18. Answer or Eat!

26 6 12
                                    

Masih pukul setengah tiga siang. Jam nanggung. Mau mampir ke tempat lain, waktunya enggak cukup kalau harus meninggalkan Yogyakarta setelah waktu salat asar. Padahal masih banyak yang belum kami datangi (menurut Kak Delon). Gara-gara dia, aku jadi mempertimbangkan menginap lagi di suatu tempat di sudut kota ini selepas dari sini.

Akhirnya, Kak Delon mengajak kami main game di tepi pantai, dalam bayangan payung dan suara ombak. Dia memamerkan plastik berisi permen warna-warni.

Sucks. I hate this game.

Well, sebetulnya aku lebih dendam pada permen dari buku Harry Potter yang dipegang Kak Delon. Dan aku enggak mau Rein terseret ke dalam game "jahat" ini. Tapi, sejak kapan Rein mau menolak main begitu saja?

Menurut buku trilogi Shades of Magic, ada dua tipe orang:

1. Si Pencuri, yang hanya mau mengambil "tantangan" yang bisa dia menangkan.

2. Si Bajak Laut, yang akan menerima semua "tantangan" meski tahu dia akan kalah.

Rein tipe kedua. Sama saja dengan Kak Delon. Barangkali aku juga termasuk tipe itu. Yah, kami orang barbar, enggak peduli seberapa perhitungannya aku dalam membuat rencana.

Jadi, aku terpaksa bilang pada Rein, "Welcome to the hell game: Answer or Eat!"

***

Aturan permainannya kurang lebih sama dengan saat aku memainkannya berdua dengan Kak Delon di rumahku. Berbeda pada bagian awalnya saja karena permainan kali ini diikuti lebih dari dua orang (yeah, aku main lagi). Aturannya seperti ini:

1. Seluruh pemain bersuten, pemenangnya akan menjadi pemberi pertanyaan. Setiap pertanyaan diperbolehkan beranak sampai total tiga pertanyaan.

2. Botol diputar, yang ditunjuk botol (kecuali pemenang poin 1) akan menjadi penjawab pertanyaan.

3. Jawab pertanyaan dengan jelas. Jika tidak bisa menjawab pertanyaan pertama atau para anak pertanyaan, makan satu permen. (jika sudah makan permen, ronde dianggap berakhir dan pemenang suten dilarang memberi anak pertanyaan lagi). Jika menjawab asal-asalan, makan dua permen. Dilarang membuang permen!

Aturan tambahan: Yang sebelumnya pernah main dilarang memberi bocoran pada yang belum pernah main. (Kak Delon bilang begitu sambil melirikku dan tersenyum jahil. Beruntungnya aku karena pernah dapat bocoran soal rasa permen yang "waras")

Rein mengacungkan tangan. "Ada apa dengan permen ini?"

"Ajaib," kata Kak Delon, sementara di saat yang sama, aku menjawab, "Menyesatkan."

"Ini bukan narkoba, kan?" Rein memandangku dan Kak Delon bergantian dengan alis bertaut.

Kami serempak membantah. "Bukan!"

***

Rein ditunjuk botol. Mirisnya, bukan aku yang tadi menang suten, tapi Kak Delon. Auch. Orang gila ini bakal bertanya apa pula. Pertanyaannya padaku dulu terkesan menjebak supaya aku pilih makan permen.

"Buat Rein enggak susah kok." Kak Delon tersenyum (semanis mungkin) pada Rein. "Kamu lagi naksir siapa sekarang?"

WTH. Malah jadi ajang PDKT. Aku dijadiin nyamuk.

"Tetangga di ujung jalan tempatku tinggal. Dunia ini kecil."

"Kamu udah nyatain ke dia?" Oke. Anak pertanyaan yang pertama. Kak Delon masih punya jatah satu pertanyaan lagi.

Rein mendengkus. "Bukannya seksis, tapi perempuan enggak confess cowok. Kami bikin mereka yang confess."

Aku hanya tersenyum mendengarkan. Ketika berdua denganku, dia bisa terang-terangan dan buang gengsinya ke dasar laut. Aku tahu dia cuma malu dan takut confess Dwi, cowok yang dia suka, dan dia tahu aku tahu. Enggak ada urusannya dengan cowok yang harus confess.

His RebelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang