Puzzle VI

23 7 3
                                    

"Kamu udah ngajuin proposalmu itu?"

"Yeah. Kalau pergantian semester aku enggak berubah pikiran, aku boleh homeschool lagi. Ibumu gimana, Zik? Minggu lalu drop sepulang perjalanan darat-laut Palembang-Tanjung Pinang, kan?"

"Kayaknya aku kualat. Apa tuh istilahnya di agama papamu? Karma?"

"Kualat kenapa?"

"Bukan apa-apa. Ibu ... sakit. Benar-benar sakit. Sampai dokter di sini angkat tangan karena di-CT scan juga hasilnya normal. Dirujuk ke Batam, ke RS yang lebih besar. Bapak bilang, kalau di Batam juga enggak berhasil, Ibu bakal dibawa ke Singapura. Belum tahu berapa lama. Deket sih, tapi aku enggak tega bayangin Ibu yang terbaring itu dibawa ke mana-mana."

"Dia mengizinkanku menjenguk sebelum kalian berangkat? Yeah, you know, beberapa orang menolak dijenguk ...."

"Ibu tergolong tipe itu—anti dijenguk—tapi makasih udah bertanya, Riv."

"Zikra, kamu sendiri bagaimana?"

"Aku?"

"Semua orang bertanya keadaan ibumu. Aku memang belum tahu rincinya, tapi aku bisa membayangkan bagaimana keadaannya kalau dokter di sini sampai desperate. Tapi pasti enggak ada yang bertanya keadaanmu. Orang-orang hanya menyuruhmu bersabar, iya, kan?"

"River. Aku ... ah. Aku cuma pengin nemenin Ibu."

"Then go. Batam atau Singapura, just go."

"Sekolah gimana?"

"Kamu yakin bertanya pada aku yang lama homeschooling dan berniat kembali homeschooling?"

"Argh! Bener! Bener! Aku yang bodoh bertanya gitu sama kamu. Bapak marah enggak, ya, kalau aku minta ikut? Lupain aja sekolah sementara, aku bisa belajar sambil nemenin Ibu. Kamu yang enggak pernah sekolah sampai Juli kemarin aja bisa tetap enggak tertinggal pelajaran, kan?"

"Yeah. Lagi pula, orang yang mau kamu temani itu ibumu. Sekolah yang katanya terkorbankan itu sekolahmu, walau enggak benar-benar terkorbankan menurut prinsip belajarku. Intinya, kamu punya hak dalam setiap pilihan. Itu hidup kamu."

"Jadi, sekarang tujuan kita sama?"

"Yups. Selamat bergabung ke dalam Anak-Anak Pemberontak, Zikra. Kamu enggak sendiri, meski alasan kita berbeda."

"Wuih, ada perkumpulannya. Aku anggota keberapa?"

"Kamu wakil. Aku ketuanya. Kita enggak punya anggota. Orang dari Kemendikbud bisa mengamuk kalau tahu ada anak-anak SMP yang berencana keluar massal dari sekolah."

----------

To be continued ....

~Rabu, 23 Maret 2022~

His RebelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang