VI

3K 67 1
                                    


Fantasi aku sungguh bener-bener terpuaskan, pada malam itu, tetapi tentu rasa malu, dan rasa bersalah campur aduk, dan binggung harus berbicara apa lagi, apabila ada kata-kata yang lebih dari kata malu, mungkin aku sudah gunakan, apalagi aku sadar, bahwa aku melaksanakan aktivitas tersebut, dengan objek seragam kerjanya, iya seragam kebanggannya, betapa bodohnya saat itu.

Ku benamkan badan ini, ku hanya bersembunyi di balik selimut seolah-olah agar aku bisa sembunyi dari Bang Rendi, tetapi tetap saja aku hanya bisa menahan malu yang benar-benar sudah keubun-ubun.

Kenapa aku bisa suka sama atribut Polri, entah lah, yang aku ingat, mulanya, aku menyukai hal-hal yang  berbau superhero batman, satria baja hitam dan power ranger, apalagi kalau mereka kalah dan mereka sangat gagah dengan kostumnya, seakan-akan aku berada di posisi mereka.

Setelah itu mulai dari style bikers dengan menggunakan wearpacknya membuat aku bernafsu, tetapi lama kelamaan malah ke arah abdi negara, dari mulai tentara hingga polisi, tetapi entah kenapa saat ini, aku sangat tertarik dengan atribut polri apalagi lantas. Aku sadari, tahap seseorang menjadi seperti ini banyak sekali tahapnya, dari mulai penyebab dan akibat akhirnya seperti apa, tetapi kejadian ini sungguh sangat memalukan buatku. Seorang sarjana psikolog menderita fetish dan yang lebih parah diketahui oleh orangnya. Apa yang terjadi denganku ini. Apa aku harus keluar dari pekerjaan itu yang dimana sudah 5 bulan bekerja di rumahnya.

Jam sudah menujukan pukul 03:00 Wib tetapi mataku sungguh sangat tidak mengantuk, pikiranku kacai dan hanya bayang-bayang di saat Bang Rendi sedang mempergoki bermasturbasi dengan seragamnya.
 
Sudah dua hari aku tidak berkerja di rumah Bang Rendi, aku duduk di pelataran rumah, bersiap untuk pergi melamar kerja sebentar lagi, setelah rokok ini habis.

Aku memutuskan untuk berhenti di tempat Bang Rendi, karena aku sudah gak sanggup lagi menahan rasa malu yang sudah menampar mukaku ini. Orang tua ku, akhirnya mengerti dan memahami setelah kujelaskan bahwa aku ingin berkembang lebih baik lagi, dan sesuai dengan passionku saat ini, ya seorang sarjana psikologi.

Seperti biasa sudah jalanan Kota kembang ini pasti macet, . Dan di pertigaan jalan ku dikagetkan dengan plang bertuliskan
Mohon maaf perjalanan anda tergangu, ada Pemeriksaan kelengkapan.

Mengapa, pada saat ini, ada pemeriksaan lagi, sial sekali, aku lupa membawa surat surat. Beberapa polisi terlihat sedang memeriksa kendaraan mobil dan motor, ada beberapa juga yang tidak mereka periksa, aku mejalankan motorku dengan santai dan tenang, aku berharap agar aku tidak di hentikan oleh mereka dan berhasil dari cegatan itu, ternyata sialnya malah aku di cegat oleh polisi.

“ Selamat siang mas, mohon maaf menggangu perjalanan anda” kata si polisi itu di balik masker berwarna hitamnya dengan kacamata hitam yang masih melekat di matanya.

“Selamat siang pak, jawabku pura-pura santai.
“ Bisa melihat surat-surat kendaraan motornya mas ?

“iya sebentar pak” sambil mengambil dompet di belakang saku celana

“ Hanya STNK saja mas, SIMnya mana mas?
“Maaf pak, ketinggalan di rumah, tadi saya terburu-buru”

“ Kalau begitu saya tilang,!!! Kata si Polisi itu dengan tegasnya sambil mengambil surat tilang di saku celananya
“ Pak, kalau bisa jangan saya tilang, karena saya akan melamar pekerjaan. Jawabku memelas

Polisi itu menyuruhku untuk meminggirkan kemudian ku di perintahkan  untuk mengikutinya ke kerumunan polisi. Ku ikuti dari belakang, Polantas dengan menggunakan atribut lengkap sangat menarik sekali, tetapi entah kenapa pada saat ini, si Joni malah tidur terlelap.

Iya aku selalu profesional di dalam suatu tindakan, aku mengetahui situasi dan kondisinya, jadi tidak gampang untuk si Joni ini bangun.

“ Pak tolong jangan tilang saya pak” kata saya sambil memelas.

Tetapi polisi itu malah cuek dan tidak meggubrisku sama sekali, dan aku lalu menepuk pundak polisi itu, dia langsung berbalik dan menatap tajam di balik kacamata hitamnya.

“kamu ikut saya sekarang” suaranya tegas dan sepertinya kesal gara-gara-gara dia memukul pundakku
“mau kemana pak?” tanyaku

Sudah asik bertengger di atas motor polisinya, dia membawaku entah pergi kemana, dan di tengah perjalanan yang sepi dia berkata “Rama Halim saputra” berkata dia
Darimana dia tau nama lengkap saya, oh mungkin di STNK yang dia baca barusan pikirku. “iya kenapa pak “ jawabku sambil melihat jalan dan entah kemana dia akan mebawaku.

Keadaan kota kembang, penuh sekali dengan kendaraan bermotor maupun mobil-mobil dengan plat luar kota, rata-rata dengan plat B, mereka sedang asik bergumul di jalanan raya yang sempit ini.

“Om Rendi kataku tiba-tiba terucap langsung dan benar sekali, kenapa aku baru sdar bahwa ini adalah dia.
 

Rama Halim SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang