tomikousama, 2024
Menjelang malam— badai mengerikan tiba-tiba saja seakan meruntuh turun membasahi kawasan Pusat kota, semua orang langsung mencari perlindungan dari sang badai dengan bernaung pada tiap-tiap bangunan yang ada di sekitar mereka. Sebagaimana dilakukan oleh semua yang hadir pada perayaan hari Ayah dan anak di salah satu sekolah swasta terkenal kawasan Pusat kota, sejak beberapa saat lalu tepat setelah penutupan acara sore hari rampung dan sang badai tiba-tiba saja datang, semuanya langsung berlarian untuk berlindung pada koridor terbuka di sekitar lapangan belakang sekolah dimana acara sore hari dilaksanakan.
Semua benda yang tadi disimpan begitu saja di lapangan untuk melindungi diri dari badai lantas terbawa angin cukup kencang, berhamburan kemana-mana.
Badai yang terjadi di luar sana nampak sangat menyeramkan sampai membuat Tomioka Nezuko — si anak perempuan yang tadi ikut hadir dalam acara sore di sekolah swasta tersebut tidak sekalipun melepaskan lingkaran tangan di leher sang Papa karena merasa ketakutan, ia sebisa mungkin bersembunyi dibalik mantel hitam lumayan tebal yang untung saja digunakan Tomioka Giyuu— sang Papa pada kunjungan ke sekolah ketiga Kakaknya pada hari ini.
Anak perempuan berumur tujuh tahun tersebut sempat sangat senang tadi, tak punya pikiran akan berakhir meringkuk seperti sekarang karena badai di luar.
“Papa, ayo kita pulang,” lirih Nezuko.
Tomioka Giyuu menunduk memandang putrinya, “Badainya masih deras di luar, kalau memaksakan menembus hujan.. kamu dan Nii-san bisa sakit demam,” jelas lelaki itu dengan lembut, berusaha menenangkan sang putri yang memang tidak begitu senang akan hujan deras selama ini.
Nezuko kembali merengek pelan, tak ingin menerima penolakan barusan, tapi yang dikatakan Papanya memang tidaklah salah juga.
“Jangan takut Nezuko, Papa dan Nii-chan ada bersamamu sekarang, badainya juga pasti tidak akan lama!”
Tanjiro yang pasti mendengar pembicaraan antara Nezuko dan Papa mereka karena berdiri tepat di samping lelaki dewasa tersebut lantas turut buka suara untuk menenangkan hati sang Adik perempuan.
Itu kemudian disahuti juga oleh Aoi dan Hashibira Inosuke yang beberapa waktu lalu tiba-tiba muncul entah darimana sambil berteriak memanggil Aoi.
Inosuke sudah tidak tinggal di Perumahan Ubuyashiki, jadi anak laki-laki seumuran Tanjiro dan Aoi dengan surai kebiruan dan manik sangat cantik tersebut hanya bisa bertemu Aoi di sekolah saja.
Inosuke sangat senang bermain dengan Aoi, namun untuk beberapa alasan yang tidak diketahui olehnya, sang Ayah tiri memindahkan ia dan Ibunya ke rumah utama, di sana memang menyenangkan namun tidak ada teman seumuran, ada banyak makanan enak, tetapi tak punya siapapun untuk berbagi selain sang Ibu dan Ayah tirinya.
Tanjiro, Inosuke, dan Aoi masih lanjut berteman meskipun tidak lagi tinggal di lingkungan yang sama, untuk beberapa waktu belakangan mereka sempat sedih sekali karena Kanao dan Zenitsu pindah sekolah ke kawasan pinggir kota, harus ikut dengan Tuan Uzui Tengen juga ke rumah utama keluarga Uzui sendiri.
Mereka punya teman kelas yang lain, namun rasanya tetap berbeda karena kelimanya sudah saling mengenal sejak kecil, mereka tumbuh besar bersama di kawasan Perumahan Ubuyashiki, tentu saja tidak akan mudah untuk rela atas perpisahan.
Tanjiro kembali menatap ke arah depan dimana hujan badai dan angin lumayan kencang masih menyapu seluruh hal di luar koridor tempat mereka bernaung.
“Oi Tomioka, ayo kita pindah ke dalam gedung, Ayahmu dan Ayah mertua kita rupanya belum pulang karena sejak tadi ikut menonton acara anak kelas enam dari kelas sepasang kembarmu,”
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimetsu No Yaiba : Ken to Oni no Saikai
FanfictionHari dimana ketajaman itu kembali untuk beradu dengan leher para makhluk tanpa belas kasih. ©cover | @robosquat fanfiction by tomikousama