"Sebuah penyelesaian memiliki efek samping berkelanjutan."
.
----
Happy Reading
----Novela beringsut duduk. Ia menurunkan kakinya dan hendak berdiri, namun ditahan oleh Theo yang menatapnya khawatir.
"Gue mau balik." Gadis itu menarik tangannya yang digenggam oleh Theo. "Mama udah jemput."
"Jemput? Tumben. Apa ada masalah?" Agatha yang duduk pun langsung berdiri.
Novela mengangkat kedua bahunya acuh. Apa ada masalah? Pasti. Karena Mala tidak akan menjemput jika tidak ada maksud dibaliknya.
"Biar gue anter," ucap Theo yang langsung berdiri di sebelah Novela, bersiap untuk merangkulnya.
"Nggak perlu."
Kalimat dengan nada dingin itu membuat Theo dan yang lainnya terdiam. Beberapa menit yang lalu, padahal Novela mau berbicara banyak pada mereka. Tapi sekarang, ia kembali menjadi sosok dingin yang tak tersentuh.
"Cih. Terserah lo. Gue duluan sama Dean, mau ketemu Mama. Ngebahas pendidikan selanjutnya." Agatha menarik tangan Dean dan pergi.
Lana mendengung canggung. "Ng ... gue sama Naka kayaknya mau wawancarain nyokap lo, deh. Biar tau gimana caranya sukses dan jadi orang hebat. Haha! Yuk, Ka!" Lana tertawa konyol dan menarik Naka untuk mengikutinya.
Kini, tinggal Novela dan Theo.
"Mereka pergi duluan buat mastiin jalan yang bakal lo lalui baik-baik aja. Karena, walau lo nolak mereka untuk jalan bareng lo, mereka gak bisa pergi gitu aja tanpa balas kebaikan lo." Theo tersenyum menenangkan.
Si perempuan terdiam. Ia menatap lekat kedua mata pemuda yang nyaris selalu menuruti perkataannya.
"Oh ya?" Sudut bibir Novela tertarik sedikit.
Theo mengangguk cepat. "Itu cara mereka. Sedangkan gue beda, Ve." Tangannya terulur perlahan. Melihat Novela yang tidak menghindari tangannya, Theo tersenyum lega dan mendaratkan telapak tangan kanannya di puncak kepala gadis itu. "Sekeras apapun lo nolak buat jalan bareng-bareng sama gue, sekeras itu pula gue bakal selalu berusaha buat berdiri dan jalan di samping lo—bareng sama lo. Karena gue gak mau lo ngerasa sendirian."
Mata Novela terpejam menikmati sensasi nyaman saat surainya dibelai dengan hati-hati.
"Walau gue bikin lo sakit sekalipun?" tanya Novela yang masih ragu. Ia membuka matanya saat tidak mendengar kalimat jawaban dari Theo.
Tapi Novela salah. Saat matanya menatap netra coklat Theo yang menyorotnya teduh, Novela sudah mendapat jawabannya. Mungkin Theo tahu, bahwa sebuah ucapan saja masih kurang untuk mendapat kepercayaannya.
"Kenapa maunya jalan di samping gue?" tanya Novela, lagi.
Theo menarik tangannya kembali. Rasanya ingin sekali memeluk sosok perempuan tegar di hadapannya ini.
"Kalo gue bisa bagi tubuh gue jadi tiga, gue bakal jalan di samping lo, di belakang lo, dan di depan lo, Ve. Tapi karena gak bisa ... jalan di samping lo adalah yang terbaik. Karena gue bisa jadi sandaran lo di saat lo capek, bisa jadi seseorang yang menahan lo untuk melangkah saat jalan yang lo pilih salah, bisa jadi seseorang yang membantu lo terus maju saat lo kehilangan semangat, intinya ... gue akan jadi seseorang yang bisa selalu lo andalkan, Veve."
Mendengar semua itu membuat Novela terkekeh. Benar, kan? Theo-nya memang selalu semanis ini.
"Udah, ayo! Mama bisa marah kalo gue lebih lama lagi dari ini," ucap Novela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without 'You'
Teen Fiction[15+] Kehidupan Novela dan Agatha sudah dibuat menderita sejak kecil oleh ibu kandungnya sendiri. Mereka yang selalu dibandingkan, hidup dengan membenci satu sama lain. Perceraian orang tua. Kematian Deon. Kematian ayah mereka. Masalah datang bertub...