06. Proposal

3.2K 135 0
                                    

Malam hari, pukul sepuluh malam. Sebuah rumah di daerah kawasan elit, Jakarta Selatan. Cahaya lampu neon menerangi ruangan, mengganggu mata seorang wanita yang sedang tertidur. Suara gemerisik televisi terdengar dari arah luar, tercampur dengan suara pisau yang sedang sibuk memotong bahan makanan.

Jenni mengejapkan matanya berulang kali ketika dia menyadari ada sesuatu yang menjilat pipinya.

"Hah?"

Kepalanya pusing dan dia sedikit mual. Apa yang dia lakukan sebelumnya? Jenni tidak mengingat apapun. Terakhir dia minum margarita, kemudian tiba-tiba Rey mendatanginya-

Lalu...

Setelah itu, apa?

'Tunggu, sepertinya kami pergi ke kamar atau apa--'

Sambil duduk perlahan, dia bengong ketika menatap anjing berjenis golden retriever sedang merangkak-rangkak, seperti senang saat melihatnya terbangun. Itu adalah apa yang menjilat pipinya tadi.

"Anjing? Lucunyaaa!"

Jenni spontan memeluk anjing itu, tetapi tiba-tiba seorang pria dengan tergesa-gesa membuka pintu kamar, berlari menuju arahnya.

"Apa? Kau kenapa??"

Albert, yang masih memakai celemek sambil membawa pisau dapur. Kacamatanya sedikit turun, dan rambut cokelatnya berantakan.

"Albert?" tanya Jenni bingung, "kenapa kau-tunggu, ini dimana?"

"Di rumahku," jawab Albert pelan kemudian mendesah pelan. Lega karena ternyata tidak ada sesuatu yang buruk terjadi.

"Hah? Kok aku bisa di sini?"

"Presdir Rey memanggilku untuk membawamu. Apa kau lupa apa yang terjadi sebelumnya?"

Jenni hanya mengerjap dan membuat ekspresi aneh. Dia saja tidak tahu apa-apa, dan yang membuatnya penasaran--kenapa Rey memanggil Albert?

Rasa pusing kembali menyerang kepala wanita itu, membuatnya mengerang pelan.

"Aduh..."

Albert tersentak, "Jenni, sebaiknya kau mandi dulu. Aku akan menyiapkan makanan dan teh hangat."

Jenni tersenyum kecil lalu mengangguk. Albert selalu perhatian kepadanya, seperti keluarga yang siap kapan saja untuk merawatnya. Dia sangat baik, dan Jenni merasa nyaman di dekatnya.

"Terima kasih."

Saat di kamar mandi, Jenni berpikir keras mengenai kejadian di bar. Wajah cantiknya muram karena suatu hal.

'Aku tidak mengatakan sesuatu yang aneh, kan?'

Ini buruk.

Dia seharusnya menahan diri untuk meminum alkohol. Apalagi, ketika Rey menampakkan wajahnya, Jenni menjadi kacau.

Keinginan untuk menggoda. Hasrat. Perasaan yang meluap-luap.

Jenni menggelengkan kepalanya cepat. Dia tidak seharusnya berpikir seperti itu. Keadaan saat ini dan dulu sudah berubah. Sekarang mereka hanya terikat kontrak kerja. Tidak boleh ada perasaan apapun lagi.

Naughty Person - 18+ [S2 END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang