BAB III

5K 75 0
                                    

BAB III

Jam menujukan pukul 07:30 WIB, oh my gate, aku terlambat, gila, aku harus masuk kerja, mana ini hari pertama lagi entah aku harus alasan apa, masa di hari pertama aku kerja sudah terlambat, dengan bergegas aku loncat dari kasur berwarna merah tanpa sprei menuju motor maticku.

Dengan tubuh tak berorgan aku menjalankan motor di atas kecepatan 100 Km/jam ku tak perdulikan motor dan mobil yang hampir ku tabrak, tetapi ku tak peduli, pikirku, tiba2 di depan pertigaan ada Lampu merah, dan memaksaku untuk berhenti.

"Woi anak muda, mundur kebelakang, kau sudah melewati garis pemberhentian, Ucap lelaki yang berkostum Polantas di depan mataku.

Seketika jantungku berdetak, melihat, dan terpana akan seragamnya yang berwarna cokelat dengan rompi hijau di depanku, sungguh lelaki yang sempurna, dengsn tinggi 178 Cm dan berat 75 Kg, dengan lekuk badan yang terlihat hobi ngegym berada di hadapanku.

"Hai anak muda, kau dengar ucapanku kan, sambil menepuk pundakku.

"Iyaaa...iya pak, ucapku tergagap, ku mundurkan motorku kurang lebih 5 meter di tempat aku berada tadi.

Amboi.....nian tangan nya sangat terlihat kekar dan ototnya terlihat jelas, terlihat hobi angkat beban lelaki dengan kulit warna cokelat ini.

Dia melirik ke arahku kembali, dengan tatapan yang dingin. Aku tidak tau apakah dia terseyum atau cemberut, karena wajahnya menggunakan masker hitam dan helm Polantas berwarna biru.

Lampu hijau sudah menyala, dan itu menandakan aku harus segera jalan. Kulihat lelaki tadi, ternyata dia masih saja asik memgatur lalu lintas di sebelah pingir. Jlepppppp.... dia menatapaku lagi....amboii semakin aku tegang dibuatnya.....

Sepanjang jalan, aku hanya memikirkan lelaki itu, yang menyuruhku mundur, akhhh fetish ku mulai saja memuncak, aku mencoba untuk menetralisirkan susasana hati dan perasan ini, agar aku bisa kosentrasi di jalan menuju tempat kerjaku.

Okey, aku pertama kerja... hari ini cuaca sangat mendukung, di rumah yang besar ini hanya ada aku saja. Istri dan kedua anak Om Rendi pergi sekolah, aku duduk di bangku berwarna hitam, di temani dengan sebatang rokok filter. Ruangan ini terletak di depan rumahnya, dengan ruangan 4x8 meter ini, banyak sekali barang barang dan dus yang akan siap untuk di antar oleh kurir, kulihat beberapa file yang ada di layar laptop ini, desain baju dan desain banner sudah di buat dengan rapih dan sangat elegan. File-file di dalam komputer sudah tertata rapih hingga ke tanggal dan bulan nya juga lengkap,

" kamu tinggal meneruskan saja Rama" pesan Om Rendi dalam obrolan kemarin.

Waktu, terus berlalu, hari pertama aku bekerja hanya orientasi medan saja, tidak ada yang mesti aku kerjakan dan lakukan,

"Gw udah gak tahan, pengen ke Wc" ucapku dalam hati.. ku bergegas ke dalam rumah, yang tak di kunci,.... lega sudahhhh...

Mataku melihat ke ujung ruang tamu, ku lihat ada sebuah sepatu Tunggang mengkilap, seakan akan melambai lambaikan tangan kepadaku. Ku hampiri kemudian aku elus sangat halus semi kasar, bau kulitnya sungguh terasa sekali. Aku dekatkan hidungku mengarah ke sepatu itu, aku ingin mencium aroma sepatu tunggang itu..

dann hampir 10 cm lagi.. dannnn

Kringgggggggg kringggggg

Sial suara telepon itu sangat menganguku...

Rama Halim SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang