09. Perform (3)

2.5K 133 1
                                    

Gerakan tiba-tiba Rey menarik perhatian semua orang.

Tidak ada yang bisa menyangka bahwa presdir akan turun tangan sendiri untuk menghadapi pejabat itu. Suasana yang tadi ramai segera sunyi senyap. Sebagian mata memandang mereka dengan penasaran.

Di sisi lain, wajah Yanto terlihat tak percaya dan memandang Rey dengan ekspresi gelisah. Rey-pebisnis berhati dingin nan licik yang namanya terkenal di dunia konglomerat. Semua orang tahu bahwa pria itu begitu tertutup bahkan jika dia memiliki artis baru yang dia sponsori.

Namun, apa-apaan ini? Ini aneh untuk dilihat bila Rey sendiri yang menghentikannya.

"Maaf, tapi melukai artis 'kami' sedikit berlebihan, bukan?"

Nada dingin terdengar dari mulut presdir tampan itu. Matanya menatap Yanto dengan sinis. Rey menggenggam pergelangan tangan Yanto dengan kuat, tanpa melepasnya.

"A-aku tidak melukainya! Dan
kau tahu sendiri bahwa wanita ini duluan yang mendorongku-"

"Ah?" Alis Rey terangkat sebelah, jemarinya melepas tangan Yanto dengan perlahan, "dia hanya kelelahan karena baru saja perform. Selain itu, aku yakin semua orang di sini menjadi saksi ketika kau menarik salah satu artis kami secara pribadi."

Mulut Yanto gemetar. Marah, malu, dan penghinaan, dia tidak terima bila harus menghadapi itu. Namun dia juga tidak bisa membalas pria di hadapannya.

Yanto tetaplah seorang pejabat berpengaruh. Sudah menjadi rahasia umum bahwa dia suka mengincar wanita-wanita muda, dan tetap saja, semua orang mengabaikan fakta itu. Rey mengerutkan keningnya karena harus menghadapi masalah kecil. Mengurus segala sesuatu seperti ini bukan gayanya.

Rey memanggil Tina dengan isyarat, sekretaris genit yang sekarang tepat berada di samping kakeknya, CEO Grup Jaya. Kompensasi dan permintaan maaf. Rey tidak ingin dirinya terlihat lemah, namun dia juga tidak mau melepas pengaruh pejabat itu.

Rey mendekati Yanto yang masih kaku di depannya, lalu berbisik pelan, "Maaf sekali lagi. Untuk selanjutnya bisa dibicarakan dengan sekretarisku. Kau tahu? Jangan melakukan tindakan bodoh karena aku bisa menuntutmu."

Yanto yang sesaat tersentak mengangguk pelan, kemudian dengan cepat keluar dari aula itu sambil membawa pengawalnya. Setelah keadaan menjadi tenang dan suasana kembali normal, para wartawan dan jurnalis kembali sibuk akan pertanyaan mereka masing-masing. Tidak ada masalah, namun mereka tetap berhati-hati karena baru melihat aksi heroik dari Presdir Athlan.

Banyak pertanyaan melintas di benak mereka masing-masing.

'Siapa si Ellen ini sampai si presdir menolongnya secara langsung?'

'Apa wanita ini begitu berharga?'

'Biasanya kalau ada acara panggung seperti ini, presdir bahkan tidak akan datang secara pribadi.'

Ini aneh, tentu saja.

Jenni melirik Rey beberapa kali. Jantungnya berdetak kencang. Terlalu banyak kejadian yang dia alami tadi. Tidak hanya hampir ditampar, Rey telah menolongnya di depan semua orang.

Jenni jadi mengingat kejadian waktu SMA dulu. Rey selalu sigap menolongnya kapan pun dan dimana pun.

Ini membuatnya senang, entah kenapa.

Naughty Person - 18+ [S2 END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang