Puzzle III

43 15 44
                                    

"Betulan kamu dulunya homeschool? Kamu anak orang kaya?"

"Aku ragu, deh, Di. Yang lain pada bilang, ketimbang homeschool, dia lebih pas dibilang enggak sekolah selama ini. Kerjanya menggambar dan menempel terus di buku."

"IQ kamu berapa sampai enggak sekolah?"

"Diam aja nih dianya. Jangan-jangan enggak sekolah karena autis, ya?"

"Maaf, kalian mau memberiku kesempatan bicara untuk menjawab semua pertanyaan kalian?"

"Bisa juga dia ngomong."

"Ayo, jawab. Kita kasih waktu."

"Okay. Pertama, aku homeschooling, bukan unschooling. Kalau kalian menyamakannya, tolong lepas lampu di rumah kalian. Memakai lampu artinya mengakui anak-anak homeschooling yang kata kalian enggak sekolah itu bisa menciptakan sesuatu yang berguna untuk kalian, anak-anak yang bersekolah. For your info, Thomas Edison homeschooling. Masih mau mendengarkan?"

"Lanjutin aja bualan kamu, Kutu Buku."

"Bualan, ya? Fine. Kedua, autis bukan ejekan. Kalau kalian menggunakan itu sebagai ejekan, kecerdasan kalian bahkan lebih rendah daripada milik kotoran yang keluar dari pantat kalian sendiri. Kalian yang minta aku membual, kan? Ketiga, biasakan untuk mengenali siapa musuhmu. Aku tahu nama dan alamat kalian. Enggak percaya? Kamu yang memimpin, si rambut jigrak, Aldi, kan? Tinggal di Lorong Kenanga Ujung no. 28, persis di sebelah masjid tempat ayahmu bekerja. Lalu yang seragamnya sobek tersangkut di pohon mangga belakang sekolah, namamu Riko, tinggal cuma beberapa jalan dari sini. Rumah yang berwarna hijau telur asin, ibumu penjahit pakaian. Seragammu yang sekarang sobek itu salah satu hasil pekerjaannya, iya, kan?"

"Gi-gimana kamu tahu soal seragamku ...."

"Kamu mau apa? Melaporkan kami?"

"Aku bisa melakukan hal yang lebih menyenangkan daripada melaporkan kalian ke guru, Aldi. Barangkali mengirimi mayat kucing yang kalian siksa kemarin sepulang sekolah, di luar gerbang sekolah, untuk menghantui kalian. Atau menusuk, menguliti, dan melukai kemaluan, persis seperti yang kucing itu rasakan karena kalian. Kenapa kalian berempat pucat? Baru tahu ada saksi?"

"Kamu ...."

"Bagaimana kalau kita berhenti bermusuhan saja? Bukan berteman ala anak TK yang asal anggap teman. Yang kumaksud adalah mempersedikit musuh. Semacam sekutu. Aku bungkam terhadap semua kelakuan kalian, sekalipun yang mengurangi kemanusiaan kalian, asalkan kalian berhenti menggangguku dan aku enggak terseret dalam apa pun yang kalian lakukan. Deal?"

"Deal."

"Mari kita mulai perkenalan dari awal lagi kalau begitu. Perkenalan normal. Aku River." 

-----------

To be continued ....

~Minggu, 20 Maret 2022~

His RebelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang