihat Briptu Dika yang masih asik dengan minuman keras dan rokoknya. Juniornya Om Rendi ini, tidak malu ya, dia piket masih menggunakan seragam lengkap tetapi asik-asik aja minum Vodka....

BRAGGG Suara Tisue dalam mobil jatuh. Dengan penasar Dika menghampiri mobil patroli Om Rendi.... dia melihat dari jendela ke dalam dan menemukan diriku yang tersekap di dalam mobil... aku berteriak meminta tolong di dalam bekapan mulut yang terisolasi sepatu boots lantas, berharap dia melihatnya..... dan akhirnya tidak sengaja melihatku..

Dika kaget dan secepatnya dia membuka pintu mobil, dan ternyata bodoh nya aku.. mobil nya Om Rendi dari tadi tidak di kunci....
Dika langsung membuka pintu mobil dan langsung melepas sepatu boots dan kaos kaki dalam mulutku. Dika terlihat sangat kaget dan tidak percaya, ada seseorang di dalam mobil patroli milik seniornya, terlihat wajah Dika Heran dan geleng-geleng kepala, karena seniornya menyekap dan menempelkan sepatu boots di mulutnya.

" Bang, tolong saya, Dia Bahaya bang... tolong saya ucapku...
" Iya.... kamu kenapa bisa seperti ini " Tanya Dika....
" Bang tolong selamatkan saya dari sini......
" Tenang.. tenang gak usah panikkk., sial ini borgol. Kuncinya ada di Bang Rendi, kata Dika yang melihat lenganku di borgol..

Ku di papahnya oleh Dika menuju ke garasi Polres, pada saat kami akan menuju tempat di mana mereka tadi mengobrol.... Brulkkkkkkkk Dika terkapar lemas dan pingsan dan aku melihat Om Rendi membawa sebilah Kayu panjang...
Selanjutnya tinju keras menghampiri perut ku, hingga aku terkapar bersama Dika...

" SAYA SUDAH PERINGATI KAMU, KAMU JANGAN BANYAK BERTINGKAH, TERNYATA KAMU SAMA SAJA... ANJING KAMU RAMA......" Ucap Om Rendi sambil menginjak wajahku dengan sepatu bootsnya.....

" Tolong Om... jangan perlakukan saya seperti ini... dengan cepat aku lamgsung berteriak minta .... TO...lon. hhmmmmmmmmmm dengan sigap Om Rendi melakban mulutku kembali....


Oh tidak.. apa yang akan di lakukan olehnya ini....

" Aku Nafsu Rama.... kita akan siksa kamu lagi ya" Ucapa Om Rendi.... dengan tersenyum lepas..., aku megeleng-gelengkan kepala, sangat takut sekali, apalagi di tambah Om Rendi seperti sudah terhipnotis oleh Alkhol

" Junior saya ini, akan melihat kamu di siksa Rama..........ucap Om Rendi sambil meludah di area wajahku. Maksudnya perkataan Om Rendi itu apa..

Ku melihat Om Rendi memasukan Dika ke dalam mobil dengan tangan terborgol dan terlakban mulutnya. Kemudian aku lalu di berdirikan dan aku lalu di pukul di area perut hingga aku pingsan dan tidak sadarkan diri.

Rama Halim SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang