BAB XXVI

1.4K 34 7
                                    

Hening, sunyi atau sebuah kata apa lagi yang dapat di gambarkan saat ini aku rasakan, bingung dan tidak percaya tentang semua yang terjadi barusan, seperti semua hanya mimpi saja. Aku duduk temenung di ruang tunggu Instalasi Gawat darurat dengan perasaan sangat kacau, antara cemas, sedih, binggung dan rumit sekali. Aku merasakan ketakutan yang teramat dalam, di mana aku harus kehilangan orang yang aku sayangi dan cintai meninggalkan dunia ini.. apa sih ko aku berbicara macam-macam kali. Pikirku

“ Om…….. Papa gimana kabarnya ? tanya seorang anak kecil yang kupastikan itu adalah anak dari Om Rendi, ya si kembar itu kompak sekali menanyakan keadaan Ayahnya

“ Baikk…. Kaka dan adek, tidak usah takut ya, Papa lagi di periksa oleh Dokter di dalam ko….ucapku sambil menahan tangis

“ Rammm.. gimana ko bisa seperti ini, tanya Istri dari Om Rendi.

“ Saya juga gak tau Tante…. Saat itu Om Rendi telefon kami, meminta tolong untuk jemput di Villanya, dan Om Rendi sudah tergeletak penuh dengan darah..” Jawabku mengarang.

“ Aduhh…. Kenapa bisa kamu kaya gini…. Sambil menangis, sambil menepuk-nepuk pundakku

Kedua anak kembarnya hanya duduk tenang di sebelahku, menunggu kabar dari dokter yang sedang mengoperasi orang yang aku sayangi dan cintai dalam hati. Wajah polos dan tanpa ada dosa sekali terlihat dari kedua wajah kembarnya. Seorang Istri sah yang selama ini sudah menghasilkan kedua bocah ini sedang menangis menunggu kabar baik tentang suaminya. Kenapa semua bisa terjadi, kenapa semua menimpa mereka. Aku sudah mengorbankan perasaan kedua anak bocah ini yang masih kecil-kecil serta Istrinya. Semua karena ulah dan fetishku, aku terlalu di buru oleh nafsu sesaat saja. Seandainya waktu dapat terulang kembali aku tak akan mengenal dan bertingkah lebih jauh lagi kepada Om Rendi ini. Waktu menujukan sangat cepat sekali, sudah hampir 2 jam Om Rendi di dalam, dan sampai sekarang belum keluar juga.

“ Tante…. Maaf… aku beli minum dahulu ke depan….kata ku..

“ Iya… Ram……jawabnya dengan tatapan kosong

Aku berjalan menuju lorong Rumah sakit Polri, dengan perasaan sedih, binggung dan tidak tau apa yang aku akan lakukan saat ini, sebuah tetesan air mata tiba-tiba keluar begitu saja dan jatuh menyisakan ke dalam lantai-lantai Rumah sakit ini. Aku menghindar untuk tidak di sana, aku tidak mau rasa bersalah itu pelan-pelan menusuk jantungku, aku tidak kuat lagi menahan rasa sedih yang begitu mendalam… aku tidak kuat….. tolong kenapaa semua ini terjadi padaku….. aku tersungkur di sekitaran di dalam sebuah taman di belakang Rumah sakit ini. Abang.. tolong bangun bang… semua terjadi karena diriku bang…. Akuuu mohon bertahan lah bang……….. seolah-olah semua orang menyalahkan diriku, astaga tolong Bang… aku mohon……….

“ De.. kamu tidak apa-apa” Ucap seorang pria sambil menepuk pundakku

“ Tidak apa-apa saya….” Ucapku yang masih menudukan kepala..

Aku tertegun sebentar, sepertinya sangat tidak asing suara itu….aku lalu bangun dan melihat dari kakinya yang menggunkan sepatu boots kulit dan celana PDL susnya, ko ada Polisi disini, tetapi memang wajar sih karena di sini kan Rumah sakit Polri, jadi wajar aja kalau ada Polisi pikirku. Kemudian aku melihat wajah Pria tersebut. Aku terkaget-kaget hingga aku mulai jatuh kembali ke aspal saat ini..

“ Ada apa Rama Halim Saputra” Ucap Pria tersebut.

Sungguh aku tidak percaya bahwa lelaki yang menayakan keadaanku adalah Bripka Rio seorang Polantas yang sudah tega menembak seniornya tersebut..

“ Kamu ngapain kesini….Tanyaku ketakutan.

“ Gak papa ko… aku cuma mau memastikan saja bahwa Senior kami dalam keadaan baik saja.. heheh.. ungkap dia sambil menghisap rokok filternya…

“ Abang.. belumm puas membuat Bang Rendi hampir mati, karena kamuuuuu….. Hahhhhhhh.. Ucapku sambil meremas baju cokelatnya tersebut……” Saya akan buat kamu menyesallll” Ancamku..

“ Silahkan saja……sambil dia mencekik leherku dengan tangannya yang masih menggunakan sarung tangan kulit, kedua tanganku yang tadi meremas bajunya berpindah ke tangannya karena kesakitan menahan cekikan dari Bripka Rio….. kita lihat, kamu kan menyesal semuanyaaa Rama Halim Saputra” Ucapnya.

“ Bangg.. tolong lepaskan, kamu bisa membunuhku… ucapku sambil menahan nafas.. hingga dia lemparkan aku jatuh ke aspal..

“ Kau tau, aku disini punya kuasa besar dan jangan kau macam-macam dengankuu… kata Bripka Rio..

Aku hanya memegang leherku yang sakit akibat cekikan dari Bripka Rio… aku hanya bisa terlentang di aspal ini, aku ingin sekali meminta tolong, tetapi disini sama sekali tidak ada orang lain. Beberapa detik kemudian sepatu tunggang Bripka Rio mendarat  di wajahku” Tolong…tolong bang…..ucapku memohon..

“ Hei Adik… kau ikuti apa yang perintahkan saat ini, dan sekarang kau ikut ke mobil saya…

“ Mau apa lagi kau bang…?

“ Udah jangan bacot.. kalau tidak kamu dan orang yang kamu sayangi meninggalkan dunia ini..

“ Maksudnya Bang…? Tanyaku sambil menahan sepatu tungangnya yang semakin menekan ke arah wajahku….

“ Kalau kau.. tidak ikuti saya, saya akan bunuhhh Kalian berdua……..

“ Jangann…….. LEBIH BAIK SAJA ABANG BUNUH SAYA SAJA………. AKU RELA MENEBUS KESALAHAN BANG RENDI KEPADA AKU BANGGG….. TOLONGG BANGGG..

“ Enak sekali kamu ingin mati sendirian, saya tidak rela kamu mati sendiriannn, saya akan buat kalian mati berdua……” Ucap Bripka Rio..

“ Baikkk.. tetapi tolong lepaskan Aku Bang……..
Akhirnya perlahan sepatu tunggang Bripka Rio lepas dari wajahku.. kemudian aku duduk dan berdiri dan mencoba mendengarkan perkataan orang ini..

“ BBBB…aaaik Bangg.. tetapi tolong jangan lakukan apapun untuk Bang Rendi ini, ucapku sambil memelas..

“ Sekarang kau ikut saya….

“ Ijin bang, beri aku waktu untuk melihat Bang Rendi……ucapku

“ Ngapain kamu….. kesana lagiiii……” Hardik Bripka Rio

“ Tolong bang, tolong bangggg… aku mohon…

Tanpa pikir panjang.. Bripka Rio akhirnya menyetujui permintaanku, “ Kau lihat…. Mobil Brimob di belakang kamu… di dalam itu adalah semua juniorku, mereka saya perintahkan untuk membunuh Abang kesayanganmu itu…..kalau kau macem-macem bisa saja mereka siap untuk membunuh Bang Rendi, aku kasih waktu 20 menit untuk menjenguk Bang Rendi, lebih dari itu kamu tau apa yang terjadi” Ancam Bripka Rio….

“ Baik bang…… aku lalu berlari……

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rama Halim SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang