Bab 24 : Penyelesaian Awal

3 3 0
                                    

"Satu selesai, tapi tidak dalam waktu yang sesuai."

.

----
Happy Reading
----

"Jadi, bagaimana Bu Raya? Pak Rudi?" Agatha bertanya penuh harap. "Ini cukup dijadiin bukti, kan?"

Setelah bel pulang sekolah, ia bersama yang lainnya pergi ke ruang wakil kepala sekolah untuk mengajak Bu Raya ke ruang kepala sekolah—Pak Rudi. Di ruang kepala sekolah itu, mereka memutar rekaman CCTV ruang OSIS dan menyerahkan lembar tes kecerdasan 5 nilai terbaik serta buku masing-masing dari mereka yang berisi jawaban asli dari tes tersebut.

Seharusnya, ini dilakukan saat jam istirahat pertama tadi. Tapi, karena Novela kelihatan terlalu lelah dan sakit, Agatha, Theo, Dean, Lana, dan Naka setuju bahwa ini dilaporkan saat pulang sekolah saja. Mereka menyuruh Novela istirahat di UKS, dan cewek berseragam lengan panjang itu sedang tidur mengistirahatkan tubuhnya.

"Saya rasa ini sudah cukup. Cecilia akan saya panggil saat masuk sekolah besok, dan saya mengakui bahwa nilai Novela adalah yang terbaik seperti biasanya. Semua kesalahan ini akan menjadi benar ketika besok kalian bersekolah," ujar Pak Rudi panjang lebar.

Bu Raya mengangguk ikut setuju. "Peluang Cecilia mengutak-atik lembar jawaban murid memang besar, karena biasanya, sebelum diserahkan ke saya, lembar jawaban akan dihitung oleh ketua OSIS untuk memastikan apakah jumlahnya sudah sesuai dengan murid yang mengerjakan atau tidak."

"Saya harap, untuk ke depannya, masalah kayak gini gak ada lagi, Pak, Bu. Cukup kali ini aja. Masalah ini emang gak ngancam nyawa sama sekali, tapi mental. Mental gak boleh diremehkan, kan?" Theo berkata dengan serius.

Pak Rudi mengangguk merasa bersalah. "Lain kali, saya pastikan hak seperti ini tidak terjadi lagi. Saya minta maaf, karena justru kalian yang menyadari lebih dulu hal yang seharusnya kami awasi. Sampaikan maaf saya dan guru-guru semua kepada Novela karena membuatnya terkejut dengan pemberian nilai kali ini. Novela adalah murid pintar yang selalu membanggakan. Saya berharap semoga Novela cepat sembuh."

Bu Raya berkata serupa dengan Pak Rudi.

Lima murid itu mengangguk dan pamit kepada dua guru tersebut. Mereka menuju UKS di mana Novela sedang tidur di dalamnya.

"Akhirnya selesai juga. Walau gue gak jadi masuk 5 nilai terbaik, tapi gue tetep bangga sama nilai yang gue peroleh sendiri. Itu nilai dari hasil kerja keras gue, gengs!"

Naka yang berjalan di samping Lana memberikan respons dengan mendengkus. "Gue, sih, dari awal emang gak percaya lo bisa masuk jadi yang terbaik."

"Hehe. Gak pa-pa, yang penting gue jadi yang terbaik buat lo." Lana mencolek pipi Naka.

Naka mendelik. "Diem, gak, lo?!"

"Iya-iya!" Lana akhirnya berjalan tanpa menjahili Naka lagi.

Tiga orang yang berjalan di depan mereka hanya diam mendengar obrolan dari sepasang manusia tidak jelas itu.

"Segini ... cukup buat Novela, kan?" gumam Agatha.

Dean yang berjalan di samping kanan Agatha tersenyum. Ia menepuk pelan pundak Agatha. "Lo udah ngelakuin hal yang bener."

"Cih! Bilangnya, sih, gak khawatir, tapi ternyata cuma gengsi, toh," ledek Theo yang langsung berjalan mendahului yang lain dan masuk ke dalam UKS.

Agatha mencibir. "Serigala hutan, sialan! Heran gue kenapa Novela bisa betah deket-deket dia."

Dean terkekeh.

Without 'You'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang