BAB XXI

1.7K 52 2
                                    



Sunyi senyap dan sama sekali tidak ada cahaya lampu yang menerangi ruangan ini, sempit dan sangat sumpek sekali ruangan ini, aku mengerak-gerakan seluruh badanku tetapi sama sekali tak bisa karena tangan dan kakiku terikat oleh borgol besi yang ku tau ini kepunyaan Om Rendi. Ingin rasanya aku teriak dan meminta tolong tetapi apa daya, mulutku terlakban dan hanya teriakan dalam hati saja yang dapat aku lakukan.



Asin, dan rasanyaa campur aduk, kaos kaki hitam ini ada dalam mulutku. Jangan tanya bau nya, tentu sangat bau sekali. Kaos kaki ini pasti dia masukan ke dalam mulutku sebelum aku di masukan ke dalam ruangan yang sempit ini....



Dingin rasanya, di tambah aku hanya telanjang tanpa menggunakan sehelai pakaian sama sekali. Haus, lapar sangat sangat sekali. Lemas sudah pasti, karena sama sekali tidak ada tenaga sama sekali. Aku tau, bahwa aku salah, tetapi hanya juniornya Om Rendi yang dapat menolongku saat ini. Walaupun aku harus mengorbankan semua fantasi dan kepuasaan sesaat ini.



Suara orang berjalan mengarah kepadaku, lambat laun pintu itu terbuka dan ruangan yang gelap berubah menjadi terang, mataku tidak terbiasa dengan cahaya sialau ini. Aku berusaha untuk melihat seorang lelaki berpakaian pembalap berdiri di depan pintu, dengan helm full face warna orange dan wearpack ducati yang biasa di gunakan oleh pembalap pedrosa lengkap dengan sarung tangan dan sepatunya. Kemudian dia menghampiriku.



Dia lalu mendekatkan sepatu nya ke area mulutku lalu menginjakan sepatunya ke daerah mulutku yang terlakban, aku kaget dan berontak "ehmmmmmmmm" tanpa ada sepatah kata apapun dia lalu membuka seleting wearpack di bagian tengah, dan kontol pembalap menjulang sangat tinggi dan mengucurkan air ke atas wajahku.... Aku berteriak dan bener-bener kaget siapa pembalap ini, Om Rendi tentunya bukan..



Dengan kekuatan yang ada aku berusaha untuk menolak dan mengeser-geserkan tubuhku agar tidak terkena air kencingnya, tetapi apa daya aku di tahan oleh sepatunya yang di atas dadaku. Air kencing ini mau tidak mau aku harus merasakan dan air kecing itu juga membasahi wajahku dan tentunya juga lambat laun merembes di area mulutku.....



Selesai dia mengencingi diriku, kemudian dia meyeretku keluar ruangan yang sempit ini, aku kaget bukan kepalang, aku melihat 3 orang berpakaian polantas sama dengan Om Rendi sudah ada di luar duduk di meja makan. Mereka sedang asik berbincang.


Aku berusaha untuk berontak, seketika mereka melihat ke arah ku semua. Aku tak tau mereka itu siapa, tetapi sepertinya mereka ini teman nya Om Rendi.

Dengan tatapan sinis dan juga benci melihat ke arah ku. Aku sama sekali tidak bisa melihat mereka karena mereka masih mengunakan masker ninja dan tentunya juga helm Lantasnya.

Seketika aku di seret menuju bawah meja cokelat, dengan cepat 3 orang polisi itu seakan-akan tau dan memberikan jalan untuk pembalab ini.

Kemudian mereka lalu duduk kembali di meja tersebut, dan tentunya menyisakanku yang di bawah terlentang, ku melihat kaki mereka sangat kokoh di balut dengan seragam PDL sus nya, 3 dari mereka tentunya menggunakan sepatu boots lantas yang sangat mengkilap dan tentunya bau jalanan knalpot sangat terasa sekali.

Mereka kemudian berbincang dan mulai menyalakan rokoknya terlihat dari asap-asap rokok yang berhembus ke bawah meja. Aku Cuma bisa melihat sepatu boots dan belah tengah mereka saja. Dan sepatu pembalap berada di atasku.

" Bro, besok rencana nya, ada pengawalan buat gubenur ya? Ucap salah satu orang

" Iya nih....besok mulai jam 5 Pagi.

" Brow, anakmu bagaimana sekarang kabarnya.

" Anak saya lagi sibuk untuk ujian nasional, biasa dia akan masuk SMA.

" Kalau kamu bagaimana brow, anaknya..

" Gak tau brow, kita minum saja boleh,,,ujar salah satu Polantas yang ada di samping kanan tubuhku

" Ayo Kawan,

aku lemas bukan kepalang, karena sudah seharian ini aku tidak makan maupun minum, dan air kencing pembalap tadi sialnya masuk merembes di dalam mulutku. Rasanya asin dan aneh di tambah kaos kaki Om Rendi yang bersarang di mulutku.

Jujur aku takut sekali bila mereka akan berbuat macem2 denganku, tetapi aku hanya bisa berpikiran positif saja, semoga mereka tidak berbuat aneh terhadapku.

Pertanyaanku siapa mereka, apakah mereka teman-teman nya Om Rendi, dan tentunya pembalap tadi itu juga siapa aku tidak tau, Wajahnya tertup oleh Helm fullface orange.

Obrolan mereka semakin asik saja, minuman keras membuat mereka semakin asik. Aku hanya bisa terlentang telanjang di dalam kolong meja kotak berwarna cokelat tua tanpa sehelai kainpun, hanya ikatan tangan dan kaki yang menempel, di tambah dengan sumpalan kaos kaki hitam menempel di mulutku...

Sesekali sepatu tugang mereka menyentuhku, dan seketika juga si joni ku merangkak untuk bangun... 6 buah sepatu tunggang tepat di depanku, dan tentunya fetishku mulai berontak, ku melihat tonjolan di sekitar mereka, dan menambah suasana semakin panas untukku.

" waw keren, abang ini udh minum banyak sekali, tetapi tetap saja masih bertahan ya.....

" Akh... kalau segini mah gak ada apa -apanya sambil menekan kepalaku dengan sepatu tunggangnya.

Ehmmnnmmmmm..aku berteriak kesakitann di dalam mulutku yang tersumpal kaos kaki ini....

Seorang polantas menengok ke dalam kolong meja...

" ohh... iya lupa ada kamu," Ucap seseorang Polantas dengan wajah manis

Aku mencoba untuk berkomunikasi dengan dia, berharap agar dia mau membawaku keluar dari kolong meja ini, dan melepaskan ikatan ini..

Tetapi malah nihil, dia malah meludah ke arah wajahku dan menginjak wajahku dengan sepatu bootsnya...

" Kenapa Brow...

" Gpp ko, biasa tahanan di bawah ini, dia pengen keluar..

" Ya sudah Bang, keluarin aja....

Akhirnya mereka dengan kerendahan hati mereka, mereka membawaku keluar dari kolong meja, aku berharap mereka membawaku dengan baik, tetapi mereka malah menyeretku, seketika juga tubuh dan lantai berdenyit sangat memilukan...

Aku di bawa duduk bersender di ujung pintu di mana tadi aku di sekap, mereka memandangku dan juga menertawakanku... aku bingung,

" Bang, bagaimana kalau kita siksa dia saja, ucap salah satu Polantas bermata sipit.

" Ide yang bagus" Ucap polantas berkumis tebal.

Aku mengeleng gelengkan kepala, dengan menandakan sebuah penolakan... tetapi apa mau di kata, di saat mereka akan mendekat, mereka tidak lupa megunakan sarung tangan putih mereka. Agar mereka tidak meninggalkan jejak sama seperti di film-film tentang penculikan. Sarung tangan polantas itu mirip sekali dengan punya Om Rendi... aku sama sekali tidak tau nama mereka ataupun pangkat mereka, di karenakan mereka masih menggunakan jaket kulit patwalnya.

Kemudian dari salah satu mereka berucap " Bagus juga tubuh dia bang, kalau kita perkosa saja, gimana bang ?

" Tetapi, sebentar adik, abang ingin buang air kecil" Ucap polantas berkumis

" Akh abang, ngapain ke toilet, ke wajah dia saja bang....Tawar polantas bernata sipit

" Ide yabg bagus,...., ayo kita kencingin dia saja...

Seketika mereka membukakan resleting mereka, dan air mengalir dari kontol mereka membasihi
Seluruh tubuhku, dari mulai ujung kaki hingga kepala tidak luput di kencingin oleh mereka, kontol mereka tentunya sangat tebal dan besar.... aku hanya bisa menahan semampuku...ku melihat sepatu tugang mereka juga terkena cipratan air kencing....

Basah, seperti mandi, dan rasanya tentu bau dan campur aduk, gila baru kali ini aku di kencingi oleh mereka.

Seorang Polantas bermata sipit menghampiriku dan dia menarik diriku menuju selangkangannya dan bersiap-siap untuk kontol dan mulutku yang masih tersumpal bersentuhan hinga tiba-tiba suara pintu terbuka sangat keras... aku kaget, dan mereka juga sama...siapa dia....

aku melihat laki-laki tersebut... tetnyata Om Rendi berdiri dengan wajah penuh amarah......

" BAJINGAN KALIANNNN......"

Rama Halim SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang