"Selamat datang di gerbang kematian, Aldi. Tumben, biasanya grim reaper mesti jemput orang, bukan didatangi begini. Sekarang kutanya, kamu lebih percaya reinkarnasi atau Taman Surga?"
"Aku belum mau mati, Bodoh!"
"Kamu melihatku selama ini seperti lihat grim reaper."
"Aku cuma lihat kamu makin lesu sejak siapa-itu—Zikra?—berhenti sekolah."
"Aku teman yang jahat kalau menahan dia. Kalau mamaku sakit dan harus dibawa pergi, aku juga mau ikut. Harusnya aku senang bapaknya mengizinkan dia pergi. Ijazah bisa didapatkan nanti setelah aku sukses, mengingat Mr. Lyman—dari Lyman Group, pemilik Kota Baru Parahyangan di Bandung dan Gedung Pulpen di Jakarta—sukses dulu, baru punya ijazah. Tapi kalau ibuku pergi, aku enggak akan bisa bertemu lagi dengannya. Enggak ada kata nanti. Oi, makin lama, kami makin mundur saja. Duduk sini."
"Oh. Ya. Makasih udah bilang gitu. Minimal aku enggak penasaran lagi kamu punya hati atau enggak."
"Aku punya. Tapi bukan untuk cowok. Aku masih straight."
"Sialan kau."
"Bu Indah bisa nyuruh kamu makan sabun kalau dengar kamu bicara begitu. Aku enggak mau terseret-seret. Di luar sekolah sih, aku enggak peduli."
"Ha-ha. Nah, sekarang gimana? Kamu tetap mau keluar dari sekolah?"
"Jelas. Lebih cepat lebih baik. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk membuat Zikra enggak keluar dari sekolah sendirian. Lagi pula, PR tambah banyak dan tambah susah, sementara kebanyakan guru sibuk berbicara dengan papan tulis alih-alih mengajar. Papa yang ujungnya banyak mengerjakan PR-ku—apa? Kamu kira aku sama denganmu yang bangga PR-nya dikerjakan ortu? Aku tahu tanggung jawab. Aku juga enggak sempat journaling lagi. Ditambah lagi, temanku udah enggak ada. Aku makin enggak betah. Doakan aku bertahan tiga bulan lagi."
"Kamu enggak menganggapku teman?"
"Sudah kubilang dari awal. Kamu dan kawan-kawanmu adalah sekutu. Aku hanya enggak mau menjadikan kalian musuh. Kuingatkan, sekutu berbeda dari teman. Aku bisa mengorbankan nyawa lima sekutu untuk menolong seorang teman, tapi enggak akan terjadi sebaliknya."
"Kamu kejam terhadap nyawa."
"Ini masalah kepercayaan, bukan sekadar nyawa. Lagi pula, ingat kalau kamu pernah menyiksa kucing, Di."
"Kamu pendendam juga."
--------
To be continued ....
~Kamis, 24 Maret 2022~
KAMU SEDANG MEMBACA
His Rebel
Teen FictionTravel Series #2 His Rebel "Can I Trust You?" Begitu tiba di Bandara Jend. Ahmad Yani Semarang, Denias kabur sebagai bentuk pemberontakan pada orang tuanya. Tapi, bagi River, Deni bukan siapa-siapa selain anak dari klien sang ibu. Sampai akhirnya...