BAB XVIII

2.4K 63 3
                                    

Aku terbangun dari pingsanku semalem. Aku melihat tangan ku masih di borgol dari belakang, aku tersungkur di lantai yang dingin dengan kaki terikat oleh tali berwarna cokelat kayu. aku melihat sekitaran ruangan ini ada di mana, oh ternyata aku baru sadar bahwa ini ada di area ruang tamu dimana aku di sekap dan di siksa oleh Om Rendi.

Ku melihat, seseorang yang ku kenal, itu Dika, dia sedang duduk di kursi dengan tangannya di ikat di pegangan kursi malas, serta kaki nya terikat oleh tali yang mirip denganku, mulutnya di lakban hitam. Aku kaget, ternyata semalem itu Om Rendi membawa Dika ke sini. Aku megerak-gerakan tubuhku menghampiri Dika yang sedang pingsan tersebut, tetapi jujur sangat susah sekali bergerak dengan tangan dan kaki terikat seperti ini.

"Bang Dika bagunnn, Ucapku...saat ini beruntung sekali Om Rendi tidak melakban mulutku.

Beberapa kali aku mencoba untuk membangunkan dia, tetapi tetap saja dia masih pingsan tertidur di kursi malasnya. Ku melihat Dika ini sepertinya junior jauh dari Om Rendi, dan terlihat masih muda, dia bekerja di Polsek Lembang, sebagai Anggota Lantas. Pantas saja saat ini Dika sedang piket masih menggunakan seragam lengkap, celana PDL sus nya, serta sepatu tunggang lantas. Hah... sepatu tunggang Lantas, kenapa dia memakai sepatu tunggang lantas, sedangkan barusan saat ngobrol dengan Om Rendi, dia masih menggunakan sepatu PDH lancip. Siksaan hari ini akan lebih mengerikan di bandingkan kemarin pikirku.

Seseorang Polantas juniornya Om Rendi sedang di sekap oleh dia, bener-bener tidak punya hati dan perasaan, apakah dia tidak takut ya bila dia ketahuan oleh atasan Dika ya. Entahlah aku pusing memikirkan itu semua, aku berusaha untuk bagaimana caranya agar Dika bisa bangun dan lepas dari sekapan ini.

Tuk.tuk. tuk suara sepatu dari kejauhan dan mulai mendekat menghampir kami, terlihat Om Rendi masih dengan seragamnya mendekati kami dan membawa membawa minuman keras,

" Malam, Ram.. kamu sudah bangun, Ucapnya.

" Om, tolong lepaskan kami, jangan begini kami, kami salah apa sama Om.. Hingga Om, begitu tega menyiksa kami seperti ini? Ucapku,

" Anjing kamu Rama..... sudah ke berapa kali, kamu suruh panggil saya Abang, tetapi kamu selalu tidak nurut kata-kata saya..

" Om.. tolong jangan begitu, Om itu adalah saudara saya...

" Saudara kamu bilang, gak ada saudara,. Sekarang kamu adalah budak saya..... Bentaknya sambil menegak botol mirasnya.

" Om.. kalau begitu, tolong lepaskan junior Om itu saja,...Ucapku sambil melihat ke arah Dika yang masih pingsan..

" Biar saja.. biar dia tauuu, saya akan menyiksa kamu Rama Halim Saputra, ucapnya.... Sambil meludah ke arah area wajahku..... cuihhhhhhhhh

" Bang Dika... tolong saya... ayo bangun... teriakku.....

"Kau ingin bangunkan dia.. santai saja Rama... Ucapnya.. sambil menghampirinya dan lalu menyiram segelas minuman keras berwarna kuning ke wajahnya...seketika tubuh dan raganya terbangun.. dan terlihat Dika.. kaget melihatku, dan melihat dirinya yang terikat....

Hmmmmmm... ehmmmmmmm, hanya kata itu yang bisa terucap dari Dika......

" Sory de, Abang culik kamu dahulu....Ucapnya sambil melihat ke arah dia.....

" Bang.... Tolong saya.......Kata ku kepadanya.....

" Anjing kamu......Diammmmm kau.... Hardik Rendi sambil menginjak si Joni dengan sepatu tunggangnya... rasanya sakit sekali, di tambah posisi ku sekarang sedang telanjang bulat.

" Oh iya.... Mungkin kamu bertanya-tanya kenapa sepatu Dika berganti ya....Ucapnya

" Tidak...aku tidak peduli.......Jawabku keras, walaupun sejujurnya itu menjadi pertanyaanku dari tadi..

Rama Halim SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang