33. Our Lust (1)

2.2K 112 1
                                    

Sebenarnya dia tidak bermaksud melakukan itu.

Rey berjalan kembali ke arah apartemennya dan memikirkan sesuatu. Wajahnya mengerut saat dia membayangkan reaksi Tina yang aneh.

Penjara atau menyerahkan perusahaan.

Kedua pilihan ini tidak ada bedanya bagi Tina, karena apa pun yang wanita itu pilih, dia akan tetap rugi dalam banyak hal. Tentu saja, Tina tidak berhak untuk protes.

Grup Jaya berbakat dalam mengambil wilayah milik perusahaan lain. Jika Grup Athlan mengembangkan saham mereka dimana-mana, Grup Jaya cenderung membeli saham dengan bursa kotor.

Namun bukan hanya itu saja, mereka yang bekerja di Grup Jaya selain pegawai biasa dan staf kecil, semuanya memanipulasi harga pajak dan mengambil beberapa dari pendukungnya. Entah itu mulai dari CEO sendiri, direktur bagian, hingga para manajer.

Korupsi di sebuah perusahaan tidak aneh, tapi pelaku dari korupsi yang jumlahnya hampir seperempat dari  perusahaan itu sungguh aneh.

Itu bisa dimengerti jika pelakunya hanya satu orang, tapi hampir semua pemimpin di Grup Jaya telah melalukan hal yang sama.

'Bagaimana bisa mereka tidak ketahuan oleh pemerintah?'

Rey tidak bisa tidak takjub. Pajak yang diambil dari perusahaan pasti sudah terakumulasi dan dihitung dengan akurat. Tapi Grup Jaya dengan mudahnya memanipulasi jumlah itu.

'Yah, bukan urusanku.'

Rey sebenarnya tidak peduli apakah perusahaan lain bertindak kotor dan sebagainya meski dia mengetahui fakta yang sebenarnya. Selama tidak menargetkan dirinya, dia akan mengabaikan itu semua.

Bahkan jika salah satu dewan Grup Athlan merencanakan sesuatu dengan perusahaan lain, Rey tetap diam.

Tapi dia tidak bisa terima jika mereka menyentuh Jenni.

'Wanita itu bahkan tidak ada hubungannya dengan masalah ini.'

Kemudian, reaksi Tina setelah itu mengganggunya sampai sekarang.

'Huh, Presdir, kau tidak tahu apa pun tentang wanita itu.'

'Wanita' yang disebut Tina pasti Jenni. Rey terus memikirkan ini dari tadi. Kata-katanya masuk akal, karena Rey memang belum bisa mengenal Jenni dengan baik meskipun mereka sudah berpacaran.

Tapi yang membuatnya penasaran adalah alasan tiba-tiba Tina mengatakan itu.

Dia menepis pikirannya dan segera tiba di lantai sepuluh. Memikirkan masalah baru setelah masalah lain selesai sungguh menguras otaknya. Tidak hanya itu, dia harus mengurus pekerjaan yang dia tinggal selama pergi ke luar negeri.

'Ah, kepalaku.'

Rey tiba-tiba merasa pusing.

Pada saat itu dia bisa melihat seorang wanita sedang duduk sambil bersandar pada pintu kamar nomor 1001. Wanita itu mengenakan hoodie dengan piyama di dalamnya.

"... Jenni?"

Jenni menoleh saat namanya disebut. Perlahan mulutnya terbuka dan sebuah suara dingin keluar dari dalam.

Naughty Person - 18+ [S2 END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang