"Kakak belum tidur?"
"Matamu ada empat lho. Masa enggak kelihatan sih aku masih bangun. Ngelamunin apa kamu malam-malam gini di teras?"
"Nothing."
"Main aja yuk. Mau, enggak? Aku bawa ini."
"Permen telur cicak? Atau permen batu?"
"Mirip gitu deh."
"Kenapa makanan dijadiin mainan? And .... sudah berapa lama permen itu mendiami saku jaket Kakak?"
"Aduh, Rivai. Buruk sangka mulu. Baru kok, hasil palak ke kawanku sebelum berangkat ke sini. Mau main, enggak? Aturan mainnya baru kujelasin kalau mau main."
"Okay, I'm in."
"Prinsipnya mirip ToD. Karena cuma berdua, lebih simpel. Ada botol, enggak? Kalau kamu ditunjuk botol, kamu harus jawab pertanyaan dariku, sebaliknya juga gitu. Pertanyaannya boleh beranak selama masih bersangkutan, maks sampai 3 pertanyaan. Dilarang jawab ngasal; kalau sampai kejadian, kamu harus makan dua permen. Kalau merasa enggak bisa jawab, kamu makan satu permen sebagai gantinya. Dilarang ngebuang atau ngeganti permen. Khusus kali ini, kamu boleh pilih permen warna apa yang kamu ambil. Gampang kan, ya?"
"Yeah, dan ini memang truth or dare. Wait. Aku ambil botol dulu."
"Aku tunggu."
"Ini cukup?"
"Cukup. Newbie puter duluan. Buruan. Aku ngalah."
"Sucks. Aku yang memutar botol, aku yang kena."
"Pertanyaan buat Rivai ... ini deh. Pengalaman apa yang bikin kamu menyembunyikan banyak hal sampai terkesan penuh enigma?"
"Uh .... Aku pilih makan permen."
"Ambil satu. Aku nyaranin yang warna toska."
"Aku pilih yang putih."
"Silakan."
"Ack! What the hell is this? Kok rasanya mirip susu basi? Kak Delon! Itu apa?"
"Sstt. Entar yang lain bangun. Aku sendiri enggak pernah nyobain yang putih, jadi enggak tahu itu rasa apaan. Yang toska itu salah satunya rasa beri, walau bisa aja zonk, dapat rasa yang lebih aneh. Selama aku main ginian sama kawan-kawanku, rasa beri masih yang paling enak. Yang paling parah masih rasa air cucian piring. Katanya ada yang rasa dahak, tapi aku enggak tahu yang mana. Habisin permennya. Jangan dibuang."
"Ini permainan paling lumrah kalian?"
"Kami bajak laut. Bukan pencuri. Kami memainkan permainan apa aja walau tahu enggak bakalan menang. Kayak kata salah satu novel di kamarmu tuh."
"Wait. Kakak baca trilogi Shades of Magic juga? Belum ada terjemahannya, kan?"
"Jangan ngeremehin aku, Riv. Aku juga bisa baca novel bahasa Inggris. Harusnya aku yang tanya kenapa kamu baca novel buat 18 tahun ke atas. Sana, ambil minum. Mukamu pucat gitu. Seaneh itu yang putih, ya? Inget, jangan dibuang permennya. Permen mahal itu, walau bukan aku yang beli."
--------------
*Author's note: Dialog ini ber-setting tahun baru 2019, makanya dikatakan trilogi Shades of Magic belum diterjemahkan. Sekarang, di tahun 2022, seluruh buku dari trilogi itu sudah ada terjemahan bahasa Indonesia-nya. ^^
-----------------
To be continued ....
~Minggu, 3 April 2022~
KAMU SEDANG MEMBACA
His Rebel
Teen FictionTravel Series #2 His Rebel "Can I Trust You?" Begitu tiba di Bandara Jend. Ahmad Yani Semarang, Denias kabur sebagai bentuk pemberontakan pada orang tuanya. Tapi, bagi River, Deni bukan siapa-siapa selain anak dari klien sang ibu. Sampai akhirnya...