BAB XXII

1.6K 62 3
                                    

Aku gak tau mesti bagaimana harus berucap, sejujurnya aku merasa sangat hina sekali, aku bener-benar di perlakukan tidak baik oleh mereka, apalagi mereka telah mengencingi diriku.

Sampai detik ini aku bener-bener gak percaya, mereka memperlakukan ku dengan begitu.. aku diam di pelataran depan rumah dengan segelas teh hangat, sore ini terlihat sangat suram buatku. Tetesan air mata seakan-akan mengalir begitu saja, mengapa semua menjadi seperti ini. Memang fetish aku seperti itu, tetapi aku tidak berharap di perlakukan layaknya seorang anjing jalananan atau bila ada kata yang lebih mengenaskan mungkin aku akan gunakan.

Seandainya kemarin, Om Rendi tidak datang mungkin mereka akan memperlakukanku lebih dari sekedar kencing saja, mungkin aku akan di siksa bahkan aku akan di bunuh.. oh Tidak.....

Ku seruput minum hangat teh ini, berharap agar minuman ini dapat membuatku menghangatkan diriku.

" Gimana keadan kamu Ram..." Ucap Om Rendi berjalan menghampiri diriku.

Om Rendi duduk di sebelahku, seperti biasa Om Rendi memakai kaos cokelat dengan tulisan polisi di belakangnya di tambah dengan celana pendek.

Aku sama sekali hanya bisa diam, dan memegang gelas ini semakin erat..

Om Rendi sepertinya binggung tentang sikap dan keadaanku yang tak mau berbicara sama sekali.

" Om tau, kamu kecewa sangat dengan Om. Sekarang kamu bebas mau pulang atau masih mau disini.. dan Om minta maaf...." Ucap Om Rendi tertunduk.

Ingin sekali aku membunuh Om Rendi saat itu juga, setelah dia sudah menculikku dan memperkosaku, dan masih banyak sekali dia yang lakukan terhadap diriku. tetapi aku urungkan niat, di satu sisi aku mencintai dan menyanginya, tetapi entah aku hanya bisa diam serta binggung saja.

Sebelumnya Om Rendi juga menjelaskan, bahwa 3 polisi itu adalah teman kantor Om Rendi sama-sama di patwal, tetapi mereka beda divisi. Gak tau dari mana mereka bisa masuk.

" Anjing kalian......kalian mau apain dia.... Teriak Om Rendi

" Udahlah Rendi.. kau jangan munafik... " Jawab Polisi berkumis.

" Iya abang, jangan ikut campur.... ini urusan kita saja bang... celetuk Polisi bermata sipit.. sambil mengijak kaki kanan ku dengan sepatu bootsnya....aku berteriak di dalam bekapan kaos kaki dan lakban.

" Anjinggg... kalian pergi sanaaa.. kalau tidak.... saya akan bunuh kalian satu persatu " Ucap Om Rendi sambil mengarahkan pistol kepada meraka..

Aku baru kali ini, melihat Om Rendi begitu marah, dan begitu gila.... jujur aku kaget, tetapi apa mau di kata mereka itu sudah keterlaluan....

Dor....dor........ 2 tembakan pistol keluar dan mengenai botol minuman keras yang berada di meja.

Suasana yang tadi penuh tawa berubah menjadi tegang, satu persatu polisi itu menghindar dan keluar meninggalkan rumah Om Rendi, mereka pikir dari pada mereka mati sia-sia lebih baik pergi saja.

Aku baru kali ini melihat Om Rendi begitu marah, dan sejujurnya aku takut bila dia akan memukuli dan menghabisiku, setelah dia mengusir mereka ,tetapi itu salah besar, dia malah melepaskan kaos kaki yang ada dalam mulutku, kemudian melepaskan borgol dan membopongku ke kamar ruangan di mana aku pernah sakit dan di rawat olehnya.

Seluruh wajahku bengap dan memar, akibat sepatu boots yang di lakukan oleh mereka.. darah membeku yang ada di pipiku di basuh air hangat oleh Om Rendi.. aku hanya bisa diam dan tertegun melihat begitu perhatian nya Om Rendi kepadaku.

Beberapa kali aku meringis kesakitan, saat Om Rendi mengelap wajah di area memarku. Dengan sabar dan telaten Om Rendi membersihakan badanku yang penuh dengan air kencing teman-temanya tersebut. Tanpa ada rasa jijik Om Rendi mengelap dan membersihkan di area sekitaran tubuhku..

Maafin aku de, itu yang selalu aku dengar dari Om Rendi, aku khilaf, aku salah..hingga aku tertidur dan sebuah kecupan hangat mendarat di keningku.....

Rama Halim SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang