BAB XXIII

1.5K 44 1
                                    

Mentari pagi hari muncul di sela-sela jendela kamar yang berukuran 6x8 meter. Jam sudah menujukan pukul 8 pagi. Aku bangun dari ranjang empuk yang semaleman sudah menjadi pelataran aku untuk beristirahat.

Ku lihat di memo depan kamar, ada sebuah pesan dari Om Rendi.

" Rama... Om kerja dulu, sarapan sudah tersedia di di meja makan, dan ada obat Paracetamol jangan lupa kamu minum, Mungkin hari ini Om tidak akan pulang ke rumah, Om akan pulang ke rumah istri Om...setelah kamu sehat, pulanglah ke rumahmu ya"

Memang aku merasa semalem itu benar-benar tidak enak, badan ki menggil tak karuan..

Hmmmmm........Sudah menjadi kebiasaan Om Rendi selalu memberikan memo dan dia selalu pergi tanpa pamit dahulu kepadaku. Ku selonjorkan kaki ku dan ku buka hp anroid yang ada di sebelah surat itu. Wah... sudah lama sekali Om Rendi tidak memberikan Hpku...selama ini aku kan di sekap dam di culik oleh nya. Walaupun aku suka dengan perlakuan dia kepadaku, tetapi sejujurnya akhir- akhir ini Om Rendi kasar dan sering memukuli hingga terakhir aku di perlakukan hina oleh teman-temanya, walaupun pemgakuan dia itu bukan karena perintahnya. Tetapi aku sudahlah mungkim aku harus belajar untuk percaya dengan nya.

Ku lihat beberapa pesan whatsapp yang masuk, betapa kagetnya selama ini Om Rendi yang balas whatsapp dari orang tuaku, dan betapa kagetnya aku melihat bahwa Om Rendi juga memberikan Transfer uang kepada orang tuaku, dengan bukti transfer 5 juta, 6 juta bahkan 10 juta.

Dengan sesegera aku mengecek rekeningku, tak ku sangka aku kaget bukan main, ada sekitar 30 juta nominal yang terlihat di layar hp, what ini semua apa, ucapku....
Aku tertunduk, tak percaya mengapa Om Rendi melakukan hal tersebut dan ini uang apa, aku harus menanyakan sesegara mungkin kepadanya.

Aku melangkahkan kakiku menuju meja makan, tersedia bubur dan beberapa makan pendampingnya, dengan segera aku makan dan habiskan bubur tersebut. Kemudian aku nyalakan televisi LED yang ada di Ruang Keluargaku.

Ada sebuah tayangan balapan motor GP. Sontak aku kaget dan teringat akan seorang laki-laki pembalap yang kemarin. Dan pada saat kejadian itu, pembalap itu tidak ada. Dan sejujurnya aku penasaran dengan dia. Siapa dia sebenernya. Mengapa dia langsung kabur dan tidak tau kemana.

Ku hisap rokok ini semakin mendalam, dan ku larut dari asap-asap yang mengepul di area ruang keluarga ini. Jam sudah menujukan pukul 10 pagi aku harus sesegera mungkin pulang ke rumah, aku sudah rindu sangat denga keluargaku. Tetapi aku akan bilang apa kepada mereka... akhhh sudahlah urusan nanti saja...

Dengan segera aku mengambil ransel dan pergi kedepan rumah. tak lupa juga aku mengunci pintu rumah ini dan ku simpan kuncinya di dalam pot warna hitam.

" Hei Rama..... kau mau kemana... ucap seseorang laki-laki dari balik pagar Om Rendi..."

Betapa kagetnya aku... lelaki paruh baya dengan mata sipit tersenyum kepadaku. Iya benar si Polantas Sipit itu yang kemarin mengencingi diriku...aku terkejut dan jujur aku masih trauma dengan perlakuan dia kepadaku.....

" Kau... jangan macam-macam, apalagi kau lari... urusan kemarin belum selesai" ucap Polantas dengan pangkat Bripka di pundaknya..

Badanya terlihat muscle dan tentunya dia tinggi dengan 185 Cm mata sipit serta dagu lancip berada di depanku.

" A....Abang... ma....uuu apa, ucapku sambil terbata-bata...

Dengan senyum yang sinis, Polantas yang masih menggunakan syal hitam yang di turunkan di lehernya menambah kesan macho. Tidak hanya itu tangan kanan yang di balut sarung tangan hitam memegang runcing pagar berwarna hitam.

" Saya akan menyiksa kamu, dan menjadikan kamu seorang Anjing..... Ucap laki-laki yang bernama Rio tersebut....
Dengan memainkan sepatu Boots Lantas di depanku.

" Jangan bang.. jangann... ucapku sambil memohon.....

Rio sepertinya suka sekali dengan aku memohon, dia kemudian mengambil sebuah pistol dari pigangnya dan kemudian dia lalu menyodorkan pistolku ke arahku.

Aku kaget, dan sangat kaget, apalagi mendengarkan suara tembakan yang kemarin..

" Hey anjingg.... kamu sekarang buka baju kamu.... perintah Rio

" Abang.. mau ngapainnn saya lagi...." tanyaku.

Sebuah tembakan ke atas, dan seketika aku pun menunduk dan terlentang... " Kau mau amunisi ini bersarang dalam jantung kamu Rama....Ancam Bripka Rio

Aku hanya bisa melihat sepatu Boots Bripka Rio menjulang ke arahku, sejujurnya bukan rasa nafsu yang aku rasakan tetapi rasa takut yang terjadi saat ini.

" Tidak.... jangan bang... jangan.... jangannnn jangan..........ucapku di saat Bripka Rio menghampiriku.......

AKKKKH.........Tolong... Tolongggg......

Rama Halim SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang