"Dia yang diam-diam memperhatikan, mulai menunjukkan aksinya."
.
----
Happy Reading
----Jika ada yang diinginkan Agatha untuk saat ini, maka ia menjawab bahwa ia tidak ingin membawa Dean ke rumahnya.
Namun, nasi telah menjadi bubur.
Agatha cukup merasa bersalah karena Dean harus mendapat tamparan dari bundanya. Ia pikir, bundanya hanya akan diam seperti hari-hari sebelumnya. Nyatanya, untuk hari ini—tanpa bicara, bundanya langsung menampar Dean saat laki-laki itu masuk ke dalam rumah dengan mengekori Agatha.
Semua itu menciptakan keadaan saat ini menjadi tak mengenakkan.
"Kenapa Bunda nampar Dean?" tanya Agatha tak suka.
Kana diam menampilkan wajah seolah tak mengerti dengan pertanyaan putri cantiknya. Bibirnya memberikan senyuman kecil, dibarengi oleh sorot mata bingung.
Agatha mengernyit kesal. "Dijawab, Bun!"
"Kenapa? Dia gak keberatan, kok, Atha." Kana beralih menatap Dean. "Kamu gak keberatan saya tampar, kan?"
Agatha tertegun. Orang gila mana yang bertanya tidak keberatan ditampar pada korban yang ditamparnya?
"Gak pa-pa, Tante. Mungkin Tante gak bermaksud seperti itu. Tapi—"
"Tapi saya memang sengaja menampar kamu, Dean." Kana menyeringai. "Saya. Sengaja. Melakukannya."
"Bunda!! Atha rasa Atha harus bicara serius sama Bunda!" sinis Agatha.
Kana mengangguk. "Iya! Berdua aja, kan, Cantik?!
Dean tersenyum. Itu adalah kode yang menyindir dirinya untuk segera pergi dari rumah ini. "Karena udah sore, saya pamit pulang dulu, Tante. Maaf atas kehadiran saya yang mungkin membuat Tante gak nyaman. Saya pamit. Tha, gue pamit."
Setelah mengatakan itu, Dean pergi. Kini, tinggal Agatha bersama Kana.
"Atha, jauhi Dean, ya?"
Agatha mengembuskan napas berat. "Tolong jangan ikut campur tentang Atha mau deket sama siapa aja. Mama aja gak pernah permasalahin selagi itu gak ngerugiin Atha dan Mama. Jadi tolong, bersikap sewajarnya aja, Bun. Atha terganggu sama Bunda yang terlalu memperlakukan Atha kayak barang berharga yang gak punya kehidupan."
"Gak bisa." Kana mencengkeram kedua bahu putrinya. "Bunda gak mau."
"Lepasin, Bun!" Agatha tak merasa sakit, ia hanya risih. Lagi pula, mengapa bundanya tiba-tiba menjadi menyeramkan?
"Awalnya Bunda diem aja karena Bunda pikir dia gak bakal ambil kamu, Atha! Tapi Bunda salah! Dia suka sama kamu dan mau ngambil kamu! Kamu, kan, punya Bunda!! GAK ADA YANG BOLEH AMBIL KAMU, CANTIK!! KAMU ITU CUMA MILIK BUNDA!!"
Tak!
Agatha menatap seram Kana. Ia tak percaya dengan kalimat bundanya. "Atha gak peduli. Jangan ikut campur hidup Atha."
Kana yang tersentak karena tangannya ditepis kasar oleh Agatha, mulai mengambil kembali kesadarannya. Ia berteriak pada putrinya yang sedang menaiki tangga menuju kamarnya. "KAMU HARUS NURUT KATA-KATA BUNDA, ATHA! JANGAN SAMPAI KAMU MENYESAL!"
Agatha sama sekali tak menoleh. Ia menutup pintu kamarnya keras-keras.
Kana geram sendiri. Ia harus membuat Agatha menurut padanya dan menjadi boneka yang cantik.
"Cecil."
Cecilia yang menyaksikan semuanya tersenyum lebar saat dipanggil. "Ya, Bunda?"
"Tolong jauhi Dean dari Agatha. Tidak-tidak! Buat Dean membenci Agatha agar Agatha kehilangan tempat bersandarnya. Dengan begitu, Agatha tahu bahwa dia salah dan selanjutnya pasti akan menuruti kata-kata Bunda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Without 'You'
Teen Fiction[15+] Kehidupan Novela dan Agatha sudah dibuat menderita sejak kecil oleh ibu kandungnya sendiri. Mereka yang selalu dibandingkan, hidup dengan membenci satu sama lain. Perceraian orang tua. Kematian Deon. Kematian ayah mereka. Masalah datang bertub...