Jenni menegang ketika melihat Miranda menangis. Tidak, ini memang harus menjadi hari yang bahagia, tapi dia tidak menyangka Miranda akan menangis seperti ini ketika semua tatapan terfokus kepada mereka berdua.
Owen terlihat prihatin dan sepertinya mengetahui alasan Miranda menangis, tetapi tidak dengan semua orang.
"Ibu, jangan seperti ini."
Jenni berusaha menenangkan Miranda tapi tidak berhasil.
Miranda masih terisak dan memeluk Jenni kembali dengan lembut. Suaranya yang bergetar bisa terdengar di telinga Jenni.
"Aku sungguh bersyukur kamu ada di dunia ini, Jennifer."
"... Ah--"Jenni terlihat gelagapan. Dia tidak tahu harus memberikan reaksi seperti apa. Apakah ada alasan tertentu mengapa reaksi Miranda begitu berlebihan?
Perlahan Miranda melepaskan pelukan itu dan menatap Jenni. Matanya sedikit nanar, wajahnya yang pucat memiliki riasan yang hancur oleh air mata.
"Berbahagialah, anakku."
Jenni tersenyum lembut dan tertawa kecil. Tidak ada hari yang membuatnya bahagia lebih dari ini.
"Tentu."
Miranda dan Owen, serta Rey dan Jenni naik ke atas panggung pernikahan. Mereka berempat berfoto bersama yang ke depannya akan dikenang selama beberapa generasi.
Owen kemudian mengantar Miranda kembali ke rumah sakit dan meninggalkan mereka berdua di hotel. Rey mendekati Jenni yang terdiam dan berbisik.
"Tadi kalian bahas apa? Kenapa mama kita menangis?"
Mama kita.
Jenni menggigit bibirnya untuk menahan senyuman dan menggelengkan kepala.
"Kau tidak harus tahu."
"Apakah dia kesakitan?"
"Tidak, dia baik-baik saja. Dia hanya bahagia untuk kita dan untuk dirinya sendiri."
Rey memiringkan kepalanya dan mengangguk, merasa tidak perlu untuk bertanya lebih jauh.
"Ngomong-ngomong, Rey."
"Hm?"
"Kenapa kau memanggilnya mama? Aku pernah mendengarmu memanggil Om Owen dengan sebutan ayah. Itu aneh, kau tahu. Ayah dan mama."
Jenni selalu penasaran akan hal ini. Dia tahu itu agak tidak sopan jika bertanya kepada Owen atau Miranda, maka dari itu dia memilih Rey dan bertanya langsung.
"Itu karena sepertinya dia ingin dipanggil mama, dan aku terbiasa dengan hal itu."
"... Begitu?"
"Ya, aku tidak melihat ayahku ingin disebut papa atau apapun. Jadi aku tetap memanggilnya ayah."
Jenni menatap Rey dengan ekspresi aneh kemudian menggelengkan kepalanya. Dia mungkin sedikit mengerti bagaimana perasaan Miranda selama ini.
"Apa kau mencintainya, mama-mu? Mama kita."
Rey terdiam sejenak sambil memandang wajah Jenni. Jenni menatapnya dengan lurus, dan Rey seperti akan ditelanjangi oleh tatapan itu.
"Aku... tentu saja. Dia orangtuaku, dan akan menjadi orangtuamu mulai sekarang."
Rey tidak tahu sejak kapan, tapi dia merasa bahwa dirinya telah berubah menjadi lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
Sebenarnya dia tidak begitu mengerti tentang perasaannya.
Cinta?
Tentu saja dia mencintai ibunya. Miranda adalah orangtuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naughty Person - 18+ [S2 END]
RomanceCerita ini merupakan cerita lanjutan dari Naughty Person S1. 💣 KONTEN DEWASA!!! 💣 *BAB PROLOG - 36 DIREVISI, YANG LAIN NUNGGU* -Terdapat banyak adegan seks di dalamnya- Para pembaca yang baik dimohon memilih bacaan sesuai umur, ya! SEXSCENES CP :...