Jangan lupa vote!
.
Ini lumayan panjang ya.1 minggu telah usai azka sudah bisa lepas dari selang infus itu pun tidak akan lama, dan selamat seminggu itu satya jarang sekali menemui azka.
"Suka?" Azka mendapatkan pertanyaan dari sean lalu menganggukkan kepalanya dengan semangat.
"Kamu miliki kesempatan untuk melihat dunia luar"
"Ayo kita habiskan sisa waktu ini untuk bahagia bersama sean" azka senyum dengan tulus kepada sean, sean pun membalas senyuman azka
"Dengan senang hati" sean telah selesai mengemasi barang-barang milik azka kedalam big bag.
"Sekarang?"
"Ayok!!"
Saat azka melewati ruangan mama nya ia melihat papa dan satya sedang menunggu, dan didalam sana ada suster yang baru memeriksa mama nya dia sempat mendengar ucapan dari suster itu.
"Pasien akan segera sadar secepatnya"
"Syukurlah" ucap lirih azka.
"Kenapa ka?"
"Gpp"
Seam menuntun azka menuju mobil grab yang ia pesan tadi, didalam mobil grab mereka saling bercerita.
"Sean masih punya keluarga?"
"Masih ada nenek, Kakek, dan kakak tapi selama ini hubungan ku sama kakak kurang baik"
"Kenapa?"
"Kakak ku jahat"
"Ubah dia, cuma kamu yang bisa mengubah sifat jahatnya itu"
"Gimana?"
"Pengaruhi dengan hal-hal yang positif?"
"Akan ku coba"
.
.
.
Perjalanan cuma menempuh 2jam untuk sampai ketujuan yang mereka tuju.
Azka membuka pintu gerbang, pertama yang mereka lihat adalah rumput kecil yang sudah pada tubuh disekitar rumah, rumah ini ditinggalkan setelah papa dan mama cerai dulu mereka sepakat tidak akan menginjak dirumah ini kecuali anaknya, haris dan azka.
"Baru berapa minggu ga ditempatin aja udh kaya gini ya" sean melihat keadaan sekitar yang kelihatan singup.
"Maka dari itu lebih baik aku tempati" azka membuka pintu utama pada rumahnya udara dari dalam rumah membuatnya rindu dengan suasana kebersamaan yang Pernah dia lakukan dirumah ini.
"Ayo masuk" azka menyuruh seam masuk terlebih dahulu.
Baru saja masuk rasanya azka sudah seperti dipeluk oleh ketenangan rasanya sangat damai, tiap sudut dia pandangi semua kegiatan masa lalu yang pernah dilakukan dirumah ini masih tersimpan di kepalanya.
"déjà vécu"
Sean melihat azka yang sedang memandangi bingkai foto paling besar diruangan itu.
"Kamu rindu mereka?"
"Ga usah ditanya" dibawah bingkai itu ada kursi sofa yang sangat banyak sekali kenangannya.
"dulu disini papa selalu ngasih motivasi buat aku" azka mengusap sofa itu.
"Aku sekarang bisa kok jadi penganti papa kamu"
"Ah bisa aja" azka berdiri dari sofa itu dan menuju kamar nya, seam tentu saja membuntuti azka dibelakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝘼𝙣𝙜𝙖𝙣𝙠𝙪||
Teen Fiction"aku kuat, tapi tuhan yang ga kuat lihat aku kaya gini" langsung baca aja ya....