Bab 28 : Dampak Negatif

3 4 0
                                    


"Seseorang akan melupakan dampak positif saat dia sedang diberikan dampak negatif."

.

----
Happy Reading
----

Tiba-tiba, Novela menjadi takut.

Tidak-tidak. Sekalipun, Novela tidak pernah takut dipukul oleh Mala. Sekalipun, Novela tak pernah takut dicaci Mala. Selama ini dia hanya menurut. Menaruh hormat pada Mala dan akhirnya hanya berusaha untuk bertahan.

Tapi kali ini beda. Tangan yang sangat penting untuk dirinya agar bisa melukis, menjadi sebuah pertimbangan.

"Jawab saya. Kamu ... benar-benar akan melawan ucapan saya?"

Novela bungkam. Terlihat bahwa ia sedang menahan diri sampai rahangnya mengeras.

"Kamu sekarang mendiamkan saya juga?"

Apakah ada hal yang lebih baik daripada diam dalam situasi ini? Novela ... tidak ingin menyakiti Mala jika ia kehilangan kontrol emosinya.

"NOVELA!! KAMU SUDAH GILA, HA?! BERANI-BERANINYA KAMU—"

"CUKUP, TANTE!"

Novela tersentak dengan suara Theo yang membentak Mala. Cukup keras, ditambah ekspresi yang sarat akan amarah. Theo terlihat menyeramkan.

"Bisa Tante keluar? Jangan ganggu Novela. Dia masih butuh istirahat. Istirahat dari Tante," ucap Theo dengan tegas.

Apa yang paling dibenci oleh Mala?

Seseorang yang menentangnya.

Jadi, ketika dengan beraninya Theo menghalangi Mala, sebuah tamparan keras berhasil mendarat di pipi kiri Theo.

Tapi Theo bergeming. Ia masih berdiri kokoh meski wajahnya pias karena tamparan Mala.

"Minggir, sialan!!" kesal Mala.

Theo menatap Mala dengan kedua mata tajamnya. Ia menantang wanita itu tanpa takut. Demi Tuhan, Theo benci jika harus disuruh berlaku sopan pada seseorang yang tak bisa menghargai orang lain.

"Tante cepat pergi sekarang atau saya akan menyeret Tante ke luar dengan paksa." Theo mengeluarkan aura dinginnya.

Keberanian Mala sedikit terkikis saat merasakan aura yang dikeluarkan Theo berhasil menekannya. Namun, bukan Mala jika ia mundur hanya karena mendapat tekanan seperti itu.

"Atas dasar apa kamu menyuruh saya pergi? Saya adalah ibunya. Novela adalah anak saya!" seru Mala.

Theo terkekeh dibuatnya. "Udah selesai omong kosongnya? Silahkan pergi."

"Kamu—"

"PERGI SEKARANG, TANTE!" bentak Theo yang sudah kehilangan kesabarannya.

"Theo!" seru Novela—memperingati Theo untuk menjaga batasan.

Theo memejamkan matanya rapat-rapat dengan alis menukik tajam. Beberapa detik kemudian, ia membuka matanya kembali dan menatap Mala dengan tajam. Tanpa bicara lagi, ia menarik kasar tangan Mala untuk membawanya keluar.

"SIALAN! LEPAS! SINGKIRKAN TANGANMU ANAK BRENGSEK!"

Theo menulikan telinganya. Ia membuka pintu dan mendorong Mala untuk keluar lalu melepaskan genggaman kasarnya di lengan wanita itu.

"Cukup, Tante. Saya muak ngeliat Tante yang dengan gak tau malunya menganggap diri sendiri adalah seorang ibu," ujar Theo penuh penekanan.

Mala menggeram. "Kamu mencintai putri saya."

Without 'You'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang