12. Malam bagi mereka yang tidak ikut berlalu.

208 26 0
                                    



cr.mediatotheowner
tomikousama, 2024




“Mama hiks.. Papa!”

Begitu membuka mata larut malam ini, seorang Tomioka Giyuu langsung melangkah dengan sedikit tergesah kala tangisan kencang juga teriakan beberapa kali terdengar dari kamar dimana sang putra pertama— Tanjiro tidur sendirian selama beberapa waktu belakangan ini.

Ia semakin mempercepat langkah, suara tangisan sang putra meraung memanggil dirinya dengan sang Mama kian jelas saja, dan itu membuat Tomioka Giyuu kian merasa khawatir saja terlebih kala terbangun tadi ia sudah dikejutkan dengan kepanikan sang istri yang nampak sudah berusaha membuat dirinya agar segera ikut terbangun.

Apa yang terjadi sampai Tanjiro menangis dan berteriak seperti ini?

Baru terjadi sekarang, Tanjiro tidak pernah rewel lagi semenjak dibiarkan untuk menghuni kamarnya sendirian saja.

Selain itu walaupun masih berusia tiga tahun lebih, Tanjiro bukanlah seorang anak yang suka menangis apalagi berteriak terutama di larut malam seperti sekarang.

Giyuu menggeser kasar pintu ruangan dimana Tanjiro berada, nampak terkejut sekali kala mendapati sang putra kini sudah berusaha membuka pembatas pendek yang ada pada pinggiran tempat tidurnya sambil menangis karena tidak kunjung melihat atau mendengar seseorang membalas teriakannya sejak tadi.

“Tanjiro!”

“.. hiks Papa! Papa!”

Giyuu tanpa menunggu lagi langsung saja mengangkat tubuh kecil Tanjiro, didekapnya anak laki-laki itu dengan harapan akan mampu mengurangi ketakutan yang nampak sangat jelas sekali terlihat menguar dari Tanjiro.

“Papa disini,”

“Jangan takut, Papa bersamamu sekarang,” Giyuu bergerak mengelus punggung Tanjiro yang masih menangis dalam gendongannya.

Suara langkah kaki lain terdengar mendekati ruangan dimana mereka berada dan Giyuu pastikan sendiri bahwa itu adalah Shinobu— sang istri sekaligus Mama dari Tanjiro yang tetap saja menyusul sekalipun sudah dilarang olehnya tadi.

“Tanjiro..”

“Giyuu apa yang terjadi?” tanya Shinobu.

Giyuu menggeleng, sama seperti Shinobu ia juga belum mendapatkan jawaban tentang hal tersebut karena Tanjiro sendiri masih menangis.

Shinobu segera mengambil alih tubuh sang putra usai Tanjiro merentangkan tangan memberi tanda bahwa ia ingin pindah ke dalam gendongannya yang baru saja bergabung dengan dia serta sang Papa.

“Apa yang terjadi Tanjiro?”

“Kenapa kamu menangis hm?” tanya Shinobu sambil menepuk-nepuk kecil paha gembul Tanjiro yang tertutup celana piyama hijaunya.

Tanjiro sendiri belum juga mampu memberi jawab karena masih berusaha menenangkan diri, dan kedua orangtuanya juga demikian masih berusaha membuat suasana hatinya menjadi lebih baik dengan dekap juga segala belaian sayang pada tubuh kecilnya.

Giyuu beralih mengambil kursi yang ada di dalam kamar Tanjiro, menuntun sang istri untuk mendudukan diri agar tak merasa lelah karena jika keadaannya seperti ini maka sudah pasti sekali jika Shinobu harus membiarkan Tanjiro berada dalam dekapannya untuk waktu yang lama.

Shinobu sendiri belum sepenuhnya pulih dari keadaan gawat kemarin karena itu Giyuu sempat melarang untuk ikut mengecek keadaan Tanjiro yang sempat meraung menangis memanggil mereka tadi.

Kimetsu No Yaiba : Ken to Oni no SaikaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang