Bab 1 : Masih Sama

10 9 0
                                    


"Terkadang waktu terasa seperti angin lalu, saat orang yang diharapkan berubah ternyata masih sama seperti dulu."

----
Happy Reading
----

Malas sekali. Benar-benar malas sekali rasanya.

"Males banget, akh!"

Dia Agatha. Perempuan 18 tahun yang sedang bergulat dengan rasa malasnya di atas kasur. Saat ini jam menunjukkan pukul 04.56 pagi, masih ada sekitar 2 jam sebelum pintu gerbang sekolah di tutup.

Empat menit berlalu. Tepat pukul 05.00 pagi, perempuan itu mulai turun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi. Ia menyempatkan diri untuk bercermin terlebih dahulu.

"Lo cantik, Tha. Lo bener-bener cantik. Gue bangga," ucapnya sambil tersenyum pada bayangan dirinya sendiri di cermin.

Kemudian, Agatha bersenandung riang menuju bak mandi. Ia menyalakan keran air sampai penuh. Setelah itu, Agatha mengambil sebotol kecil berisi cairan pengharum dan pembersih tubuh, kemudian menuangkan dan mencampurkannya ke dalam air di bak mandi.

Sempurna.

Agatha tersenyum manis. Ini waktunya untuk berendam.

***

Buku sudah. Alat tulis sudah. Atribut sudah. Tugas sudah.

Apalagi?

Dahi Agatha berkerut. Otaknya sedang berputar dengan keras, mengingat apalagi yang harus ia bawa ke dalam tasnya.

"Ck! Tinggal nanya, kok, pake susah-susah mikir!" jengkel Agatha.

Jemari lentiknya mulai mengambil ponsel di atas meja rias. Ia mencari kontak seseorang, dan menekan tombol panggilan suara saat sudah menemukannya.

"Pagi, Tha! Kenapa, nih? Sekarang masih jam setengah enam, lho!"

"Buat hari ini ada tugas yang bakal dikumpulin nanti nggak? Selain fisika," tanya Agatha pada temannya itu.

Dari seberang sana, temannya yaitu Aria, menjawab bahwa tidak ada tugas selain fisika. Agatha berterima kasih dan menutup sambungan telepon. Ia memasukkan ponselnya ke dalam saku rok seragam yang dikenakannya sekarang. Tas hitam yang talinya disampirkan di bahu kanan sudah siap. Sebelum keluar menuju meja makan, Agatha masih menyempatkan diri untuk bercermin.

"Penampilan lo sempurna, Tha."

Telapak kaki yang dilapisi sepatu hitam bertali itu melangkah mengetuk lantai, menuruni tangga, kemudian dengan tiba-tiba berhenti. Dari anak tangga terakhir, ia dapat melihat seseorang sedang makan dengan tenang, tanpa suara.

Agatha hanya diam, menatap tak suka kepada dia yang mulai menyadari kehadirannya.

Gadis yang di piringnya masih terdapat seperempat nasi goreng itu memilih bangkit mengambil piringnya, lalu pergi menuju dapur untuk menaruh dan mencuci piring bekas makannya langsung. Setelah itu, ia kembali ke meja makan untuk mengambil tas merahnya, dan pergi lagi tanpa melihat seseorang yang eksistensinya begitu jelas.

Agatha yang melihat itu mendengus. Ia mendekati meja makan, membuka tudung saji dan melihat ada satu piring besar nasi goreng kunyit. Novela melakukan tugasnya dengan baik—memasak sarapan untuk penghuni rumah. Tanpa ragu lagi, Agatha mulai mengambil beberapa sendok nasi goreng ke atas piring yang ia ambil.

Sarapan di meja dengan 4 kursi kosong itu sudah menjadi kebiasaan.

***

Without 'You'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang