"Tidak ada yang tahu, berapa banyak hal yang telah dilaluinya untuk bisa menampilkan senyum palsu dengan begitu alamiah."
.----
Happy Reading
----"Ka, gue ... ragu tentang sesuatu."
Pagi ini, Lana ada di dalam kelas dengan Naka yang bermain game di sampingnya. Sebenarnya, bukan Naka yang datang bermain game di samping Lana, tapi Lana yang duduk di samping Naka yang tengah bermain game. Ah, pokoknya mereka berdua sedang duduk bersebelahan di dalam kelas.
"Gue ragu. Lebih baik gue ceritain atau nggak?" Lana terus bermonolog, karena ia tahu bahwa meski sedang fokus pada ponsel, Naka masih mendengarnya.
"Hem ... Naka, menurut lo Novela itu orang yang gimana?"
Naka akhirnya mematikan ponselnya dan menghela napas jengah. Sambil memasukkan ponsel ke saku celana, ia berucap, "Langsung ke intinya aja." Cowok berdarah campuran Jepang itu menatap datar Lana.
Yang ditatap ternyata sudah kebal. Ia mengangkat kedua bahunya dengan santai, lalu kembali bertanya, "Menurut lo, Novela itu orang yang kayak gimana?" Kali ini nadanya sedikit memaksa.
"Biasa. Gak ada hal khusus yang bisa gue nilai dari dia." Sedetik kemudian Naka seperti teringat sesuatu. "Oh! Senyumnya bikin gue kikuk. Gue ngerasa kalo setiap senyumnya punya makna beda-beda. Tapi ngeselinnya, senyumnya bisa ngaruhin lawan bicaranya."
Lana mengangguk. Ia mengerucutkan bibirnya. "Sekitar lima hari lalu, gue ngeliat dia keluar dari rumah sakit dengan pipi bengkak."
"Itu bukan urusan lo."
"Tapi gue udah terlanjur penasaran sampe ngikutin dia, karena dia terlalu 'kosong', Ka ...." Lana berujar serius. "Gimana gue gak penasaran di saat orang yang selalu gue liat senyum dan ramah, berubah jadi dingin gak kesentuh? Gue ngerasa kalo dia lagi gak baik-baik aja."
Naka menaikkan sebelah alisnya—penasaran.
"Jadi, gue ngikutin dia. Dari rumah sakit itu, dia jalan ke gang kecil yang kotor dan gelap. Terus, ada dua om-om yang gua tebak adalah preman, ngedeketin dia. Selanjutnya ...," jelas Lana menggantung. Ia mencari sebuah video di ponselnya, lalu menunjukkan pada Naka. "Lo bisa liat sendiri. Gue masih suka merinding. Gue juga cuma rekam sampe bagian kayu doang."
Tangan Naka mengambil benda pipih yang sedang memutar sebuah video itu. Ia mengernyit saat melihat preman-preman itu menyentuh tangan Novela.
"Dia bego, ya? Di pegang gitu cuma diem doang?" tanya Naka tak habis pikir.
Namun, saat melihat apa yang terjadi selanjutnya, mata cowok berdarah Indonesia-Jepang itu melotot. Ia tak percaya bahwa Novela akan melakukan hal yang jauh dari ekspetasinya.
Ketidakpercayaan Naka bahkan belum berakhir meski seseorang yang sudah bolos sejak jam pelajaran pertama datang ke kelas dan heran melihatnya berekspresi berlebihan seperti saat ini. Tanpa pikir panjang, Naka langsung menghampiri seseorang itu, dan menunjukkan video yang sedang ditontonnya. Sesuai dugaan, respons yang diberikan sangat hebat.
Karena ... bagaimana mungkin Theo bisa tenang saat yang ada di dalam video tersebut adalah Novela?
Jadi ketika Theo berlari keluar kelas, Naka sempat terdiam sampai akhirnya perlahan-lahan menatap Lana.
"Kenapa lo kasih tau Theo?"
Naka mengangkat kedua bahunya acuh. "Karena gue rasa, Theo harus tau."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Without 'You'
Roman pour Adolescents[15+] Kehidupan Novela dan Agatha sudah dibuat menderita sejak kecil oleh ibu kandungnya sendiri. Mereka yang selalu dibandingkan, hidup dengan membenci satu sama lain. Perceraian orang tua. Kematian Deon. Kematian ayah mereka. Masalah datang bertub...