Bab 9 : Perlahan-lahan Berubah

7 5 4
                                    


"Semuanya berubah satu per satu. Semuanya perlahan menumbuhkan kebencian yang baru."

.

----
Happy Reading
----

"Kamu mau rasa apa?"

"Apa?"

"Ini, es krim. Kamu suka rasa apa?"

Di dalam toko es krim sederhana itu, dua remaja SMP yang baru pulang sekolah, sedang melihat-lihat es krim yang menarik minat mereka.

"Coklat?"

"Kok, ragu?"

"Gak, kok. Beneran coklat."

Dua remaja itu adalah Novela dan Deon.

"Oke. Hari ini aku bakal beliin kamu es krim. Gak boleh nolak. Harus dimakan, ya?" Deon sedikit memaksa dengan wajah lucunya.

"Iya-iya," balas Novela dibarengi sedikit tawa kecil. Ia bertanya, "Deon sendiri, masih suka es krim rasa melon?"

"Selalu, Ve! Melon itu enak!" Deon mengambil dua es krim. Yang satu rasa melon, dan satu lagi rasa coklat.

"Apa enaknya? Menurutku enggak, tuh!" Novela membayangkan ketika untuk pertama kalinya, ia mencoba es krim rasa melon milik Deon.

Si pemuda terkekeh. Kakinya berjalan menuju kasir untuk membayar, lalu wajahnya menoleh kepada sahabat yang sedang menatapnya. "Liat aja, suatu saat nanti, kamu pasti bakal suka makan es krim rasa melon."

Ah, percakapan kecil itu. Dengan tiba-tiba muncul begitu saja ketika dirinya berdiri di depan toko es krim.

Kali ini bersama Theo.

"Ayo, beli es krim dulu! Busnya masih lama." Novela tersenyum kecil mendengar kalimat Theo.

Mereka berdua akhirnya masuk ke dalam toko es krim bersejarah—menurut Novela—dan memperhatikan es krim di dalam freezer dengan penuh minat.

"Lo suka rasa apa?"

Novela sedikit tertegun. Kepalanya miring sedikit ke kanan, lalu menatap Theo dengan senyum kecil di bibirnya.

"Ve?"

"Oh, lo dulu. Lo suka rasa apa?" Novela merangkul Theo, lalu menarik tubuh pemuda itu sedikit ke bawah, ke arah freezer agar dapat melihat es krim di dalamnya dengan lebih jelas.

"Coklat?"

"Kok, ragu?"

Sial! Mengapa jadi mirip sekali dengan percakapannya bersama Deon?

"Eh? Gak, serius. Gue suka coklat, Ve! Lo sendiri?" Theo mengambil 2 ice cream cone rasa coklat, lalu menatap Novela. "Kalo gak salah ... coklat juga, kan?"

Novela terdiam. Ia merenung, kemudian mengambil es krim bergagang dengan rasa melon.

"Melon," ucap Novela.

"Lho? Bukan coklat?" tanya Theo, sedikit tidak percaya.

Novela hanya tersenyum kecil. Ia berjalan menuju kasir, lalu menoleh pada Theo yang masih berdiri di dekat freezer.

"Suatu hari nanti, lo harus lupain rasanya coklat." Novela tersenyum kecut. Biar gak kayak gue sekarang.

***

"Gue ke kelas, ya. Lo juga sana ke kelas lo." Novela mengusir Theo dengan tangannya.

Theo mendengus. Bibirnya mengerucut sebal. "Gak berasa. Padahal baru sebentar gue bareng lo, tapi udah pisah aja. Waktu gak konsisten banget. Bisa jadi kerasa cepet, bisa sebaliknya juga."

Without 'You'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang