BAB XXIV

2.3K 60 3
                                    

Semburat cahaya yang lambat laun terlihat, kemudian aku melihat tangan kanan kiriku di borgol di sebuah kaki meja cokelat yang kemarin di gunakan oleh mereka untuk minum-minuman keras. Kaki ku pun di ikat dengan seutas tali cokelat. Aku melihat Bripka Rio yang sedang memperhatikan ku di atas kursi yang berjarak sangat dekat.

Masih dengan atribut yang tadi, cuma sekarang slyer hitamnya tidak dipake. Dia kemudian melepaskan helm bertuliskan Polisi di belakangnya dan kemudian dia lalu tersenyum dengan puas. Kacamata hitam nya membuat dia terlihat sangat keren.

" Badan kamu, bagus juga Ya Rama....Ucap Bripka Rio..

" Abang mau apakan saya" Tanyaku ketakutan.

" Kemarin itu belum puas... heheh... keburu Rendi datang......

" Bang..bangg...tolong lepaskan saya, ucapku memohon

" Enak saja... kau akan menjadi tawananku saat ini, dan engkau akan menjadi anjingku.....Ucap Bripka Rio sambil mengelus ngelus kakiku yang masih menggunakan sarung tangan hitam.

" Cuihhhhhhhh.....sebuah ludahan menempel di pipi Bripka Rio... tak sudi saya.. lepaskan saya.......Kalau tidak saya akan teriak.....ancamku

" Teriak tinggak teriak saja. Kau pikir ini di kota Bandung kah...
Jawab Bripka Rio.

Iya bener.. ini buka Kota Bandung, rumahnya Om Rendi di pedesaan yang sama sekali tidak ada rumah di samping kanan dan kirinya.

Dia langsung membukakan resleting di celananya, kemudian kontolnya yang setengah bangun kemudian lalu berusaha menuju mulutku.....seketika aku mulai berontak dan berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan borgol ini...tetapi semua sia sia saja. Dengan berdiri Bripka Rio lalu memaksakan kepalaku untuk menerima kencingan darinya..... aku tidak kuat lagi dan akhirnya aku menyerah.....

""" Akhhhh.... kontolku di remas dengannnnn sangat sakittt.....

" Sekarang kau sepong kontolku dan habiskan air kencing ini... perintah Bripka Rio. Dengan terpaksa aku menuruti semua perintahnya.

Banyak sekali air kencing yang keluar dari Kontolnya. Hingga aku sudah tidak kuat lagi untuk menampung semua. Tetapi setiap aku muntahkan sebuah tarikan tangan menarik kontolku menggunakan sarung tangan bikernya yang ada duri-durinya, jujur sangat tersiksa dan sangat tidak kuat...

" Ha... hahah... hahhhaaa, Selama kau jadi tawananku, kau hanya dapat minum air kencingku saja ya......ucap Bripka Rio..

Kemudian dia langsung duduk dan kakinya di atas meja, bukan di atas meja tetapi di atas tubuhku, lebih tepatnya di atas dadaku. rasanya sangat berat dan sudah tidak karuan lagi...

"Akhhhhhhh", aku menjerit kesakitan saat dia mengesek gesekan piringan yang menempel di sepatu bootnya itu.

Bripka Rio sepertinya tidak memperdulikan diriku yang kesakitan ini. Dia mengambil rokok dan menyalakannya.
" Kenapa kau, kesakitan ya? Tanya Bripka Rio.

" Bang tolong lepaskan aku,.... jangan siksa aku begini bang, Ucapku sambil meneteskan air mata.

" Sakitt.... panas bang, ucapku saat abu rokok itu mengenai tubuhku....

Aku hanya bisa menahan kesakitan ini, saat ini aku hanya butuh Om Rendi yang menolongku.. tetapi sayangnya Om Rendi hari ini dia tidak pulang, dia pulang ke rumah istrinya.....

Bripka Rio, kemudian dia lalu berdiri dan mengambil tali panjang dan kemudian mengikatkan nya ke atas atap rumah, dia lalu menarik kaki kananku dan kaki kiriku secara bersama-sama...jadilah kaki aku mengantung dan tubuhku masih berada di meja...

" Kita Akan mulai penyiksaan ini Rama Halim Saputra" Ucap Bripka Rio.

Dia mengambil sebuah benda, yang sangat asing sekali, bentuknya seperti sebuah Kontol berwarna hitam dan panjang.

Rama Halim SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang