29. Out of Mind (1)

1.9K 120 0
                                    

Matahari sudah terbenam dan langit menampakkan warna jingga kekuningan, memberi tahu manusia di bumi bahwa hari mulai malam.

Seorang pria memarkirkan mobil sedannya di basement parkiran sembari membawa koper di sebelahnya.

Wajahnya terlihat kelelahan. Rambutnya sedikit acak-acakan. Bahkan dasi yang dipakainya melonggar di area kerah kemejanya. Itu membuatnya tampak seperti pulang dari kematian.

Pria itu mengabaikan pandangan mata yang melihatnya. Mulai dari satpam, penghuni apartemen, sampai kucing hitam yang menatapnya dengan ekspresi prihatin.

Dia menuju lift dan memencet nomor sepuluh, tempat dimana ruangannya berada, tidak, lebih tepatnya dimana lantai miliknya berada. Lantai sepuluh adalah tempat tinggalnya, dan lantai-lantai di bawahnya adalah milik orang lain.

Dia tersenyum lemah dan mengangguk begitu seorang wanita tua menyapanya di dalam lift. Itu adalah dasar dari sopan santun untuk menyapa kembali orang yang lebih tua.
Tapi wanita tua itu malah mengatakan sesuatu.

"Pasti berat, ya?"

Rey, yang pikirannya kosong, sedikit tersentak dan melirik wanita tua itu.

"... Lumayan."

Dia tidak tahu apa yang dimaksud dengan kata 'berat' tersebut, tapi dia menanggapinya dengan jujur.

Itu berat.

Ada kesalahan dengan bisnisnya di Thailand. Rencananya Rey akan membeli gedung di sana, membangun cabang perusahaan dan menaikkan saham miliknya di Kota Bangkok, lebih dari itu, yang menjadi direkturnya adalah pihak sana.

Namun, pihak Thailand malah bekerja sama dengan perusahaan asing, di saat bersamaan tidak ingin melepas Grup Athlan.

Memang Rey sudah membuat kontrak perjanjian dengan mereka, namun yang membuatnya kesal adalah, ketika dia menahan gedung itu, perusahaan asing lain membeli lahan di sekitarnya.

Rey tahu bahwa perusahaan sialan itu mungkin ingin menyudutkan dirinya.

'Ini membuatku gila.'

Susah payah dia berinvestasi, tapi jika gedung itu--dimana lokasinya sangat strategis--dimiliki oleh perusahaan lain, dia akan kesal.

Jadi Rey harus mengambilnya kembali. Itu butuh waktu lumayan lama, tapi tidak sulit. Dia harus mengeluarkan uang lagi demi gedung sialan itu.

Wanita tua itu tersenyum lembut seakan ingin menenangkan pria muda di sebelahnya. Lift berhenti di lantai sembilan, dan wanita tua itu akhirnya keluar.

"Saya permisi dulu."

Rey tidak menjawab tapi mengangguk pelan. Dia segera sampai di lantai sepuluh dan matanya menjadi cerah.

'Setelah ini aku akan bertemu dengan Jenni-ku.'

Langkah kaki yang awalnya berat sekarang menjadi ringan. Rey perlahan menuju pintu nomor 1001, kemudian segera membukanya dengan sidik jari.

Begitu terbuka, dia segera masuk ke dalam dan merentangkan kedua tangannya.

"Jenni sayang-! Pacarmu pulang!!"

Naughty Person - 18+ [S2 END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang