"Diam-diam mengetahui. Diam-diam membuat rencana. Diam-diam membalas dendam."
.
----
Happy Reading
----"NAH! Ayo mulai!" Lana tersenyum puas saat Theo dan Naka memperhatikannya.
Mereka bertiga sedang berada di gudang yang biasa dijadikan tempat bolos oleh Theo.
"Rencana gue pertama-tama, kita harus mastiin skor tes kecerdasan kita itu bener. Karena tesnya itu lewat kertas, kita hitung sendiri. Satu soal 2 skor dikali 40 soal, jadi berapa, tuh?"
"80," jawab Theo dan Naka bersamaan.
"Iya, itu. Terus, ada 5 soal essay yang dikerjain tulis tangan pake lembar jawaban. Itu langsung dikumpulin ke pengawas, dikoreksi langsung sama guru, jadi gue rasa kemungkinan lembar jawaban essay diutak-atik sama si pelaku ini sangat rendah mendekati gak mungkin."
"Tapi itu gak menutup kemungkinan bahwa lembar jawaban essay itu bisa aja emang diutak-atik," ujar Theo. Ia mengangkat kedua bahunya santai. "Sejauh pengalaman gue, kalo pelakunya emang cerdik, dia pasti bakal ngelakuin cara yang dianggap orang kebanyakan mikir kalo itu gak mungkin."
Pengalaman?
"Pengalaman apa?" tanya Lana penasaran.
"Itu ...." Sepertinya Theo kelepasan. Ia berdeham dan menyorot dingin Lana. "Urusan lo apa?"
Lana menjadi kikuk sendiri. "Emm, nggak. Nggak ada."
Naka berdecak dan melirik jengkel Theo yang duduk di sebelahnya. "Gak usah sok' hebat lo."
"Gue emang hebat." Pemuda dengan rambut berantakan itu tersenyum mengejek.
"Omong kosong, anj*ng." Naka mendengkus.
"Gue sampe dijulukin 'serigala' karena murid-murid lain ngakuin kehebatan gue, lho." Theo semakin mengejek dengan wajah tengil yang sayangnya sangat tampan itu.
"Anj*ng."
"Serigala~"
"Anj—"
"POKOKNYA!!" seru Lana menghentikan adu mulut yang terjadi antara Theo dan Naka. Gadis itu berdiri dan menatap dua lelaki yang duduk di lantai itu dengan serius. "Kalian selalu salin jawaban ulangan maupun tes kecerdasan ke buku sesuai yang diperintahkan guru dari awal masuk ke sekolah ini, kan?!"
Theo mengangguk singkat dan Naka menjawab "iya" dengan malas.
"Nah! Kalo gitu, yang perlu kita lakuin adalah minta lagi kertas tes kita—mau yang pilihan ganda juga yang essay—ke Bu Raya! Diem-diem, oke? Jangan sampai ada yang tau selain kita!"
***
"Sebenernya, sejauh mana lo udah merealisasikan rencana lo itu?"
Agatha bertanya pada Novela yang sedang duduk santai memperhatikan kertas berisi hasil tes kecerdasannya. Yang ditanya hanya melirik, lalu kembali memandangi kertas itu seolah akan ada sebuah keajaiban yang timbul seperti berubahnya kertas itu menjadi makhluk hidup.
"Menurut lo?"
Agatha mengangkat kedua bahunya tinggi-tinggi. "Gue aja gak tau lo mulainya kapan."
"Yah ... gak penting juga," ucap Novela.
Suasana kembali hening. Mereka sekarang berada di dalam salah satu kelas yang berada di gedung belakang sekolah—gedung ini sudah lama tidak beroperasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without 'You'
Teen Fiction[15+] Kehidupan Novela dan Agatha sudah dibuat menderita sejak kecil oleh ibu kandungnya sendiri. Mereka yang selalu dibandingkan, hidup dengan membenci satu sama lain. Perceraian orang tua. Kematian Deon. Kematian ayah mereka. Masalah datang bertub...